Home / Pernikahan / Pura-Pura Single / Kabanata 11 - Kabanata 20

Lahat ng Kabanata ng Pura-Pura Single: Kabanata 11 - Kabanata 20

28 Kabanata

11. Rencana yang Sia-sia

Karen dan Bredy saling bertatapan, menunggu seseorang dengan canggung. Asisten pribadi dari masing-masing Maudy dan Arga itu sama sekali tidak tahu-menahu jika Maudy telah mengatur pertemuan untuk mereka bertiga."Sudah lama sekali kita tidak bertemu," ucap Bredy canggung."Ya .. sudah lama sekali."Karen hanya menjawab sesuai porsinya. Hubungan kedua asisten pribadi ini memang kurang begitu baik. Keduanya dulunya adalah sepasang kekasih yang tidak bisa bersama lagi.Melepas segala rasa canggung yang ada, Maudy datang tepat pada waktunya. Tak lupa untuk menyembunyikan penyamarannya pada Bredy, ia selalu menggunakan wig hitam yang mirip dengan model rambut aslinya."Kalian berdua sudah lama?"Karen dan Bredy kompak menggeleng dan berebut untuk menjawab pertanyaan sang Nyonya."Tidak .. maksud saya belum lama Nyonya."Maudy menatap keduanya. Ia teringat kembali dengan cerita dari suaminya mengenai Karen dan Bredy."Tidak usah canggung begitu .. hari ini kita akan membicarakan kemajuan p
Magbasa pa

12. Bangun dari Koma

"Kenapa kamu segila ini? Aku sudah tidak ada urusan lagi denganmu, lagipula perusahaanmu mengalami loss yang sangat banyak. Kurasa aku tidak membutuhkanmu lagi," ketus Maudy.Tak lupa tangannya sibuk mendorong badan laki-laki yang dibencinya itu agar keluar dari apartemennya.Bima tersenyum simpul. Sambil membalikkan badannya menuju pintu, ia mengucapkan kalimat dengan sangat yakin, "kamu tidak akan bisa lepas dariku Maudy! Aku akan anggap ini sebagai istirahat bagimu tapi .. aku akan terus berusaha untuk mendapatkanmu. Suatu saat kau akan jadi istriku!"BRAK.Pintu dibanting cukup keras, menyisakan perasaan tak karuan pada benak Maudy. Ia berpikir jika dirinya mungkin saja terlalu ceroboh dan terburu-buru.Akibatnya mau tidak mau Maudy harus membuat rencana baru untuk menghancurkan Bima.Dalam keputusasaan itu dirinya berdoa agar suaminya cepat sadar dari koma-nya.Sambil terduduk di lantai yang dingin dan memeluk lututnya sendiri, Maudy mengingat lagi awal mula dirinya ingin sekali
Magbasa pa

13. Kehidupan Baru

Sebelum meninggalkan apartemennya, Maudy mengamati dirinya lagi di depan cermin.Ada perasaan campur aduk saat melihat penampilannya sekarang yang terlihat sangat menyedihkan. Rambut berwarna fuchsia dan filler bibir yang menempel pada wajahnya sekarang sangatlah terlihat bodoh."Aku akan kembali menjadi Maudy yang dulu."Sambil bergegas keluar ia kembali menghubungi Bredy, memintanya agar menjemputnya beberapa jam lagi karena Maudy akan pergi ke salon langganannya terlebih dahulu.**"Rambut Anda sangat indah Nona .. apakah Anda yakin ingin mengubahnya menjadi hitam?" tanya salah satu karyawan di salon paling terkenal itu."Ya aku yakin, tolong hilangkan semua warna fuchsia pada rambutku yang memusingkan mata ini."Si karyawan sedikit tergelak. Maudy masih senyum-senyum sendiri saat suster yang ia sewa untuk menjaga suaminya tiba-tiba menghubunginya melalui panggilan video. Terlihat sosok Arga, suaminya yang sedang terduduk sambil sedikit kebingungan.Tanpa sadar Maudy meneteskan air
Magbasa pa

14. Potongan Ingatan Setahun Lalu

"Kau harus pulih dulu sayang .. baru nanti kita pikirkan mengenai hal itu ya?"Arga mengangguk mengerti walaupun kenyataannya ia belum memahami betul apa yang sedang Maudy dan Bredy tertawakan.Tak berapa lama, Bredy bangkit dari duduknya berniat untuk meninggalkan dua orang itu agar dirinya tidak mengganggu, "saya permisi untuk pergi ke luar sebentar Nyonya."Maudy mengangguk dan sejujurnya ia lebih merasa bahagia jika berdua saja dengan suami yang sudah sangat dirindukannya itu."Jangan memaksakan diri untuk berpikir keras .. kau harus istirahat dulu sampai pulih .. apa kau mau makan sesuatu sayang?"Tanpa Maudy duga, Arga membelai rambutnya dan mengecup keningnya pelan."Aku merindukanmu Maudy," ucap Arga.Setengah terharu namun lebih banyak gemas dengan suaminya yang bertingkah seperti anak kecil itu membuat Maudy tersenyum senang."Aku juga merindukanmu."CUP.Sebuah kecupan manis di bibir Arga berhasil Maudy lakukan. Ia sudah sangat merindukan saat pertama kali Arga mengecupnya
Magbasa pa

15. Pelan-pelan Saja

Maudy menghela napas, ia kemudian menjelaskan semua hal dengan jujur. Barangkali pada saat ia menjelaskan, suaminya itu akan dapat mengingat sedikit kejadian pilu yang menimpanya setengah tahun lalu."Kau mengalami kecelakaan sayang .. kau terjatuh dari lantai empat di sebuah hotel."Maudy melihat raut wajah suaminya dalam sekejap langsung berubah, seperti sedang menahan sesuatu yang membebani dirinya."Aku terjatuh? Apa itu karena kesalahanku sendiri? Bagaimana kronologinya?"Maudy menghela napasnya. Ternyata benar sesuai dugaannya jika suaminya tidak mengingat kejadian naas yang membahayakan dirinya itu.Pertanyaan Arga tak Maudy jawab. Hanya ada hening yang perlahan memenuhi ruangan paling mewah di rumah sakit itu.Keheningan baru hilang saat Bredy masuk ke dalam ruangan. Membuat Maudy langsung mengalihkan pembicaraan karena ia sendiri juga tidak ingin suaminya memaksakan diri untuk mengingat kejadian itu di saat kondisinya belum begitu pulih."Kalau belum ada yang bisa kau ingat t
Magbasa pa

16. Pulang ke Rumah

"Sayang .. apa kau sekarang sudah lebih baik?"Dilihatnya keringat sampai membasahi baju suaminya. Terlebih saat melihat wajah suaminya yang pucat, Maudy menjadi panik. Namun ia tahu jika dirinya harus berusaha untuk tetap tenang.CUP.Sebuah kecupan di dahinya membuat Maudy merasa tenang seketika. Ternyata suaminya lebih mengkhawatirkan dirinya, bukan sebaliknya."Jangan panik sayang .. aku sungguh tak apa-apa. Aku sudah tidak lagi melihat ke arah jendela.""Aku marah karena kau jadi begini karena si brengs*k itu!" Tak sengaja ia mengucapkan kalimat itu di depan suaminya.Maudy tidak boleh membuat suaminya bekerja lebih keras untuk memikirkan kasus kecelakaannya itu. Atau hal tersebut malah bisa menjadi boomerang untuknya sendiri.Beberapa menit ia hanya diam sembari menenangkan dirinya. Tanpa disadari, pundaknya kini menjadi sandaran kepala suaminya yang telah tertidur nyenyak."Maafkan aku ..." gumamnya dengan perasaan yang tak tentu.**"Aku sudah tiba di Jakarta, tolong jemput ak
Magbasa pa

17. Kunjungan Mertua

Maudy mematung tak percaya. Kedua mertuanya kini sudah ada di hadapannya. Sekaligus dua orang yang tidak pernah menyetujui akan pernikahannya dengan Arga.Tidak direstuinya pernikahan Arga dengan dirinya waktu itu seakan menjadi tembok pembatas antara dirinya dan juga mertuanya.Dengan sedikit terbata-bata karena tidak percaya, Maudy mempersilahkan keduanya masuk. Sedangkan Arga masih terlihat kebingungan. Maudy menyimpulkan jika suaminya belum mengingat kedua orang tua yang sama sekali tidak dekat dengannya itu."Mari masuk dulu Papa .. Mama .. maaf masih berantakan," ucapnya gugup.Kedua mertuanya hanya mengikuti dalam diam, tak lupa juga dengan pandangan penuh selidik yang membuat Maudy semakin gugup."Ada apa ini .. kenapa tiba-tiba," batinnya.Ia mempersilakan mertuanya untuk duduk dan mengambilkan beberapa jus instant."Silakan diminum dulu Pa .. Ma ..," ujar Maudy sambil menghidangkan dua gelas jus dalam kemasan."Kenapa masih meminum jus kemasan? Ini tidak sehat!" bentak Nyony
Magbasa pa

18. Suamiku .. Aku Hanya Mencintaimu

Perasaan kalut yang membebani hatinya tak membuat Maudy putus asa begitu saja.Setelah satu keajaiban atas sadarnya suaminya dari koma, kini masalah baru yang ia khawatirkan sepertinya akan benar-benar datang."Kenapa aku bodoh sekali," gumamnya dalam perjalanan untuk menemui Karen.Hal-hal yang sebelumnya ia pikir akan baik-baik saja dan segera berlalu nyatanya tak semudah bayangannya.Penyamarannya untuk mendekati Bima belum berkahir juga. Padahal hatinya sudah cukup lega jika laki-laki brengs*k itu menikah dan menemukan kesibukan baru selain mencari-cari masalah dengan dirinya lagi.Pada salah satu ruang VVIP restoran mewah di kota itu, Maudy datang membawa dirinya dan sejuta pertanyaan yang sedari tadi memenuhi pikirannya.Lampu gantung bergaya vintage bercampur klasik telah menambah perasaan campur aduk di dalam benak Maudy kala itu.Saat dirinya sampai di restoran, terlihat Karen sudah memesan beberapa appetizer untuk mereka makan malam itu.Setelah menyadari kehadiran dirinya,
Magbasa pa

19. Penyamaran yang Sia-Sia

Kening Maudy berkerut, di dalam benaknya muncul banyak pertanyaan mengenai 'siapa orang yang ingin menemuinya di hari pertamanya datang lagi ke perusahaan ini?' Maudy hanya bisa mengangguk dan memerintahkan karyawannya untuk meminta orang itu menunggu sebentar lagi.Tak ada firasat aneh dan buruk untuknya hari ini. Maudy juga selalu memilih tanggal dan hari yang baik untuk memulai sesuatu. Walau semua tanggal sebenarnya baik. Sampai saat ia memasuki ruangan meeting itu dan dari belakang melihat punggung seseorang yang sangat ia kenali."Selamat pagi ..."Dirinya tidak mau membayangkan hal-hal buruk yang bisa saja terjadi kapan saja, tapi kali ini firasatnya telah salah."Lama tidak bertemu Maudy .. bagaimana kabarmu?" sapa laki-laki itu sambil memutar kursi yang didudukinya.DEG.Jantung Maudy hampir copot dan ia merasakan tubuhnya kaku. Melihat apa yang ada di depannya rasanya keinginannya untuk memulai hari yang baik langsung kandas begitu saja."Kau tidak suka bertemu denganku hah?
Magbasa pa

20. Trauma Berkepanjangan

"Ah tidak .. tadi hanya orang iseng saja," ucap Maudy sambil berusaha untuk terus menutupi, "kenapa belum tidur sayang?" lanjutnya sambil mencoba mengalihkan pembicaraan.Arga menggeleng pelan sambil berdecak. Ia berjalan dengan sedikit kesulitan menyeret satu kakinya yang belum sembuh betul itu, "aku mendengarnya .. suara laki-laki."Dada Maudy langsung terasa sesak, kepanikannya muncul kembali.Setengah gagap, ia mencoba untuk menjawab kecurigaan suaminya, "ti- tidak .. bukan! Aku tidak berbicara dengan laki-laki seperti yang kau kira .. barusan aku hanya ..."CUP.Dikecupnya bibir Maudy agar berhenti mengatakan sesuatu yang lain.Maudy tahu jika suaminya sudah marah, maka akan sangat sulit untuk memadamkannya."Jangan berbohong .. aku kira kau benar-benar hanya mencintaiku kan?""Ya memang benar .. aku hanya takut kau salah paham mengenai orang-orang yang sering berinteraksi denganku, terlebih jika orang itu laki-laki." Kedua tangan Maudy menggantung di leher suaminya, menatap mata
Magbasa pa
PREV
123
DMCA.com Protection Status