Semua Bab Istri Kecil CEO Tampan: Bab 41 - Bab 50

54 Bab

Topan Terluka

“Aku tidak bisa melakukan permintaanmu, tapi aku berjanji akan menjagamu dengannya, berikan aku kesempatan,” bujuk Topan dengan wajah memelas.“Aku belum siap menerimanya.”Hal yang harus dilakukan Topan agar calon bayinya selamat, melupakan amarahnya pada Mentari. Ia berjanji akan menjaga.Gadis mudah itu, belum bisa menerima kehamilannya tidak pernah terpikirkan olehnya akan hamil anak, laki-laki yang paling dibenci.“Kamu tidur di sofa saja, aku akan tidur diranjang,” ujar Mentari saat menjelang malam. Topan tidak ingin membantah. Sebenarnya curiga kalau Mentari akan melarikan diri, tapi mencoba memberi wanita itu kepercayaan sekali lagi.Saat tengah malam ia mendengar derap kaki berjalan, Topan menebak kalau Mentari ingin kabur lagi. Ia duduk dan membalikkan badan. Alangkah terkejutnya dirinya seseorang mengenakan penutup kepala mengangkat pisau ingin menusuk dada Mentari.“Hei!” teriak Topan melompat merangkul orang tersebut, pergulatan di mulai . Anehnya Mentari tidak bangu
Baca selengkapnya

Aku akan Penjarakan Ayahku

Mobil itu melaju, setelah beberapa lama perjalanan ternyata Topan membawa Mentari ke rumah orang tuanya. Bulan dan Samudra kaget melihat Topan terluka, mereka memapah ke rumah.“Apa yang terjadi Nak Topan?”“Mentari Om dia dalam bahaya, Mentari jangan sampai kemana-mana dia sedang hamil,” uja Topan akhirnya pingsan.“Hamil?” Bulan melonggo, jelas-jelas mereka kaget selama ini Mentari mengaku kalau ia sangat membenci Topan bahkan tidak tidur satu kamar.“Nanti aku jelaskan Kak, tolong bantu dia bawa ke kamar,” ujar Mentari meminta asisten Topan membantu. Lelaki bertubuh jangkung itu membawa Topan ke kamar membaringkannya di sana. Bulan terlihat sangat khawatir melihat Topan terluka Mentari bisa melihat ada cinta yang besar di mata sang Kakak. Wanita berambut panjang itu berlari dari rumah ia memanggil dokter dari klinik tidak jauh dari rumah mereka.Sementara Mentari hanya diam, ia kasihan melihat sang Kakak. Topan cinta pertama Bulan tapi karena orang tua Topan akhirnya merek
Baca selengkapnya

Melawan Ayah Sendiri

Mendengar Mentari hamilIbu Mentari sangat bahagia. Saat ia dan Topan kembali ke rumah wanita itu menangis bahagia. Ibu Mentari sudah bertahun -tahun mengalami sakit stroke untuk mengekspresikan rasa senangnya ia hanya bisa menangis dan bicara dengan suara yang tidak begitu jelas.“Ibu kenapa?” tanya Mentari saat ia menangis.“Sepertinya Ibu mendengar kamu hamil dan dia bahagia,” jelas Samudra.Mentari hanya diam dan mengusap tangan Ibunya dengan lembut. “Ibu harus tetap sehat,” ucap Mentari berdiri lalu naik ke kamar atas.Keluarganya dan Topan hanya bisa menghela napas berat melihat kemarahan Mentari. Mereka duduk di ruang tamu , Samudra akhirnya menjelaskan semua apa yang dialami keluarganya saat Topan menggagalkan pernikahannya dengan Bulan.“Saya tidak tahu akan hal itu Om, saya minta maaf sama Om, tante dan Bulan,” ujar Topan.“Saya tidak ingin memperpanjang masalah itu Nak Topan. Saya sudah bilang beberapa kali pada Mentari agar ia berhenti, tapi amarahnya belum padam. Saya h
Baca selengkapnya

Memilih Memenjarakan Sang Ayah

Melawan ayah sendiri bukan hal yang mudah untuk Topan, tapi ia harus melakukan itu untuk Ibunda dan untuk anak dan istrinya. Ia harus rela dicap sebagai anak durhaka. Tadinya Topan tidak ingin bicara baik-baik dengan Angksa, tapi pemukulan yang dilakukan Angksa pada sang ibu membuat bertekad menghukum ayahnya sendiri.“Apa kamu yakin akan melawan ayahmu sendiri?” tanya Angkasa dengan sikapnya yang angkuh.“Iya, aku akan melakukan itu karena ayah memang salah,” ujar Topan.Kedua kubu pengacara ayah dan anak itu hanya bisa diam, saat anak dan ayah saling berdebat.“Bagiku kamu hanya bocah kecil Topan, jadi minggirlah jangan menghalangi jalanku,” suruh ayahnya.“Bocah kecil ini akan memenjarakanmu atas perbuatan jahatmu selama ini pada Bunda, untuk keluarga Bulan. Aku akhirnya mengerti Ayah, kalau Bulan tidak pernah menghianatiku, itu semu karena ulahmu. Kenapa tega menghancurkan kehidupan anakmu sendiri?” tanya Topan.Bukanya merasa bersalah laki-laki itu malah menyalahkan Topan karen
Baca selengkapnya

Berikan Suamimu Pada Kakakmu

Melihat perubahan sikap Mentari keluarganya yakin, Mentari ingin menghilangkan janin dari rahimnya dengan cara tidak sengaja. Pagi itu saat Bulan masuk ke kamarnya, ia melihat sang adik melakukan olahraga yang seharusnya tidak dilakukan orang hamil.“Tari, apa yang kamu lakukan itu berbahaya pada bayimu,” tegur sang kakak.Mentari berbalik badan, lalu menatap sang kakak dengan begitu dalam.“Sebenarnya Kakak sedih kan karena aku menikah dengan Topan. Kamu masih mencintainya kan?”“Mentari, sampai kapan kamu mengungkit-ungkit masa lalu.” Mata bulan berkaca-kaca.“Aku tidak mengungkit masa lalu Kak, tapi aku tidak ingin melihat kakak menderita.”“Aku tidak menderita Mentari, aku hanya khawatir dengan kandunganmu,” jelas Bulan.“Mata tidak bisa berbohong Kak, aku bisa melihat kamu masih mencintai Topan dia cinta pertamamu, jika aku hamil kesempatan kakak kembali bersamanya akan hilang.” Jelas Mentari.“Kamu menuduh aku Mentari, itu tidak benar.”Mentari membuka laci, lalu mengeluarka
Baca selengkapnya

Suamiku Ciuman Dengan Kakakku

Setelah permintaan sang Ibu, sikap Mentari jadi berubah, wanita cantik itu lebih irit bicara, bahkan menghindar bertemu dengan keluarganya.“Apa kamu sakit Nak?” tanya Angkasa, saat melihat Mentari duduk di taman.“Tidak, aku hanya menikmati angin yang sejuk ini Yah.”“Masuklah ke dalam rumah, angin malam tidak baik untukmu dan bayimu,” ujar Ayahnya perhatian.Mentari masuk ke kamarnya hanya duduk diam dalam kamar. Kalau biasanya dia menyempatkan waktunya untuk mengobrol dan cerita-cerita berbagai hal dengan kakak dan Ibunya. Namun kali ini, ia berubah memilih masuk kamarnya. Ia lebih senang sendiri. Untuk hanya sekedar makan saja ia enggan untuk turun. *Samudra berpikir putrinya sedang mengidam, ia membawa makanan ke dalam kamar Mentari.“Ayah, membawa makanan yang kamu suka.” Pria yang sudah beruban itu meletakkan nampan diatas meja.“Terimakasih Yah, aku tidak apa-apa hanya lagi sibuk belajar untuk ujian nanti.”Samudra mengalihkan tatapannya ke buku-buku diatas meja,
Baca selengkapnya

Membayar Dosa Masa Lalu

Samudra tidak percaya dengan apa yang dilihat di depan matanya. Anak perempuan yang selama ini ia bangakan ternyata melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan.“Bulan! Apa yang kamu lakukan? Dia suami adikmu, bahkan adikmu sedang hamil. Kenapa kamu tega melakukannya?”“Ayah … dengar dulu, ini tidak seperti yang ayah lihat,” bantah Bulan.“Stop! Kalian berdua tidak bisa mengelak. Saya sudah melihat dengan mata kepala saya sendiri,” bentak Samudra.Pundaknya naik turun, wajahnya menghitam menahan luapan emosi yang ingin meledak. Tatapan mata tajam dia tujukan pada menantunya.“Kamu laki-laki bajingan, pergilah dari sini,” usirnya lagi.“Yah, maafkan saya, saya khilaf.” Topan bersimpuh di tanah.Saat ayahnya marah besar, tapi tidak untuk Mentari. Ia begitu tenang seolah-olah tahu kalau hal itu akan terjadi.“Apa karena itu kamu meminta menikah dengan Bulan? Dengar aku tidak akan memberikan kedua putriku pada bajingan seperti kamu. Ayo Nak kita pergi dari sini.” Samudra menggenggam ta
Baca selengkapnya

Setuju Menikah dengan Bulan

Setelah bertengkar hebat dengan istrinya Samudra merasa kepalanya ingin meledak. Ia tidak ingin pertengkaran mereka semakin melebar , ia berhenti menyudahi semua pertengkaran merekam keluar dari rumah. Saat ia keluar ternyata Mentari juga berdiri di sana. Hati Mentari begitu hancur, selama ini ia berpikir kalau Ibu yang ia sayangi menyayanginya juga, ternyata ia salah wanita itu membencinya. “Apa kamu mendengar pertengkaran kami?” tanya pria itu dengan khawatir.“Iya,” sahut Mentari dengan kepala menunduk.“Maafkan Ayah Nak.”Pria itu berjalan menuju bangku taman. Duduk sambil menatap hamparan laut luas. Suara deburan ombak menambah rasa pilu dalam hatinya.Setiap malam ia selalu duduk di sana mendengar deburan ombak yang indah. Semenjak pindah ke Bali Samudra merasakan ketenangan. Jauh dari hiruk pikuk ibu kota. Namun, kali ini ada perasaan yang berbeda saat duduk di sana. Ada perasaan yang sangat terluka akan sulit menyembuhkannya.Mentari juga duduk di samping ayahnya, pria it
Baca selengkapnya

Aku Menjagamu Selama Kamu Hamil

Mentari bersedia dibawa ke Jakarta dengan berbagai persyaratan yang harus dituruti Topan. Salah satunya tidak ingin tinggal di rumah ibu mertuanya. Mentari juga harus diperbolehkan mengikuti ujian susulan. Agar bayi dalam kandungan Mentari Topan melakukan semuanya, ia mengijinkan Mentari mengikuti ujian kelulusan. Selama masa ujian Topan tidak diperbolehkan bicara padanya, bahkan Mentari tidak pernah menemuinya selama berhari-hari. Mereka hidup satu atap, tapi bisa bertemu satu sama lain.Mentari sudah berbulan-bulan tidak bertemu sahabatnya Melie. Mentari meminta izin ingin bertemu Melie.“Kamu hamil anak siapa?” tanya Melie sahabatnya.“Hamil anak Topanlah Melie,” ujar Mentari mencubit lengan Melie.Kedua sahabat itu bertemu di sebuah café setelah menyelesaikan ujian kelulusan. Melie belum tahu kalau Dilan seorang perempuan. Mentari tidak ingin menutupinya lagi dari Melie.“Mel, aku ingin jujur sama kamu,” ucap Mentari dengan raut wajah serius.“Tentang apa?”“Dilan.”Mendenga
Baca selengkapnya

Berikan Saja Perhatianmu Untuk Kakakku

Hubungan Topan dan Mentari sedikit membaik berkat kesabaran Topan. Laki-laki tampan itu memilih mengalah dan sabar untuk menghadapi sikap istri kecilnya. Mentari sudah mau bicara padanya , bahkan sudah mau duduk semeja dengan Topan, walau tidak tidur dengan satu kamar tapi ia akan tetap bertahan.“Apa kamu mau jalan-jalan bersamaku?” tanya Topan saat Mentari berdiri di tepi kolam renang.“Tidak usah, aku malas.”Topan tidak ingin memaksa, tetapi ia menawarkan hal yang lain.“Bagaimana dengan perlengkapanmu,apa masih ada? Kebetulan aku kehabisan parfum kalau kamu mau kita pergi bersama-sama.”Mentari memikirkan tawaran sang suami, lalu masuk ke dalam kamarnya untuk memeriksa apa saja barang yang ia perlukan.“Baiklah, aku ikut,” ucap Mentari.Mendengar hal itu Topan merasa sangat bahagia, selama ini Mentari masih memasang tembok penghalang diantara mereka. Topan sudah bertekad akan penghalang asal ia sabar menghadapi sikap keras kepala Mentari.“Apa perlu kita meminta Melie menem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status