Handi berjalan ke sisi samping meja. "Aku tahu, ini terlalu cepat, Zee," ujarnya seperti mendengar apa yang aku pikirkan. "Nggak usah dijawab sekarang. Aku akan menunggu sampai kapanpun kamu siap.""Kenapa harus aku, Han?""Karena kamu orang yang tepat buatku, Zee.""Tahu dari mana?"Lelaki muda itu menarik kursi di dekatnya. "Apa kamu akan percaya kalau itu hasil istikharah?"Aku menatapnya dengan menyipitkan kedua mata. Seorang Handi salat istikharah? Apakah ini sisi lain yang aku belum tahu dari lelaki itu?"Tuh, kamu nggak percaya, kan?""Eh, a-aku percaya, kok. Cuma heran aja kamu sampai istikharah buat menjatuhkan pilihan.""Lho, bukannya memang harus gitu? Guru agamaku di SMA dulu pernah bilang, bahkan saat hendak membeli pakaian pun harusnya kita minta bimbingan Allah. Bukan hanya soal jodoh.""Iya, ngerti, tapi kamu tahu kalau aku pernah gagal 'kan?""Aku tahu dan paham, Zee. Pastinya nggak mudah buat kamu membuka hati kembali. Izinkan aku untuk membantu membukanya perlahan.
Read more