Home / Fantasi / Dewa Immortal Naga Emas / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Dewa Immortal Naga Emas: Chapter 81 - Chapter 90

154 Chapters

LPN-14. TIDAK ADA MASA DEPAN

Zhou Shen membuka matanya di hamparan padang rumput yang tak berujung, lembut dan hijau di bawah langit biru. Di sampingnya, Serenity terbaring dengan mata setengah terbuka, tampak sama terjaga dari mimpi.“Apakah aku benar-benar bermimpi barusan? Apakah Sasha benar-benar muncul?” Zhou Shen bertanya, kebingungan mendalam di wajahnya. Semua yang terjadi terasa sangat nyata, seperti ilusi yang tak bisa diabaikan.Serenity mulai bergerak, terbangun dengan gerakan lembut yang hampir tak berbunyi. Matanya juga menyiratkan kebingungan saat mendapati dirinya tidur berduaan dengan Zhou Shen di atas padang rumput yang hijau.“Apakah kita ketiduran sepanjang perjalanan?” Zhou Shen bertanya, matanya masih menunjukkan keheranan yang mendalam.“Mungkin kelelahan kita membuat kita tertidur di padang rumput ini,” jawab Serenity dengan nada tenang. “Kenapa kau menanyakan hal ini?”“Masih jauh ya dari istana kerajaan dan hutan tempat Tiamat muncul?” tanya Zhou Shen, suaranya penuh rasa ingin tahu.“Ki
last updateLast Updated : 2024-08-28
Read more

LPN-15. DRAGON CITY

Di bawah langit berwarna ungu keemasan yang memayungi alam Eternity Nirvana, Serenity menatap Zhou Shen dengan kilau mata birunya yang menyimpan rahasia masa depan. Angin sepoi-sepoi membawa aroma embun pagi dan menyapu rambut panjang Serenity, seolah alam sendiri ingin mengantar pesan penting."Kita kembali ke Dragon City untuk sementara, Zhou Shen," ujarnya, suaranya jernih seperti lonceng kristal yang berdenting di udara. "Aku ingin berbicara dengan Tetua Klan Naga, yang bisa membaca takdir dari angin dan bintang-bintang, tentang apa yang kau katakan tadi."Zhou Shen menatap Serenity, matanya berkilat dengan keingintahuan. "Apakah Tetua Klan Naga mampu mencegah kehancuran yang akan datang, Serenity?"Serenity menggeleng pelan, rambutnya yang hitam sehalus sutra melambai lembut. "Aku tak tahu. Tapi kita harus bertanya. Aku juga ingin meminta izin untuk membunuh Naga Tiamat sebelum ia membangunkan amarahnya dan menghancurkan kerajaan ini."Zhou Shen mengangguk, pandangannya menerawan
last updateLast Updated : 2024-08-29
Read more

LPN-16. CANTIKNYA SERENITY!

Putri Serenity berdiri di tepi balkon istananya, cahaya bulan yang redup memantulkan bayangan lembut di atas kulitnya yang pucat. Hatinya bergolak dengan harapan dan keraguan yang berbaur. Kehadiran Pendekar Naga Legendaris adalah kesempatan yang tidak akan disia-siakan, namun harga yang harus dibayar begitu tinggi.Sejak lahir, racun mengalir dalam darahnya, membelit hidupnya dalam kesakitan yang tiada henti. Menurut cerita para tetua Klan Naga, hanya energi dari Pendekar Naga Legendaris yang mampu menetralkan racun ini, namun ada syarat yang tak terelakkan: ia harus menyerahkan kesuciannya kepada pendekar tersebut. Energi yang begitu kuat hanya bisa ditransfer melalui hubungan badan, cara satu-satunya yang aman untuk menyembuhkan dirinya."Apakah dia mau melakukannya denganku?" Serenity bergumam pelan, angin malam membawa kata-katanya yang mengambang di udara. "Tubuhku penuh racun. Bagaimana jika dia menolak? Bagaimana jika dia takut?"Pikirannya terombang-ambing di antara harapan d
last updateLast Updated : 2024-08-31
Read more

LPN-17. KRISIS DI DRAGON CITY - I

Sejak pertama kali memulai proses pemurnian racun yang menggerogoti tubuhnya, Putri Serenity tak henti-hentinya mengulang ritual kuno itu, berharap setiap kali melakukannya, ia bisa mempercepat kesembuhannya. Sentuhan energi antara dia dan Zhou Shen semakin dalam, semakin menyatu, namun tetap saja, racun yang bersemayam di dalam tubuhnya terlalu kuat, seakan menolak untuk sepenuhnya lenyap. Racun itu jauh lebih mematikan dibandingkan dengan yang pernah dihadapi Sasha, yang bisa diusir hanya dengan sekali pemurnian.Minggu-minggu berlalu dalam ketenangan yang langka di Eternity Nirvana. Angin sejuk berhembus membawa kedamaian, sementara Naga Tiamat, makhluk raksasa yang dulu mengancam kerajaan, seolah-olah lenyap, kekuatan destruktifnya mereda seperti badai yang sudah berlalu. Di tengah ketenangan ini, Zhou Shen mulai merencanakan kepulangannya, menyadari bahwa pelaku pembunuhan orang tuanya tampaknya tidak berada di masa ini.Namun, kedamaian itu tak bertahan lama. Panglima Kalandra t
last updateLast Updated : 2024-09-04
Read more

LPN-18. KISIS DI DRAGON CITY - II

Di bawah langit yang suram, di tengah dataran luas yang dipenuhi reruntuhan pertempuran, Panglima Adheswara berdiri tegap dengan mata tajam menatap sosok yang berdiri di depannya. "Siapa sebenarnya dirimu, Pendekar Naga?" tanyanya, suaranya menggema seperti guntur yang menggelegar di pegunungan.Zhou Shen, dengan tatapan yang tenang namun penuh kewaspadaan, membalas pandangannya. "Aku bukan siapa-siapa, Panglima. Tapi mengapa Panglima menyerang negeri yang damai ini hanya karena masalah Nagarium?" suaranya mengalir seperti sungai yang tenang, namun penuh dengan kekuatan tersembunyi.Adheswara mengepalkan tangannya, wajahnya menegang dengan tekanan yang mendalam. "Pendekar Naga, kau tidak mengerti betapa pentingnya Nagarium ini bagi Dunia Naga. Tanpa Nagarium, kami semua akan mati di Heaven Eden!" jawabnya dengan nada penuh kepedihan, seolah mengungkap beban yang telah lama dipikulnya.Zhou Shen memiringkan kepalanya, matanya menyelidik. "Kenapa bisa begitu? Apa fungsi Nagarium ini bag
last updateLast Updated : 2024-09-04
Read more

LPN-19. KEMURKAAN RAJA ASOKA

Debu tipis berputar pelan di udara saat langkah Zhou Shen menyusuri jalan menuju Istana Kerajaan Eternity Nirvana, meninggalkan tambang Nagarium di Dragon City. Gemuruh perang di kejauhan masih terasa, namun hatinya kini hanya tertuju pada satu tujuan—perdamaian antara Kerajaan Heaven Eden dan Eternity Nirvana. Di balik kabut tipis yang menyelimuti jalan, istana berdiri megah, menjulang di pusat kota, bagaikan menantang langit dengan kekuatannya.Tatapan Zhou Shen tajam ketika ia berbicara pada Panglima Adheswara sebelum berangkat. “Aku akan membujuk Raja Asoka untuk memberi kalian cukup Nagarium agar Heaven Eden bisa hidup damai. Tapi beri aku waktu untuk bicara dulu. Jangan serang Dragon City lagi!” Suaranya tegas, penuh keyakinan, sementara Panglima Adheswara hanya bisa mengangguk. “Kami menunggu kabar darimu, Zhou Shen. Semoga kau berhasil.”Menyusuri jalan berbatu menuju istana, pikiran Zhou Shen dipenuhi kecemasan. Raja Asoka terkenal bukan sebagai pemimpin yang murah hati, apal
last updateLast Updated : 2024-09-08
Read more

LPN-20. KRISIS DI DRAGON CITY - III

Di tengah senja yang memerah, angin berembus kencang di puncak tebing Dragon City, membawa hawa tegang di antara dua pendekar. Panglima Adheswara berdiri gagah, tubuhnya tegap dengan jubah perang yang berkibar liar di bawah cahaya matahari terbenam. Matanya memancarkan kemarahan yang nyaris tak terbendung saat ia menatap Zhou Shen dengan kilatan dendam.“Kamu sudah mencoba menyadarkan raja sombong itu, Zhou Shen. Aku menghargai usahamu,” suaranya berat dan penuh penekanan, seakan tiap kata adalah pukulan keras. “Tapi sekarang, minggirlah! Biar aku yang menyelesaikan apa yang seharusnya menjadi tugasku sejak awal!”Zhou Shen, dengan tatapan tenang namun penuh determinasi, tidak bergeming. Udara di sekelilingnya terasa lebih berat, seakan energi langit dan bumi sedang berkumpul di tubuhnya. “Maafkan aku, Panglima, tapi aku tidak bisa membiarkan Dragon City hancur lagi. Aku telah melihat kehancuran di masa depan. Naga Tiamat telah meluluhlantakkan kota ini sekali, dan aku tidak akan memb
last updateLast Updated : 2024-09-10
Read more

LPN-21. AKHIR KRISIS DI DRAGON CITY

Adheswara tersentak, tubuhnya terguncang keras oleh kekuatan serangan Zhou Shen. Ia terlempar jauh ke belakang, menghantam tebing dengan keras hingga batu-batu besar runtuh menimpa tubuhnya. Untuk sesaat, hening mencekam memenuhi tempat itu, hanya terdengar suara batu yang bergulir ke dalam jurang.Zhou Shen berdiri, napasnya teratur, namun ia tahu bahwa pertempuran ini belum selesai. Dari balik reruntuhan batu, sebuah tawa pelan terdengar. Adheswara, meski terluka, bangkit kembali. Matanya memancarkan tekad yang sama, bahkan mungkin lebih kuat dari sebelumnya."Pertarungan ini belum selesai, Zhou Shen. Aku akan bertarung sampai akhir demi rakyatku!"Zhou Shen menatap Adheswara yang perlahan bangkit dari balik reruntuhan batu. Tubuh panglima itu tampak berdarah, namun semangat juangnya tidak berkurang sedikit pun. Aura hitam yang mengelilinginya semakin pekat, seakan kemarahan dan tekadnya memberi kekuatan tambahan. Bahkan tanah di bawah kaki Adheswara bergetar hebat, seolah-olah alam
last updateLast Updated : 2024-09-11
Read more

LPN-22. HADIAH PERPISAHAN

Di bawah sinar bulan yang lembut, Zhou Shen berdiri di hadapan Serenity, angin malam menyapu rambut panjangnya, membawa wangi lembut bunga-bunga kerajaan. Matanya menatap dalam-dalam ke arah sang putri, yang tampak muram di bawah sinar purnama. Kecantikan eksotiknya bagai mimpi, tetapi di balik mata indahnya tersirat kesedihan."Kau benar-benar akan pergi ke Eternity Eden, Zhou Shen?" suara Serenity lirih, hampir pecah. Tangannya sedikit gemetar saat ia menggenggam lengan Zhou Shen.Zhou Shen menarik napas dalam, merasa berat meninggalkan tempat ini. "Aku hanya ingin melihat kondisi mereka. Mungkin ada jalan menghadapi Naga Tiamat." Suaranya tegas, namun ada keraguan tipis yang terpantul di matanya.Serenity memalingkan wajahnya sejenak, sebelum kembali menatapnya. "Kau benar-benar percaya pada Panglima Adheswara itu?""Ya," Zhou Shen menjawab tanpa ragu. "Mereka kekurangan Nagarium, dan di sini kita memilikinya berlimpah. Tidak adil jika kita menutup mata atas penderitaan mereka."Se
last updateLast Updated : 2024-09-23
Read more

LPN-23. HEAVEN EDEN

Mata Zhou Shen menelusuri pemandangan di bawahnya, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Negeri Heaven Eden, yang ia bayangkan sebagai tanah gersang yang dilanda kemiskinan, justru menyuguhkan hamparan subur dengan pepohonan hijau yang menjulang tinggi. Udara segar menyusup lembut ke dalam paru-parunya, sementara angin yang sejuk membelai wajahnya. Di bawah sana, ladang-ladang terbentang luas dengan kilau dedaunan yang memantulkan cahaya matahari seperti zamrud. Seolah-olah, setiap sudut negeri ini dipenuhi kehidupan.Zhou Shen mengerutkan dahi, bingung. "Aku tidak mengerti, Panglima. Kau bilang Heaven Eden sedang dilanda krisis, tapi tidak ada tanda-tanda krisis di sini. Tidak ada kekurangan energi atau kehancuran seperti yang kubayangkan."Panglima Adheswara tersenyum tipis, matanya menyiratkan kebijaksanaan yang mendalam. "Belum, Tuan Zhou. Belum. Kau baru melihat permukaannya saja. Nanti, ketika kita masuk lebih dalam ke jantung Heaven Eden, semua akan terungkap."Kata-kata sa
last updateLast Updated : 2024-09-26
Read more
PREV
1
...
7891011
...
16
DMCA.com Protection Status