All Chapters of Anak Kecil yang Memanggil Suamiku Ayah di Mall: Chapter 11 - Chapter 20

25 Chapters

Bab 11

Bu Halimah tampak kebingungan, ia menyoroti kami satu persatu. Aku tidak bermaksud mempermalukan keponakannya di hadapan orang tuaku. Namun, karena mertuaku juga ikut merahasiakan apa yang dilakukan anaknya, maka orang tuaku juga harus mengetahui ini."Cerita saja yang semalam Bu Halimah ceritakan," pintaku agar Bu Halimah tidak lagi kebingungan."Maksud saya bengong tuh kenapa ponakan saya disebut-sebut di tengah-tengah keluarga kamu, Ra?" tanyanya kebingungan. Walau bagaimanapun dia saudaranya, tentu masih berprasangka baik pada ponakannya itu."Ya, nanti saya jelaskan jika Bu Halimah bercerita," ujarku lagi.Kemudian, Mas Haviz memegang tanganku, tapi kutepis. Kini wajahnya bercucuran keringat seraya ketakutan dan tegang.Suasana hening, Mas Haviz yang didampingi ibunya pun saling beradu pandang juga. "Ada rahasia apa lagi yang Mama tidak ketahui, Viz?" tanya Mama Yuni yang tampaknya tidak mengetahui asal usul Maya Agustina.Mas Haviz mengedipkan mata seraya berkata pada ibunya unt
last updateLast Updated : 2023-05-04
Read more

Bab 12

"Jadi, Maya Agustina adalah mantanku," ucap Mas Haviz membuatku seketika bangkit. Rasa pusing di kepala saat itu juga hilang, yang tersisa hanya luka di hati yang ia torehkan.Aku menyandar di sandaran ranjang. Menelan ludah karena teringat ucapan ia dulu yang bilang sudah tidak ada ikatan apa-apa dengan mantan-mantannya."Mantan yang masih berstatus pacar kah waktu itu?" tanyaku penasaran. Namun, ia menggelengkan kepalanya."Kami sudah putus, tapi Maya sulit melupakan aku, ia terus menerus mengejarku. Hingga pada waktu dua bulan sebelum kita menikah, saat itu sedang mempersiapkan undangan dan segala macam, Maya minta ketemuan," jawabnya sedikit jelas sekarang. Dari sini aku menangkap, bahwa wanita jika mencintai satu pria, ia takkan mudah melepaskannya begitu saja. Wanita lebih sulit membuka hatinya."Kemudian, kalian bertemu dan memadu kasih, begitu?" cecarku dengan nada menyindirnya. Saat ini bukan rasa sakit saja atas pengkhianatan Mas Haviz. Akan tetapi, aku merasa dibodohi deng
last updateLast Updated : 2023-05-04
Read more

Bab 13

"Oh ya perkenalkan dulu, ini Nurdin dan istrinya Dwi. Mereka ke sini mau menjelaskan sesuatu hal, kenapa memaksa Haviz untuk menikah dengan Maya," terang Bu Halimah menjelaskan.Aku dan mama beradu pandang. "Iya saya tahu, bukankah karena Maya hamil anaknya Haviz?" tanya mama pada orang tuanya Maya."Kemarin Haviz baru cerita kalau kalian ribut, kamu sudah mengetahui semuanya. Makanya saya ke sini mau ngejelasin bahwa pernikahan siri itu memang benar ada, tapi sebenarnya ada satu hal yang membuat kami memaksa selain dari hamilnya Maya pada waktu itu," tuturnya membuatku bingung.Tiba-tiba ponselnya berdering. Ia menunda cerita dan pamit menerima panggilan masuk lebih dulu.Ia agak menjauh sekitar jarak 3 meter, setelah kembali, justru ngajak suami dan Bu Halimah pergi."Pah, ayo kita pulang! Limah ayo pulang, gawat ini," ucapnya seraya panik. Ia meneguk air putih yang kami sediakan lebih dulu, setelah itu pamit terburu-buru. Entahlah, apa yang membuat mereka harus segera meninggalkan
last updateLast Updated : 2023-05-05
Read more

Bab 14

"Mama suruh berdoa pada Allah, minta keajaiban, biar bisa merawat kamu hingga besar," ucapku sambil nyolek dagu Anggi. Kemudian, Maya menarik lengan anaknya. Lalu memberikan sarat untuk diam. Jarinya terlihat menutup mulut Anggi seraya tak menyukai anaknya bicara denganku."Emm, Ara, Bu Kenny, kami permisi dulu, nanti kapan-kapan saya boleh main ya," ucap Bu Dwi tapi tangannya ditepuk oleh Maya."Mah, jangan aneh-aneh deh," celetuk Maya.Mereka pergi, begitu juga dengan Mas Haviz, ia tidak banyak bicara di hadapanku dan mama, sepertinya memang masih ada satu hal yang belum diutarakan oleh ibunya Maya. Sampai detik ini pun kami masih bertanya-tanya, sebenarnya apa yang ingin dibicarakan Bu Dwi? Apa Mas Haviz tahu apa yang ingin disampaikan ibundanya Maya?"Sudah yuk!" ajak mamaku mencari hotel untuk kami berteduh. Setibanya di hotel, aku merebahkan tubuh ini, sedangkan mama beberes baju dan meletakkannya di lemari. Kami berdua sempat kepikiran dengan Mas Haviz dan Maya, sebenarnya ad
last updateLast Updated : 2023-05-05
Read more

Bab 15

"Maya itu punya penyakit kanker, mohon maaf sebelumnya jika karena kondisi Maya ini, saya jadi memaksa Haviz untuk menikahi Maya, terlepas dari hamilnya Maya pada saat itu. Sebenarnya dalam perjanjian pernikahan, Haviz akan menceraikan Maya setelah Anggi lahir, tapi kenyataannya, saya memaksakan lanjut, karena tidak ingin saat-saat terakhir Maya nanti, ia sendirian dalam melawan penyakitnya." Aku terkejut dengan penuturan mamanya Maya. Sebab, ia bilang kemarin Maya terkena penyakit yang sama denganku, urat saraf kejepit.Meskipun melalui sambungan telepon, aku paham betul, Bu Dwi sedang menangis di seberang sana."Maaf, Bu. Apa penyakit urat saraf kejepit itu rekayasa? Supaya Ibu berpikir itu karma atau bagaimana?" tanya mamaku antusias. Ya, mama salah satu orang yang penasaran dengan pernyataan Bu Dwi yang sempat tertunda."Jadi Maya yang meminta merahasiakan penyakitnya dari kamu, Ra. Ia tidak ingin dikasihani olehmu. Tapi sejujurnya, rasa kemanusiaan Maya sangat tinggi, ia tetap me
last updateLast Updated : 2023-05-06
Read more

Bab 16

"Maksudnya gimana ya, Anggi? Tante nggak ngerti," gumamku sambil mendongak ke arah Mas Haviz yang berdiri tegak di hadapanku.Kemudian, Anggi berlalu pergi dariku, aku pun kembali berdiri mengamati gerak-gerik Anggi."Nak, mau ke mana?" panggil Mas Haviz pada anaknya. Ia hanya menoleh tak menjawab pertanyaan ayahnya, tapi kami tetap memperhatikan gerak-gerik Anggi.Kemudian, mama mendekatiku, ia ikut bingung kenapa Anggi pergi. Tidak lama kemudian, ia datang membawa setangkai bunga mawar putih, lalu menghampiriku."Tante, ini bunga untuk Tante," ucapnya membuat mataku berkaca-kaca. Lalu aku kembali berlutut agar sejajar dengan Anggi."Sayang, kenapa kasih Tante bunga mawar putih?" tanyaku pada anak Mas Haviz."Tadi sebelum berangkat, kata Mama kalau Tante nolak, suruh bawakan bunga mawar putih untuk Tante," terangnya.Aku kembali menatap wajah Anggi, lalu pindah ke arah Mas Haviz. Alisku mengerut menatap ayahnya Anggi, khawatir ini adalah suruhannya. Namun, kedua pundaknya diangkat se
last updateLast Updated : 2023-05-07
Read more

Bab 17

"Maya sakit?" tanya mama."Bukan, Mah. Mama Yuni kecelakaan, ini minta tolong sama aku untuk jemput Ara, ia mau bicara pada Ara," ucap Mas Haviz terdengar sangat panik.Aku yang mendengar kabar mertuaku kecelakaan sontak terkejut. Meskipun ia selalu bersikeras untuk menjodohkan Mas Haviz dengan orang lain. Namun, ia dulu sempat merawatku ketika sakit. Makan dan minum ia layani meskipun dengan disertai ocehan yang kadang tak enak didengar."Ya, Mas, jemput aku segera ya," sahutku menyambar ketika ada kabar. Telepon pun terputus. Mama tersenyum tipis melihat wajahku. Matanya berkaca-kaca seraya sedih menatapku. "Kenapa, Mah? Kok mandang aku seperti itu?" tanyaku dengan mata menyipit."Mama salut denganmu, Ra. Begitu hormatnya kamu pada mertua, semoga jadi pahala untukmu," tutur mama sedikit sendu."Mah, kalau pada orang tua, aku selalu ingat orang tua kandungku, meskipun aku ini anak satu-satunya, dan tidak mungkin Mama melakukan hal seperti Mama Yuni, tapi tidak tega saja kalau itu te
last updateLast Updated : 2023-05-08
Read more

Bab 18

Kami keluar lagi, tapi hanya selang beberapa menit saja dokter memanggil kembali. Kali ini dokter menyampaikan bahwa Mama Yuni sudah mengembuskan napas terakhirnya."Pak, Bu, maaf, ternyata Allah berkehendak lain, Ibu Anda telah meninggal dunia barusan, sekali lagi kami team dokter minta maaf sebesar-besarnya, Bu Yuni tadi menolak ditransfusikan darahnya dan hanya berpesan pada saya sampaikan minta maafnya pada Ara," tutur dokter membuat Mas Haviz menghela napas panjang. Kemudian ia memukuli tembok dengan amat menyesalnya."Mah, maafin Haviz, seandainya Haviz yang mengantarkan Mama, tentu takkan terjadi seperti ini," keluhnya dengan penuh penyesalan.Aku mendekati Mas Haviz. Posisiku berdiri tepat di belakangnya. Kemudian, tangan ini memegang pundaknya yang kini rapuh, orang tua satu-satunya kini pergi meninggalkan dirinya.Kudengar suara isak tangis yang keluar dari arah Mas Haviz, setegar-tegarnya lelaki, jika ibunya yang meninggalkan dirinya, tentu akan sangat kehilangan. "Mas, ak
last updateLast Updated : 2023-05-09
Read more

Bab 19

"May, kamu baik-baik saja, kan?" tanyaku sulit melihatnya, sebab ada kepala Maya yang bersandar di bahuku. Kemudian, Anggi yang mendengar melihat ke arah mamanya."Mama bobo, Tante, nyenyak sekali Mama bobonya," sahut Anggi.Perasaanku mulai tak karuan, aku punya firasat buruk dengan kondisi Maya. Mama yang sederetan denganku pun menoleh."Iya tidur," celetuknya. Aku mau suruh mama cek napasnya khawatir membuat Mas Haviz panik, jadi diam-diam aku memeriksa denyut nadi tangannya.Aku raba lalu kucermati denyutannya, tapi tidak ada denyutan sedikitpun. Astaga, apa Maya juga telah ...."Mas, coba berhenti sebentar, ya," suruhku tapi berusaha tenang, supaya mereka semua tidak panik.Kemudian, setelah memastikan mobil berhenti. Mamanya Maya langsung turun dan buka pintu belakang. Sepertinya ia curiga sejak tadi aku bertanya pada Maya namun tak dijawabnya."Maaf, Bu. Saya mau lihat kondisi Maya," ucapnya."Bu Dwi, sepertinya Maya sudah nggak ada, tadi setelah ada suara seperti cegukan, ia t
last updateLast Updated : 2023-05-10
Read more

Bab 20

"Anggi, aku juga Tante kamu, kenalkan ya, aku Tante Dhea." Dia memperkenalkan diri pada Anggi. Jadi namanya Dhea, entah apa hubungannya dengan Maya."Aku nggak kenal sama Tante, kata Mama, jangan dekat-dekat orang yang tidak dikenal," ucap Anggi. Lalu ia pindah ke dekatku. Aku tersenyum tipis, lalu menggandeng tangan kecil Anggi ke depan. Ya, proses pemakaman akan segera dilaksanakan. Nanti aku akan menanyakan siapa wanita tadi setelah pemakaman selesai.Kami berangkat dengan hati pilu, gerombolan orang yang serempak mengenakan baju hitam pekat pun mulai mengiringi jalannya jenazah untuk masuk ke ambulance.Tangisan Bu Dwi pecah, ia seakan tidak sanggup mengantarkan jenazah Maya. Namun, mamaku berusaha menguatkannya.Mobil beriringan menuju pemakaman yang katanya berjarak sekitar 7 kilo meter. "Yah, wanita tadi itu siapa ya, Yah? Yang mengaku Tante," tanya Anggi dengan polosnya. Mas Haviz yang menyupir mobil pun menoleh sedikit ke arahku seraya mempertanyakan padaku."Iya, Mas. Tadi
last updateLast Updated : 2023-05-11
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status