All Chapters of Istri Pura-Pura Direktur Kejam: Chapter 111 - Chapter 120
123 Chapters
Bab 111 - Antara Dzaka dan Rey
“Din, kenapa akhir-akhir ini kau sepertinya menghindariku?” tanya Fikri. Sore itu, sepulang dari kantor, ia sengaja mendatangi kos Dina untuk meminta penjelasan. Fikri merasa tak pernah melakukan kesalahan, tetapi Dina seakan menghindarinya begitu saja.Tidak akan ada asap kalau tak ada api.Dina juga tak pernah mau mengobrol panjang dengan Fikri. Terlihat jelas caranya menghindari Fikri dari gerak-geriknya. “Kalau kamu belum bisa menerima lamaranku, gak seharusnya juga kamu menghindariku, Din. Apa ada yang salah dariku?” tanya Fikri. Ekspresinya penuh tanda tanya. Dina menunduk, sesekali memejamkan mata. Dari lubuk hatinya yang paling dalam, sebenarnya ia tak punya alasan untuk menolak Fikri. Tapi, jika menerima, apakah tak ada hati lain yang tersakiti? Perihal menghindar, ia memang sengaja melakukannya karena tak ingin semakin dalam menaruh rasa. “Maaf, Mas. Aku hanya tidak ingin terlalu dalam berharap pada Mas Fi
Read more
Bab 112 - Belum Ngisi Lagi?
Di lain tempat, Kirana mondar-mandir di kamar. Ia tentu khawatir pada suaminya yang tadi izin keluar untuk bertemu Rey. Suaminya tak mengatakan maksud dan tujuan pertemuannya dengan Rey, tapi satu hal yang diketahui Kirana bahwa Dzaka yang mengajak Rey bertemu. Sedikit banyaknya, Kirana menduga bahwa pertemuan itu tak jauh-jauh dari pembahasan tentang dirinya. Padahal, Kirana sudah melarang Dzaka untuk menemuinya, tetapi suaminya itu tetap ingin bertemu. Dzaka menyatakan rela babak belur ataupun terluka demi mempertahankan Kirana dalam hidupnya.Hal itu yang membuat Kirana sangat khawatir, bagaimana kalau mereka benar-benar bertengkar? Terlebih, Kirana tahu kalau Dzaka mudah tersulut emosi dan kadang main kasar. Menengok pada kejadian lalu, Fikri adalah korbannya Dzaka. Sedang Rey, pemuda itu tipe keras kepala yang juga tidak mau mengalah. Api tak akan mati jika disiram dengan bensin, bukan?Capek mondar-mandir, Kirana menghe
Read more
Bab 113 - Cinta Bertepuk Sebelah Tangan?
Sabtu pagi, mobil f******* milik Dzaka melaju membelah jalanan kota yang masih lenggang. Ia dan Kirana menuju ke kantor lebih dulu sekadar untuk mengecek situasi dan kondisi para peserta gathering yang akan berangkat pagi ini ke Puncak Bogor. Akan ada dua bus wisata yang disiapkan untuk mengangkut rombongan. Dzaka sendiri berangkat dengan istrinya menggunakan mobil pribadi.Bunda Andari juga akan menyusul bersama Wulan, Sekar, dan Farhan yang tak mau ketinggalan. Sedang Jihan, ia bergabung dengan para karyawan lain. Setelah sampai di kantor, Dzaka turun setelah memarkir mobilnya disusul oleh Kirana. Pada beberapa titik di halaman kantor, sudah terdapat rombongan yang tampak berbincang seru. Mereka semua menggunakan kostum kaos putih ber-bordir nama kegiatan di bagian depan dan nama perusahaan di bagian belakang. Dipadukan dengan celana biru tua dan juga jilbab navy teruntuk yang berhijab.“Ada kendala, Fik?” tanya Dzaka pada Fikri yang tampak si
Read more
Bab 114 - Perkara Camping
Kirana tersentak menerima pertanyaan Dina yang lebih mengarah pada tuduhan. Mulutnya seolah kaku untuk sekadar berkata-kata. Sejatinya, ia masih tak mengerti arah pembicaraan Dina yang seolah-olah membuatnya terpojok pada kesalahan yang tidak diketahui kapan dilakukannya. Napasnya seketika tercekat ditampar keadaan. Bagaimana bisa seorang Dina seenaknya menarik kesimpulan perihal dirinya? Padahal, selama ini ia yang selalu mendengarkan curhatan sahabatnya itu. Tak segan pula, Kirana memberikan saran jika diperlukan. Lantas, mengapa Dina menuduhnya seakan-akan Kirana ingin melihatnya terpuruk merasakan sakit?“Kenapa kau bertanya begitu, Din? Selama ini aku selalu ingin melihatmu bahagia. Aku sahabatmu, Din,” tutur Kirana, “tidak mungkin menginginkan hal tak baik untukmu.”Dina meneguk ludahnya dalam-dalam. Ia mengalihkan pandangan ke arah lain, lantas tersenyum sinis. Dalam pikirannya menganggap bahwa Kirana berkata seperti itu kare
Read more
Bab 115 - Kejutan Birthday
Pukul 10 pagi. Acara dibuka langsung oleh sang direktur, sekaligus memberi sedikit wejangan atau mengingatkan agar selalu menjaga citra perusahaan selama beraktivitas di puncak. Dia juga mengutarakan harapannya agar Family Gathering ini bisa berdampak dengan terjalinnya tali persaudaraan yang baik dalam perusahaan. Terlebih, Fam-Gath ini bisa menjadi wadah bagi karyawan lebih dekat pada pimpinannya.Beberapa rangkaian lomba yang dikhususkan antardivisi juga dilaksanakan untuk mengisi waktu dengan keseruan bersama. Masing-masing divisi mengirimkan peserta terbaiknya untuk unjuk kebolehan di depan petinggi sampai pemilik perusahaan. Keseruan dan kehebohan terus tercipta di tiap menit hingga jam berganti, bersama dengan matahari yang mulai condong ke Barat. Kegiatan yang dilombakan pun beragam. Ada lomba dance yang wajib menggunakan lagu dari daerah di Indonesia, lomba yel-yel menggunakan kostum seunik mungkin, lomba memasukkan pulpen dalam botol,
Read more
Bab 116 - Bunga - Bunga Cinta yang Gugur
Detik demi detik, Dzaka memutar tubuh dan menarik sang istri ke dalam pelukannya. Ia mengusap punggung Kirana sambil membisikkan kata-kata cinta.“Tiup lilinnya ... tiup lilinnya sekarang juga, sekarang juga ... sekarang juga!”Perlahan, Kirana melepaskan diri dari rengkuhan Dzaka. Sekilas, ia menghapus air mata yang membuat wajahnya basah. Sepersekian detik kemudian, dia meniup lilin disertai dengan tepukan gemuruh.“Ada yang mau disampaikan, Nona?” tanya Fikri. “Untuk suaminya, mungkin.”Fikri menyodorkan mic yang kemudian disambut Kirana.Helaan napas pelan terdengar dari mic saat Kirana hendak berbicara. Ia tersenyum, lantas memejamkan mata sebentar. “Eum ... masyaAllah terima kasih banyak teman-teman semuanya. Sungguh, aku terharu banget karena bertambahnya usia tahun ini diberi kesempatan berada di lingkaran orang-orang hebat.” Kirana meneguk ludah, sembari mengusap pipi yang masih terasa basah.Saat jiwa dan pera
Read more
Bab 117 - Sirna Ditelan Kenyataan
“Din, tunggu!” Fikri menarik paksa lengan Dina yang hendak berlari menghindarinya. Mereka sekarang berada di samping Villa, jalan menuju perkebunan teh. “Apa lagi? Bukankah kemarin sudah cukup jelas jawabanku atas lamaran Mas Fikri?” tanya Dina. Bola matanya yang semula menatap Fikri langsung, seolah dialihkan ke arah lain. Jujur, ia tak sanggup melihat mata Fikri lebih lama lagi. Dia takut, hatinya goyah dan terus menerus berharap tanpa kepastian. Di sudut lain, seseorang tengah mengintip dari balik tembok. Tadinya, ia ingin jalan-jalan. Merasakan udara pagi di perkebunan teh, tetapi drama cinta yang tak sengaja dilihat membuatnya menghentikan langkah. Lantas, memilih diam di pojokan. “Ngapain di situ, Sayang?” Sang suami yang tiba-tiba datang menoel pinggangnya. Membuatnya terlonjak, hampir berteriak. Tetapi, ia justru mendorong tubuh suaminya ke tembok agar tak menyelonong begitu saja. Kirana meletakkan jari telunjuk di
Read more
Bab 118 - Perkara Merelakan
“Sayang, aku dengar di Villa sekitar sini, ada acara pertunangan owner-nya 2R Cafe.”Kirana yang menyandarkan dagu di bahu suaminya, lantas menoleh memandang wajah Dzaka sekilas. Ah, lebih tepatnya ia memperhatikan cambang sang suami yang tampak semakin panjang. “Oh, ya? Rey atau Raya?” tanya Kirana penasaran. “Gak tau. Mau liat?” Mata Kirana terpejam sebentar, merasakan sejuknya udara perkebunan teh yang menyapu wajahnya. “Kita gak diundang. Datang tanpa diundang, namanya tamu tak diundang.” “Ngintip aja, kamu kan doyan ngintip.” Dzaka terkekeh, bersama dengan Kirana yang mencubit perutnya. Mereka diam beberapa saat. Sama-sama merasakan angin pagi Puncak menyapa. Pandangan Dzaka pun menyapu ke segala arah. Pemandangan yang cukup indah, tetapi seseorang yang tengah memeluk pinggangnya sembari bersandar di bahu tak kala indah, baginya. “Kenapa liatin terus? Baru tau suamimu punya kegantengan spek
Read more
Bab 119 - Papa?
Kirana menarik napas panjang barang tiga kali. Dalam genggamannya terdapat sebuah testpack yang sengaja belum dilihat hasilnya setelah melakukan pengecekan beberapa saat lalu.Jantungnya pun berpacu dalam kecepatan tinggi, bersama perasaan was-was yang ikut serta menyeruak membuatnya bimbang akan hasil tes kehamilannya yang pertama kali pasca keguguran.Sepulang dari puncak, Kirana kerap merasa cepat lelah dan sedikit mual. Jadwal tamu bulanannya pun bahkan sudah lewat sepekan. Hal itu membuatnya penasaran sehingga memutuskan untuk membeli testpack tanpa sepengetahuan Dzaka. Ia juga tak pernah mengatakan pada suaminya tentang keadaannya akhir-akhir ini. Kirana tak mau Dzaka terlalu berharap dan akhirnya kecewa jika hasilnya tak sesuai harapan. Pelan, Kirana membuka genggaman. Ia langsung bisa melihat testpack itu sudah memiliki garis dua. Artinya, dia positif?Kirana menutup mulut, lantas tersenyum senang dalam diam. Detik kemudian, ia
Read more
Bab 120 - Maafkan Papa, Nak!
Tangan Dzaka dan Kirana saling bertaut menyusuri koridor bangunan berdinding mayoritas putih itu. Cemas dan panik menghiasi wajah keduanya, bersama derap langkah memburu. Sampai di depan sebuah ruangan, sudah ada dua orang berkostum penjaga lapas baru saja selesai mengobrol dengan dokter. “Apa yang sebenarnya terjadi dengan Papa saya, Pak?” tanya Dzaka setelah sang dokter berlalu.Dua pria itu saling berpandangan sebentar.“Mohon maaf, Pak Dzaka. Sebenarnya Pak Danial sering mendapatkan tindak kekerasan dari penghuni lapas lain,” ungkap Pria bertopi hitam itu. “Beberapa penghuni lapas tau kasus Pak Danial sehingga dipenjara. Mereka tak terima dengan Pak Danial yang terlibat dalam kasus pelecehan dan perselingkuhan. Menurut mereka, tindakan itu sama sekali tak bermoral.”Dari ekspresinya, Dzaka terlihat kaget dengan pernyataan pria itu. Selama ini, tak ada tanda-tanda kekerasan ketika dia menjenguk Danial. Papanya pun seakan-akan terliha
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status