Home / Sci-Fi / Koloni Betaverse / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Koloni Betaverse: Chapter 11 - Chapter 20

30 Chapters

11. Hadiah Ulang Tahun

Lantunan ayat Qur'an Jumat siang itu datang dari masjid di samping rumah singgah. Babah memarkir gerobaknya di luar pagar di sudut dekat tong sampah. Ningsih telah masuk ke dalam, sementara, Babah mengaso di bangku kecil di bawah pohon ceri tempat anak-anak biasa bermain. Babah belum pergi sebab hari itu dia mempunyai janji bertemu dengan Bang Amir. Rumah singgah bagi anak-anak telantar itu menyediakan ruang belajar dengan barisan meja kursi dari kayu. Ningsih selalu memilih meja di pojok dekat pintu. Ia akan duduk diam di situ memperhatikan guru yang mengajar dengan papan putih dan spidol. Hari itu yang mengajar mereka, seorang guru baru bernama Evi. Sepertinya perempuan berhijab itu seorang mahasiswi. Dia masih muda, mungkin sepantaran dengan Bang Amir. Jam pertama, Kak Evi mengajar Geografi. Dia bertanya kepada murid-murid tentang Indonesia. Para anak laki-laki dengan lantang meneriakkan jawaban yang memang mudah. Mereka rata-rata berumur 12 tahun, masih berwajah kanak-kanak teta
last updateLast Updated : 2023-04-08
Read more

12. Sedikit Lagi

Babah bangkit dari duduknya, meregangkan badan. Dia siap kembali berangkat. Masih ada yang mengganjal di benaknya seminggu ini. Babah sedang mencari sebuah benda penting untuk mobil bekas yang sedang ditukanginya di ladang mobil. Dia harus kembali berkeliling dan berharap di Pasar Besi akan menemukan benda tersebut. Pasar Besi adalah tempat jual beli suku cadang bekas pelbagai jenis mesin. “Kamu sudah akan pergi, Pak?” tanya Bang Amir. Anak muda itu berdiri menjulurkan tangannya. “Ya, eh, maaf, tanganku kotor!” Babah hendak menolak menyalami tetapi Bang Amir tetap saja menjabat tangan kasarnya. “Menemukan banyak barang rongsok pagi ini?” “Hanya beberapa kardus … ditambah panci aluminium rusak pemberian orang.” "Aku pernah berpikir coba seandainya Bapak menemukan satu tas penuh koin emas di jalan." "Kalau seperti itu … tak semudah membayangkannya. Aku hanya mengambil yang telah dibuang orang. Dan, hanya orang tidak waras yang bersedia membuang koin emas satu tas." Babah tersenyum
last updateLast Updated : 2023-04-13
Read more

13. Profesor Munir

Kendaraan bersayap itu mendarat di landasan kecil di dekat puncak gedung. Profesor Munir keluar dari kursi belakang kabin mobil jet dan disambut seorang petugas keamanan bersetelan hitam yang dengan sigap menyiapkan tangga untuk turun. Satpam itu juga memberi tahu pengemudi mobil jet untuk kembali terbang dan menyarankan memarkir kendaraannya di lahan garasi di barat daya pulau. Hari itu ruang parkir di landasan tersebut akan dipakai oleh mobil jet petinggi Oracle. Mesin mobil jet yang baru datang itu kembali menderu. Ia terangkat vertikal ke udara, melipat kaki-kaki pendaratnya, sebelum kemudian melayang dengan halus di langit kota. Dari jauh ia tampak seperti layang-layang hitam segitiga yang pada satu momen melesat kencang serta bermanuver setengah lingkaran. Di ambang pintu kaca otomatis, Profesor Munir melepas kacamata mataharinya. Pada usia 55 tahun, lelaki setinggi 165 cm itu masih bugar. Pandangan matanya tajam, tetapi terlihat tenang. Ini bukan pertama kalinya dia datang ke
last updateLast Updated : 2023-04-16
Read more

14. Otak Depan

Andy tengah menyambut paramedis yang tiba di rumah orang tuanya ketika menerima telepon dari Bu Asti. Adiknya, Shellyn, keluar dari kamarnya untuk membukakan pintu sambil menggunakan head set berkamera. Tiga petugas medis itu berjalan mengikuti Shellyn menuju ruang duduk lalu ke dapur. Itu adalah pertama kalinya Andy melihat kondisi Mom. Ibunya berdiri di sisi jendela kaca, menghadap ke luar. Kaku, tak bergerak, seperti manekin. Tidak ada respons dari ibunya tatkala salah seorang petugas medis menyapanya. "Mom, Mom, please, Mom!" seru Shellyn yang secara perlahan datang mendekat. Shellyn merengkuh tangan ibunya. Mom hanya menatap lurus ke depan seakan tidak merasakan kehadiran orang-orang di sekitarnya. Andy tak dapat menyangkal bahwa ekspresi ibunya terlihat dingin, sedingin zombi. Adiknya lalu mengguncang-guncangkan tangan sang ibu, berharap dia menjadi sadar. Gadis itu tak lagi takut karena ada orang lain yang hadir untuk membantunya, bahkan suaranya bertambah kencang mengulang
last updateLast Updated : 2023-04-29
Read more

15. Film Jadul

Vivian yang anggun berdiri tegak dengan jemari kedua tangannya terjalin di depan badan. Sikapnya tenang dan terjaga seperti seorang ratu dalam balutan pakaian kantor. Cukup lama Vivian menatap sang profesor, seakan sedang membaca karakter beliau.Asti memahami bahwa ada makna tertentu dari diamnya seorang elite seperti Bu Vivian. Mirip adat keluarga mantan mertuanya yang keturunan ningrat, para pemimpin puncak Oracle enggan mengungkapkan sesuatu secara eksplisit. Sebagai sekretaris yang kadang kala berhadapan dengan mereka, dia dituntut untuk dapat membaca suasana. Dia harus memperhatikan ekspresi mikro, mulai dari kedut bibir, alis mata, hingga gerak tangan, termasuk juga sikap membisu para petinggi itu. Maka, setelah kecanggungan yang diciptakan Profesor Munir, Asti berupaya mencari kata-kata yang pas untuk diucapkan agar suasana menjadi cair.Namun, alih-alih, Bu Vivian lebih dahulu membuka suara. "Profesor, silakan menunggu di guest room! Anda dapat bersantai di sana setelah perja
last updateLast Updated : 2023-05-10
Read more

16. Anestesi

"Kamu ada merasakan sesuatu yang ganjil di tubuhmu, enggak?" "Apa maksudmu?" "Aku pikir sebaiknya kamu menggunakan masker pelindung seperti petugas medis. Pasti ada di lemari toilet kamar mandi." "Andy, kamu pikir aku akan tertular dan berubah seperti Mom and Dad?" "Pastinya, aku enggak ingin itu terjadi." "Tenang saja, aku tidak tertular!" "Kenapa kamu begitu yakin?" "Aku aman. Mom or Dad belum sempat menggigitku!" "Shellyn, aku serius!" "Kamu pikir aku bercanda?" "Cara penularan seperti itu hanya ada di film vampir dan zombi. Semua itu khayalan pengarang cerita fiksi abad dua puluh!" "Apa kamu ingin bilang sebuah khayalan pasti tidak mungkin terjadi?" Andy tercenung memikirkan perkataan adiknya. Sebuah khayalan atau mimpi tentu dapat saja berubah menjadi kenyataan. Seperti konsep atau desain rumah yang tidak pernah ada sebelumnya bukan berarti ia mustahil suatu saat berdiri. Namun, tentu saja tidak selalu demikian sebab ia hanya berlaku untuk desain yang masuk akal. Dia y
last updateLast Updated : 2023-05-10
Read more

17. Pengalaman Pertama

Penyakit menular disebabkan oleh patogen. Agen pembawa penyakit itu terdiri dari virus, bakteri, fungi, protozoa, dan parasit. Kak Evi menulis nama-nama itu di papan putih dengan spidolnya. Ningsih telah mengenal istilah virus, bakteri, dan parasit. Mereka bermakna negatif, tetapi dia tidak dapat membedakan mereka. Kak Evi mencoba menerangkannya satu persatu dengan bahasa yang mudah dipahami.Namun, penjelasan Kak Evi yang paling menempel di kepalanya adalah bahwa virus, bakteri, fungi, dan protozoa tak dapat dilihat dengan mata telanjang. Kata lain untuk mereka adalah kuman. Sementara itu, sebagian parasit berasal dari jenis hewan. Kak Evi lalu memberi contoh hewan parasit, yakni aneka cacing yang mengganggu kesehatan. Parasit mengisap zat makanan dari tubuh manusia dan hewan, tempat mereka menumpang hidup yang disebut inang. Dia tak sendiri, anak-anak lain pun tegang dan ngeri saat Kak Evi menerangkan perihal cacing-cacing tersebut, tentang bagaimana makhluk asing itu berkembang b
last updateLast Updated : 2023-05-17
Read more

18. Tukar Pasang

Ningsih sudah tak dapat lagi menghitung semua pengalaman pertamanya yang membuat lidahnya kelu. Namun, melihat laut adalah yang paling menggetarkan dadanya, bahkan tanpa diketahui yang lain, air telah bergulir di sudut mata gadis itu. Foto pantai di majalah bekas kini langsung dilihatnya sendiri. Hamparan pasir putih, buai ombak, dan nyiur tertiup angin, mengharukan. Matanya tertambat pada garis yang membentang di cakrawala. Dia menatapnya bagai laron yang jatuh cinta pada pijar cahaya lampu. Dia ingin pergi ke sana, ke kaki langit, mencari kedamaian yang telah dapat dia rasakan walau baru sekadar memandangnya dari jauh. Ningsih menoleh ke Kak Evi yang duduk santai dan tersenyum. Perempuan berhijab itu lalu mengajaknya turun ke hamparan pasir, menyusuri bibir pantai lalu naik ke dermaga kayu yang menjorok ke laut. Ningsih sudah tak sungkan menggenggam erat tangan Kak Evi yang memberi kehangatan. Sebelum magrib mereka bersiap pulang. Dua porsi dipesan sebagai buah tanga
last updateLast Updated : 2023-05-17
Read more

19. Sedan Hachi

Pak Su'eb tidak mau menunggu besok. Setelah Bang Amir pulang, dia melanjutkan menukangi mobil bekas hitamnya malam itu juga. Dalam kondisi temaram, dia membawa modul baterai hasil tukar pasang dan sebagian peralatan bengkel ke lokasi mobil di belakang gudang. Tak banyak yang dibongkar sebab kursi jok di dalam kabinnya telah dilepas. Dia yakin belum ada yang mengusik mobil bekas itu. Dari luar, interiornya terlihat kosong. Ditambah sampah yang bertebaran di atas kap, mobil hitam itu tidak akan menarik perhatian para tukang yang bertugas memereteli komponen untuk dijual. Masih banyak mobil di sekitarnya yang tampak lebih normal dan menjanjikan untuk digarap. Kepeduliannya mengondisikan mobil-mobil itu adalah bagian dari strategi untuk mengalihkan perhatian. Dia setuju dengan perkataan Bang Amir, semakin cepat semakin baik. Menunda-nunda hanya akan memperbesar risiko rahasia mobil itu diketahui orang lain. Jika malam ini status kapasitas dayanya mencapai 90 persen, itu sud
last updateLast Updated : 2023-05-24
Read more

20. Berhenti Berdetak

Persiapan pindah ke kota lain bagi mereka sangat sederhana. Tidak banyak barang yang harus dibawa. Seluruhnya ada tiga kotak kardus. Dua berukuran sedang dan satu yang agak besar berisi barang ibu dan adiknya. Selain itu, tidak ada sesuatu yang membuatnya berat untuk pergi. Teman-teman Ningsih adalah ayah, ibu, dan adiknya. Sebenarnya dia pernah punya teman pada masa kecil yang dia dapatkan saat ikut ibunya membantu di rumah warga, tetapi tentu saja tidak bertahan lama. Mereka mempunyai kehidupan yang berbeda. Demikian pula dengan anak-anak di rumah singgah yang sering dia temui. Mereka mempunyai lingkaran pertemanan sendiri, sementara, Babah kurang suka dia bergaul dengan para anak jalanan. Mungkin karena banyak dari mereka melarikan diri dari keluarga sehingga Babah takut dia ikut terpengaruh. Ningsih sempat memikirkan Bang Amir serta guru-gurunya yang sering berganti-ganti, termasuk Kak Evi. Namun, mereka tetap terasa asing dan berjarak. Dia tidak punya keber
last updateLast Updated : 2023-06-09
Read more
PREV
123
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status