Home / Pernikahan / Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya / Chapter 401 - Chapter 410

All Chapters of Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya: Chapter 401 - Chapter 410

472 Chapters

Bab 401 Ternyata Pria Bermasker itu Adalah ....

Ketiga wanita itu pun akhirnya pergi untuk menuju rumah Mila. Kebetulan memang tidak ada siapa-siapa di rumah wanita itu. Betapa kaget Bu Sinta melihat rumah Mila yang megah. Begitupun dengan Winda. Seketika wanita itu kena mental, karena melihat rumah berbeda jauh dengan rumah miliknya. "Ini rumahnya Mbak Mila." "Kamu yakin ini rumahnya wanita sundal itu?!" tanya Bu Sinta tidak percaya, karena setahunya Mila itu miskin. Bahkan hidupnya ditanggung oleh Lusi sewaktu masih di sini. Dengan cepat Maura juga menganggukkan kepala. "Iya, ini rumahnya. Aku bahkan tinggal di sini walaupun baru satu hari, sih." "Jadi, kamu baru tinggal di sini 1 hari?" tanya Winda tak percaya."Iya, Mbak. Masalahnya satu hari saja sudah terlihat sekali kalau dia itu memperbudak aku. Bagaimana kalau aku berhari-hari di sini? Bisa-bisa aku mati berdiri," ungkap Maura mengeluarkan kekesalan. Tentu saja wanita itu tidak akan berani mengatakan hal seperti ini di depan Mila langsung. Tetapi, dia juga melakukan
last updateLast Updated : 2024-10-18
Read more

Bab 402 Harus Mulai dari Awal

"Gimana, Pak Haris? Apa sudah menemukan hasil?" tanya Devan setelah dia sampai di restoran yang benar-benar kacau.Bahkan selama dalam penjara tampaknya restoran ini tutup. Pria itu menyadari semua karena kekacauan di tempat ini. Yang pasti dia akan mengembalikan nama baik restoran ini. Lebih mengagetkan lagi uang di kasir tidak ada dan hanya menyisakan uang koin saja. Beberapa bahan untuk menu hilang sebagian. Dia tidak tahu siapa yang melakukan ini semua, tapi Devan benar-benar geram dan akan memberikan perhitungan kepada orang yang sudah membuat restorannya kacau balau."Saya tidak menemukan jejak apa-apa, Pak. Tampaknya Pak Arya itu pergi saat keadaan sepi, sampai tidak ada satu pun yang melihatnya."Mendengar itu Devan mengusap kasar rambutnya. Dia benar-benar tidak tahu harus melakukan apa. Maura tidak ada, restoran hancur dan dia baru mengetahui kalau sepupunya sendirilah yang membuat hidupnya jadi berantakan seperti ini. "Pokoknya cari dia, Pak. Pasang semua selebaran DPO te
last updateLast Updated : 2024-10-20
Read more

Bab 403 Rencana Devan Ke Depannya

"Kamu ngomong apa sih, Mas? Tentu saja aku kaget dan pucat karena baru tahu kalau ternyata Mas Arya seperti itu. Lagian kan, aku kenal sama dia itu pas kerja di sini, Mas," ujar Amanda akhirnya bisa mengeles juga. Butuh keberanian penuh sampai dia mengucapkan hal seperti itu. Sungguh di luar dugaan dan dia tidak tahu kalau Devan tak percaya begitu saja. "Benarkah?" "Iya, Mas. Untuk apa aku bohong? Memang kamu pernah lihat kalau aku itu seakrab apa dengan Mas Arya?" tanya Amanda salah melontarkan perkataan seperti itu.Devan langsung berdiri dan kembali melipat tangan di depan dada. "Kamu pikir aku tidak punya mata, Amanda? Sejak kamu datang ke sini, aku merasa heran. Kenapa kamu begitu akrab dengan Arya? Bahkan tak butuh waktu beberapa hari. Aneh aja, karyawanku yang lain tidak seperti itu dengan Arya. Bahkan Arya itu adalah orang yang begitu antipati. Dia akan benar-benar dekat jika sudah dirasa orang itu mau mengikuti keinginannya, beda saja denganmu. Baru juga dua hari sudah te
last updateLast Updated : 2024-10-20
Read more

Bab 404 Niat Teguh Devan

"Kamu tadi bilang apa, Mas? Menikahi Maura?!" tanya Amanda, tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan. Dia harus menanyakannya sekali lagi, takut jika telinganya salah dengar. Dengan santainya Devan menganggukkan kepala. Dia bahkan kembali duduk dan menyandarkan punggung, tampak sekali santai. Berbeda dengan Amanda yang sudah uring-uringan dan benar-benar merasa terpojok. Dia seolah tidak mendapatkan kesempatan berharga. Padahal sudah melakukan hal terbaik untuk Devan, menurutnya sendiri itu. "Benar-benar konyol, Mas," ucap Amanda dengan terang-terangan dan berani. "Kenapa kamu berkata seperti itu? Itu kan hak aku mau menikahi siapa saja." "Maksudku, dia kan masih dibawah umur." "Ya, gampang. Tinggal nikah sirih dulu, lalu disahkan setelah dia menginjak usia dewasa." "Katanya dia itu bukan tipemu? Kamu sudah pernah bilang itu kan? Bahkan, aku mendengarnya langsung saat kamu berbicara dengan Maura," ucap Amanda membuat Devan terduduk tegak."Jadi, kamu mendengarkan pemb
last updateLast Updated : 2024-10-21
Read more

Bab 405 Pertengkaran Lagi

"Iya, Bu. Aku janji, aku akan berusaha untuk membuka diri bagi pria manapun yang mau mendekati. Tapi masalah keputusan dan hati aku tidak bisa memaksa. Ibu, paham kan maksudku?"Bu Melati langsung menganggukkan kepala. "Iya, Ibu paham. Yang penting kita sama-sama mulai dari awal, ya?" "Tapi, satu lagi, Bu. Lusi palingan ikut dengan kita.""Tidak masalah, Ibu malah senang. Jadi, Ibu punya temen pas kalian kerja. Alia akan dengan bersama kita juga, kan?" Adiba langsung menganggukkan kepala. "Bagus! Dengan begitu Ibu tidak akan merasa kesepian lagi. Ya sudah, sebaiknya kamu cepat bersih-bersih. Nanti Ibu akan membereskan barang seadanya untuk ikut kamu, nanti sisanya bisa dikirim kapan saja, kan?""Iya, Bu. Ibu, benar." Setelahnya Adiba pergi dengan perasaan senang. Dia akan benar-benar memulai hidup baru bersama orang yang dicintainya. Ini tak masalah, jika bertemu dengan ibu tiri dan ayahnya, yang penting selama masih ada Ibu, dia akan tetap kuat menghadapi semua tantangan di hidup
last updateLast Updated : 2024-10-21
Read more

Bab 406 Kedatangan Winda dan Bu Sinta

"Kamu bisa nggak sih, sekali saja tidak curiga kepadaku? Lalu aku harus apa? diam saja di kantor dan melihat tumpukan kertas itu? Kamu pikir aku tidak bosan terus-terusan ada di ruangan? Bosan! Aku sengaja keluar untuk melihat-lihat dan berusaha agar cepat paham dengan metode penjualan seperti ini. Kebetulan saja bertemu dengan pelanggan itu, tidak niat apa-apa, kok. Bahkan kenal pun saja tidak," papar Raka, berusaha menjelaskan agar Mila tidak terus mencurigainya.Kesal saja kalau terus-terusan dituduh seperti ini. Padahal memang mereka tidak punya hubungan apa-apa, murni hanya melayani pelanggan yang ada di sana. Raka juga tidak tahu kalau misalkan perlakuannya itu berlebihan menurut Mila. Harusnya wanita itu menjelaskan secara terperinci, bukan malah menuduh yang macam-macam. "Tapi itu berlebihan, Mas! Kamu tidak perlu sampai seperti itu.""Kalau memang begitu, bicara baik-baik kepadaku. Jangan malah terus-terusan menuduhku macam-macam. Kita belum satu minggu balikan lagi, loh, M
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more

Bab 407 Pertengkaran Menantu dan Mertua (1)

"Ibu, kenapa bisa sampai di sini?" Raka langsung tersadar setelah Winda terus memandanginya. Dia benar-benar kaget karena Bu Sinta tahu keberadaan dirinya saat ini. Padahal pria itu sudah benar-benar menutup diri, sampai tidak mengakses media sosial demi menghindari ibunya.Namun siapa sangka? Orang yang sedang dihindari sudah ada di depan mata. "Kamu juga kenapa kamu bertanya seperti itu kepada ibumu? Ibu ke sini untuk menjemputmu," ucap Bu Sinta to the point, membuat Raka kaget.Raka memejamkan mata sembari menghela napas panjang. Dia berusaha tenang, saat ini hatinya dan pikiran benar-benar kacau. Kalau misalkan dia kembali bersama Bu Sinta, bisa-bisa semua rencananya hilang total."Tidak, Bu. Aku tidak bisa kembali kepada Ibu," terang Raka, membuat Mila langsung menoleh dengan mata berkaca-kaca. Awalnya dia kaget dan takut saat Bu Sinta mengajak Raka pulang. Ya, khawatir kalau pria itu benar-benar pergi meninggalkannya setelah pertengkaran demi pertengkaran yang terjadi di anta
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more

Bab 408 Pertengkaran Menantu dan Mertua (2)

Raka kaget karena Mila tiba-tiba saja melontarkan pertanyaan seperti itu kepada ibunya. "Mila, apa yang kamu lakukan?! Kenapa kamu berkata seperti itu kepada ibuku?" "Loh itu kan benar, Mas. Aku punya hak atas kamu dan ibumu tidak perlu ikut campur terlalu jauh.""Iya, aku paham. Tapi kamu tidak seharusnya berkata seperti itu kepada orang tua. Di mana sopan santunmu?!" seru Raka membuat semua orang yang ada di sana diam. Baik itu Winda, Maura maupun Bu Sinta sendiri. Sang wanita paruh baya tidak menyangka kalau ternyata Raka masih membelanya, artinya pria itu masih memihak kepadanya. Mungkin Raka memang benar-benar masih marah kepada Bu Sinta sebab kejadian-kejadian yang menimpa pria itu selama ini. "Nak, kamu masih membela Ibu?" tanya Bu Sinta dengan mata yang berkaca-kaca. Melihat itu Raka benar-benar tak kuasa. Hatinya sakit karena ibunya sampai mau menangis. Tetapi dia harus kuat demi mengubah sifat ibunya yang selalu saja pemaksa dan melakukan segala sesuatu sekehendak hati.
last updateLast Updated : 2024-10-23
Read more

Bab 409 Pertengkaran Menantu dan Mertua (3)

Raka langsung mendorong Mila hingga terpojok di pintu. "Apa yang kamu lakukan kepada ibuku?! Jadi, sifatmu seperti ini, hah?!""Mas, ibumu begitu jahat. Dia ingin memisahkan aku denganmu!""Tapi tidak dengan cara main fisik, Mila. Ingat! Kamu itu sedang hamil dan dia juga ibuku. Bagaimanapun jahatnya ibuku, dia ibuku! Harusnya kamu mengerti itu.""Tapi, Mas!" "Cukup! Kalau kamu melakukan hal seperti itu lagi, jangan salahkan aku kalau sekarang meninggalkanmu!" seru Raka membuat Mila terdiam. Dia tidak bisa berbuat apa-apa jika Raka sudah mengatakan hal seperti itu. Mendengarnya Bu Sinta merasa kalau ini adalah kesempatan bagus untuk mengambil hati Raka. "Lihatlah, Raka! Winda sampai rela melindungi ibumu dari kejahatan istrimu itu. Apa kamu pikir Winda itu bukan wanita yang baik? Justru wanita yang kamu perjuangkan di sebelah itu ingin memukul ibumu sendiri! Apa kamu tidak bisa berpikir jauh? Kali ini Ibu benar-benar tulus untuk mencari kamu wanita yang baik. Ibu tidak peduli lagi
last updateLast Updated : 2024-10-25
Read more

Bab 410 Bu Sinta Diusir

"Iya. Ibu memang ibunya, tapi aku adalah istrinya. Ingat ya, Bu! Setelah menikah, istri juga punya andil besar untuk suaminya. Jadi, Ibu jangan pernah berpikiran untuk mengatur-mengatur Mas Raka, karena bagaimanapun dia sudah menikah denganku," ujar Mila masih saja bersikukuh untuk membenarkan semua tindakannya ini.Bu Sinta menggelengkan kepala dengan tingkah wanita hamil itu. "Iya, benar. Tapi kamu jangan lupa, sampai mati seorang anak laki-laki itu adalah milik ibunya. Bagaimanapun Raka itu harus tetap bersama Ibu, menjaga Ibu. Apalagi saya sudah tidak punya suami. Apakah kamu tidak sadar dengan hal itu?"Mila terdiam. Sialnya semua itu tidak bisa dipatahkan oleh sang wanita hamil. Dia benar-benar harus memutar otak bagaimana caranya membuat Bu Sinta jera dan tak berpikiran macam-macam lagi kepadanya. "Sudahlah, Bu. Tidak usah berdebat apa-apa lagi. Sekarang, keluar dari rumah ini. Mas Raka juga sudah menyuruh Ibu pulang, kan?" terang Mila, ingin mengakhiri perdebatan ini. Tidak
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more
PREV
1
...
3940414243
...
48
DMCA.com Protection Status