"Papa, Naya mau bertemu Mama." Pinta Naya saat mereka telah memasuki mobil. Air mata gadis kecil itu sudah tidak lagi mengalir, tetapi wajahnya memerah padam. Mata sembabnya menatap Naren sayu. Seolah memohon agar dipertemukan dengan Renata."Baiklah, kita jemput Mama sekarang." Ujar Naren setuju, lalu menyuruh sopir agar segera melajukan mobil. Meninggalkan mansion dengan perasaan campur aduk.Hari ini Naren memutuskan untuk tidak menyetir sendiri karena putrinya yang tak mau melepas pelukannya. Naya duduk dengan nyaman di atas pangkuan, bersandar di dada sang ayah. Menikmati usapan lembut di punggungnya."Papa, Naya mau Mama Renata." Mohon Naya dengan suara yang berubah bindeng."Iya, sayang. Tenang, Mama Renata akan menjadi Mamanya Naya." Tenang Naren yang sesekali menciumi pucuk kepala putrinya."Naya dengar kan, tadi Kakek bilang Papa boleh menikah dengan Mama. Jadi, Naya tidak perlu khawatir, jangan bersedih." Bujuknya.Naya diam tak menjawab, anak itu terlalu nyaman berada di
Read more