All Chapters of Bangkitnya Istri yang Dikhianati: Chapter 141 - Chapter 150

276 Chapters

S2 – Part 36. Terpojok

Mobil mewah berwarna hitam yang dikendarai oleh Ramon itu membelah kota Jakarta dengan kecepatan yang luar biasa. Rahang lelaki itu mengetat erat dan pegangannya pada setir mobil pun menguat. Inilah yang dia khawatirkan, kabar buruk yang membuat emosinya meletup kuat. Dia bahkan tidak memedulikan kekhawatiran dirinya sendiri karena ada yang lebih penting dari itu semua. Dia tadinya berada di persidangan ketika panggilan dari Anyelir muncul dan kabar buruk diterimanya. Tanpa menunggu apa pun lagi, dia segera meninggalkan persidangan dan menyerahkan semua urusan pada timnya. Satu hal yang membuatnya marah adalah ketika diam-diam Anyelir memberikan izin Sus Ayu pergi membawa Ancala pergi padahal dia sudah melarangnya. “Mas.” Anyelir yang tengah mondar-mandir di depan rumah teman Ancala itu segera mendekat pada Ramon yang baru saja keluar dari mobil. “Ancala ….” Anyelir tidak bisa melanjutkan ucapannya ketika tatapan Ramon terlempar dingin ke arahnya. Jangankan membuat Anyelir tenang
last updateLast Updated : 2023-11-08
Read more

S2 – Part 37. Memastikan Sesuatu

“Aku sudah mengurus Ancala sejak dia bayi. Mas menganggapku belum siap menjadi ibu? Mas jangan mengatakan sesuatu yang bodoh.” Ramon baru mengenal Ancala beberapa bulan terakhir ini. Sedangkan Anyelir sudah hidup dengan Ancala sejak bocah itu keluar dari rahim ibunya dan dia juga mengurusnya. Kalau Ramon sedih, Anyelir lebih sedih. Kalau Ramon kecewa, dia jauh lebih kecewa. Tapi tuduhan itu membuat Anyelir sakit luar biasa. “Mas bertindak seolah-olah hanya Mas yang peduli dengan Ancala. Hanya Mas orang tuanya. Aku juga ibunya, Mas. Dibandingkan Mas, aku jauh lebih peduli dengannya.” Anyelir tak tahan ketika dia meninggikan suaranya. Wajahnya memerah karena amarah. Matanya tak kalah merah karena sejak tadi tak hentinya mengeluarkan air mata. “Aku sejak kecil selalu mengajarinya untuk bisa bersosialisasi dengan orang lain. Aku nggak mau Ancala menjadi anak yang penakut. Itulah kenapa aku mengizinkannya pergi untuk datang dalam undangan itu.” Jika Anyelir tahu kejadiannya akan sepert
last updateLast Updated : 2023-11-08
Read more

S2 – Part 38. Jangan Sampai Kehilangan

“Mereka berganti mobil dengan mobil lain setelah berhasil menculik Ancala.” Ramon mendengarkan dengan seksama apa yang tengah dilaporkan oleh orang-orangnya. Bukan hanya itu, ada kemungkinan besar di dalam kepalanya jika penculikan ini mungkin sudah direncanakan. Tapi, dia bertanya lagi pada dirinya sendiri motif apa yang digunakan oleh mereka melakukan ini. Ramon duduk dengan tenang di atas cap mobilnya sambil terus berpikir. Satu dugaan tiba-tiba muncul di dalam kepalanya. Apa jangan-jangan orang yang merencanakan ini adalah musuh Anyelir. Dan yang dia ketahui selama ini, musuh Anyelir hanyalah keluarga Ancala sendiri. “Tapi kalian yakin ini rumahnya?” tanya Ramon sekali lagi untuk memastikan. Menatap ke arah rumah dua lantai yang tampak sepi. Tapi tak peduli apa, dia harus tetap memberikan kejutan untuk orang-orang yang ada di dalam sana yang sudah berani bermain-main dengan Ramon.“Benar, Pak. Apa kita hubungi polisi sekarang?” “Tentu. Saya yang akan memanggil polisi.” Ramon
last updateLast Updated : 2023-11-09
Read more

S2 – Part 39. Mulai Melunak

Ucapan sang ayah sebenarnya tidak begitu dipedulikan oleh Ramon, tapi mau tak mau kalimat itu terasa terngiang di dalam kepalanya. Kini ruangan rawat inap Ancala itu sudah sepi. Kedua orang tua Ramon sudah pulang dan tinggallah Ramon dan Anyelir menunggu Ancala. Tatapan Ramon mengarah pada istrinya yang duduk tak bergerak di kursi di dekat ranjang. Tangannya terus memegang tangan Ancala dengan lembut seolah takut jika dia melepaskannya maka putranya itu akan pergi lagi. “Kamu bisa istirahat dulu. Tidur dulu di sofa. Biar aku yang jaga Ancala.” Ramon mendekati istrinya dan berdiri di depan perempuan itu. Anyelir mendongak dengan menatap Ramon. Dia tampak ingin mengatakan sesuatu, tapi dia takut jika pertanyaannya akan membuat Ramon marah. Maka dia memilih untuk diam dan menjawab dengan lembut. “Mas dulu aja yang istirahat. Mas nggak tidur beberapa hari ini. Mas pasti lelah.” Anyelir mengalihkan tatapannya pada tangan kecil Ancala sambil mengelusnya. “Mas udah bekerja keras, sedangka
last updateLast Updated : 2023-11-09
Read more

S2 – Part 40. Siapa?

“Kamu mau bertemu dengan nenek kakek Ancala?” Ramon menawarkan kepada Anyelir sekiranya perempuan itu mungkin ingin berbicara dengan mereka. Ancala sudah diizinkan pulang oleh dokter karena keadaannya sudah membaik. Maka Ramon memulai mengurus hal lain termasuk kasus yang sudah membuat keluarganya kelabakan. Anyelir yang tengah duduk berselonjor di atas ranjang itu mendongak menatap Ramon yang tengah duduk di kursi kerjanya yang ada di dalam kamar. Ada pertimbangan yang tengah ada di dalam pikiran Anyelir. Jika dia bertemu dengan pasangan paruh baya tersebut, apa yang akan dikatakan? Memarahinya? Tidak ada pengaruhnya. Karena di balik jeruji besi sangat pantas untuk mereka. “Aku nggak perlu bertemu dengan mereka. Aku serahkan semuanya sama Mas. Apa yang memang pantas mereka dapatkan, maka berikan saja.” Anyelir tidak sudi lagi berhubungan dengan mereka, orang-orang yang jahat. Pertemuan itu hanya akan membuka luka lama di dalam hati Anyelir. Dia akan mengingat-ingat semua hal buru
last updateLast Updated : 2023-11-10
Read more

S2 – Part 41. Musuh Lama

Diluar dugaan Anyelir, perempuan itu justru terkekeh kecil. Menatap wajah Ramon dengan penuh puja. Sedangkan Ramon justru tampak tak acuh kepada perempuan itu. Yang dikatakan oleh Ramon ternyata benar. Jika dia tak akan berselingkuh. Tapi bagi Anyelir, sekeras apa pun laki-laki menolak perempuan, bisa saja akan melunak jika si perempuan itu berusaha keras. “Kamu tahu, Ram? Sejak kamu benci sama aku, aku justru penasaran sama kamu. Aku pernah menundukkan Kala sampai rumah tangganya hancur, kali ini aku ingin mencoba denganmu. Kamu tahu? Aku merasa laki-laki yang susah didapatkan itu sangat seksi.” Suara itu kembali terdengar membuat Anyelir merasa kesal luar biasa. Dia tak tahu siapa perempuan itu, tapi membuat rumah tangga Kala hancur, pasti ada hal rumit yang pernah terjadi. Haruskah dia bertanya dengan Ramon nanti? Atau tidak, karena Ramon belum tentu akan menjelaskan. Tapi jika dia tak bertanya, dia hanya akan diliputi rasa penasaran yang tiada henti. Tapi yang paling masuk akal
last updateLast Updated : 2023-11-10
Read more

S2 – Part 42. Aku Bisa Mendapatkannya

Terbiasa sibuk bekerja, membuat Anyelir harus menekan rasa bosannya ketika lama-lama berada di rumah. Tugasnya sekarang hanya mengantar dan menjemput Ancala ke sekolah. Tidak ada kegiatan apa pun yang membuat dirinya benar-benar sibuk. Tapi mau tak mau, inilah konsekuensi yang harus dia terima atas semua keputusan yang diambil. Deringan ponselnya terdengar membuat Anyelir meneguk kesadarannya yang sejak tadi melayang entah ke mana. Nama ibu mertuanya terlihat dan dia segera menerimanya. “Ya, Ma? Sekarang? Tapi nanti aku harus jemput Acala pulang sekolah. Oh, oke. Aku langsung ke sana.” Anyelir beranjak dari sofa dan segera naik ke lantai atas untuk mengganti bajunya. Tak lupa dia juga harus izin kepada Ramon untuk pergi. Itu adalah sebuah keharusan yang tidak boleh dilupakan. Setelah izin sudah didapatkan, maka tak lupa dia juga memastikan kepada Sus Ayu untuk menjemput Ancala. Dalam waktu satu jam berkendara, Anyelir sampai di kediaman ibu mertuanya. Di sana sudah lumayan bany
last updateLast Updated : 2023-11-11
Read more

S2 – Part 43. Gila Kerja

“Boleh aku tanya sesuatu, Ma?” Akhirnya arisan itu selesai dilakukan. Anyelir belum pulang dan memilih di rumah mertuanya untuk sementara waktu sampai sore nanti. Teman-teman arisan ibu mertuanya termasuk Eliya pun sudah pulang juga. Kini tinggal Anyelir dan ibu Ramon yang tengah duduk di sofa ruang keluarga. “Boleh. Mau tanya apa?” tanya perempuan paruh baya tersebut. “Kok Mbak Eliya bisa ikut arisan ibu-ibu itu gimana ceritanya?” Anyelir tidak ingin berbasa-basi dan berbicara dengan berputar-putar. Cepat mendapatkan jawaban akan semakin baik.“Oh, Eliya itu sebenarnya putrinya teman Mama yang biasanya ikut arisan.” Jawaban itu akhirnya terkuak dan Anyelir segera memahami. “Karena hari ini mamanya nggak bisa ikut, maka dia yang mewakili. Kenapa? Kamu nggak senang ya ada dia?” Anyelir buru-buru menggeleng. “Bukan gitu, Ma. Biasanya kalau perempuan seperti Mbak Eliya itu ‘kan pasti punya gerombolan sendiri. Teman-temannya yang seusianya.” “Ya, ibunya itu ‘kan suka bepergian, jadi
last updateLast Updated : 2023-11-11
Read more

S2 – Part 44. Ragu Kembali

“Menjadi istri yang baik.” Kata-kata itu terasa menempel di dalam pikiran Anyelir. Selama pernikahan ini, Anyelir selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk rumah tangganya bersama dengan Ramon. Dia bahkan mengurus semua keperluan Ramon. Tapi satu hal yang kurang, Ramon masih bersikap tak acuh terhadapnya. Anyelir mengakui kalau dia tidak kekurangan dalam hal materi, tapi tentu sangat kekurangan dalam kasih sayang. Siang ini, dia mencoba menghubungi Ramon untuk setidaknya hanya bertanya tentang makan siang. Tapi lagi-lagi, Ramon tidak terdengar antusias ketika menjawabnya dan seperti diburu waktu. Menjawab pertanyaan Anyelir pun terdengar malas-malasan. Kalau seperti ini, hubunganya dengan Ramon akan jalan di tempat. Maka Anyelir tidak bisa membiarkannya. Berusaha sendiri memang sangat melelahkan, tapi Anyelir tidak akan menyerah. “Oh, Ibu. Maaf, tapi Bapak baru saja keluar.” Anyelir harus menelan kekecewaannya ketika dia mendapatkan informasi yang diberikan oleh petugas reseps
last updateLast Updated : 2023-11-13
Read more

S2 – Part 45. Hal yang Dibenci

Ramon hanya menatap Anyelir yang mondar-mandir menyiapkan sarapan pagi. Lebih tepatnya hanya menata makanan ke meja makan setelah Bibi selesai memasaknya. Tidak ada perbincangan apa pun yang terjadi, sehingga ruangan luas itu hanya diliputi keheningan. Anyelir duduk setelah itu untuk memulai sarapannya. “Jadi, reuninya?” tanya Ramon memecah keheningan. Ramon selama beberapa hari ini merasakan perubahan besar pada sikap Anyelir kepadanya dan itu terasa tidak nyaman. “Jadi. Setelah Mas berangkat, aku yang akan berangkat.” Dan karena Anyelir bahkan tidak memedulikan Ramon yang enggan memberikannya izin, maka pada akhirnya Ramon mengalah. Membiarkan Anyelir pergi bertemu dengan teman-teman lamanya. “Sepagi ini?” “Ya, karena ada acara amal dan aku ikut bantu-bantu di sana, aku harus berangkat pagi.”“Panitia?” “Kurang lebihnya begitu.” Anyelir mengangguk mantap. Perempuan itu tampak tak acuh ketika mengatakan hal tersebut dan itu sangat menjengkelkan. Meletakkan sendok dan garpunya
last updateLast Updated : 2023-11-13
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
28
DMCA.com Protection Status