Home / Fantasi / Pengantin Pilihan Raja / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Pengantin Pilihan Raja: Chapter 81 - Chapter 90

156 Chapters

Cinta yang penuh bahaya

Selamat membaca.Tiga hari, saat salju mulai turun bersama dengan amarah Baginda yang bercampur menjadi satu. Bahkan daerah yang harusnya tak bersalju, malah kedatangan tamu tak diundang, angin dari Utara bertiup membawa segala murka dan kesedihan Baginda.Aku berhasil melepaskan diri dari Utara, tetapi aku tidak berhasil membuat Killian tetap hidup. Meski berbohong dia bohong, aku sudah mengetahuinya jauh sebelum ia mengatakan yang sebenarnya."Wah, kau sudah gila Emabell!" ucap Nike, sembari menggelengkan kepalanya menatap ke arahku yang diam menatap ke arah pegunungan Utara yang masih sama, dari tempat yang sama. Jembatan yang menghancurkan dunia, beribu-ribu tahun yang lalu."para tetua dari Utara mengecualikan Clossiana Frigga dari kuasa yang mulia Darka dengan syarat kalau mereka tidak akan menyentuhmu. Tapi aku tidak tahu, kalau akan sekacau ini!"Aku tersenyum padanya. "Kau benar-benar gadis yang tidak bisa diatur.""Benarkah?" tanyaku. Nike menganggukan kepalanya sebagai jawa
last updateLast Updated : 2023-05-25
Read more

Ketakutan yang muncul saat melihat cahaya

Selamat membaca."BI…"BYURRR!Aku membulatkan mataku dengan lebarnya saat melihat ekspresi bibi, tersenyum padaku setelah mendorongku? Kenapa? Bukankah tadi bibi bilang mau membantuku?!Aku mencoba untuk mengayunkan kakiku, aku ingin berenang kembali ke permukaan tetapi mengapa? Hatiku mengatakan kalau ini benar, tetapi tidak dengan otakku. 'aku tidak mau kembali lagi ke Utara' pikirku, mencoba mengerjakan kakiku untuk berenang. Sampai….'tidak!' arus dari mana ini? Membawaku melayang-layang dalam air, berputar-putar sampai rasanya paru-paruku kini terisi penuh oleh air dan tenagaku perlahan menghilang—membiarkan tubuh ini terombang-ambing sebelum kegelapan menyapaku.***Beberapa saat kemudian, aku berhasil membuka mataku tetapi aku. Masih berada di dalam air, di atas terumbu karang bernafas! Tetapi tak bisa bicara? Tak bisa berpikir jernih. Seolah ada pelindung di sekitarku yang memberikan oksigen.Dari bawah sini semuanya tampak nyaman, aku bisa melihat matahari yang menyinari lau
last updateLast Updated : 2023-05-26
Read more

Keajaiban dari selatan

Selamat membaca.Sudah lewat seminggu, sejak pertama kali aku datang di kerajaan ini. Irlanga yang membuatku merasa hidup. Orang-orangnya juga ramah dan baik, kebanyakan dari mereka menghabiskan hidup di dalam air. Menjaga agar para hewan laut jahat tak merusak ekosistem bawah laut mereka, dan katanya lagi laut Irlanga melindungi setiap makhluk hidup yang tinggal dan yang jatuh."Jadi air di kerajaan ini hidup?"Aku menyentuh air yang hanya air biasa, tak bergerak dan tak bicara. Duduk di tepian, bersama dengan Edanosa. Satu-satunya teman yang kumiliki di kerajaan ini. "Bagaimana cara membedakannya?!" ucapku bingung karena setiap hulu sungai saling sambung menyambung. Mengerutkan keningku bingung, aku masukkan tanganku ke dalam air. Tapi tak ada yang berbeda. "Aneh!'"Itu namanya keajaiban, muncul di waktu kamu membutuhkan saja guru." Dia menatapku dalam. "Mau berenang? Melihat tumbuhan obat?!""Tidak mau.""Kenapa?""Kalau aku tiba-tiba terbawa arus bagaimana? Masih untung bisa terda
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

Mengulang waktu

Selamat membaca.Aku menunggu. Tetapi pria itu tak kunjung datang, aku marah karena dia tidak menepati janjinya. Meski hanya seorang manusia biasa, Edanosa begitu menghornatiku. Dan tak pernah sekalipun ia bermain dengan pikiran kotor akan diriku. Dia tak ingin memanfaatkanku, dia hanya ingin berteman denganku—dan itu adalah hal yang membuat aku bertanya-tanya, tentang bagaimana orang-orang memandangnya. Di pasar. Meski seorang pangeran, Edanosa tak mendapatkan sapaan. Semua orang hanya membukukan badan mereka hormat. Tapi aku tak melihat rasa takut? ***Di penginapan. "Aku akan pergi ke istana, mungkin dia menungguku disana." Aku berbicara pada ibu penginapan yang terlihat cemas. Pasalnya, hari sudah malam dan keluar tanpa seorangpun. "Tenang saja, aku tahu dunia ini berbahaya. Bagi orang sepertiku, tetapi aku masih mempercayai keajaiban Irlanga lebih dari apapun. Sama seperti di dasar laut, di darat pun Irlanga akan melindungi siapapun yang membutuhkan pertolongan."Ibu itu tiba-t
last updateLast Updated : 2023-05-28
Read more

Mendekati kehancuran

Selamat membaca.Tidak ada pilihan. "Maaf Baginda!" ucapku sembari mengerutkan keningku ke atas menatapnya dengan mata yang berbinar, menahan air mata yang sebentar lagi akan jatuh bersama dengan perang yang akan pecah karenaku. "Aku tidak bisa kembali ke Utara!" Sambungku."Kalau begitu kapan?""Eh?" Aku menggelengkan kepalaku ringan, alisku masih saling bertautan. Menatap mata Baginda dalam-dalam. "A-aku tak punya waktu untuk memikirkan hal itu!" jawabku jujur karena waktu mulai habis, dan aku masih tidak tahu kapan aku akan meninggal dan dimana tubuhku akan dimakamkan nantinya.Ini tidak akan berhasil. Aku mengenal Baginda, dia selalu punya cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Tapi sekarang bukan waktunya untuk mengalah, aku harus kuat.Tangannya turun ke bawah. Dan tepat saat itu juga, beberapa orang dengan pakaian serba putih masuk yang semakin lama, semakin banyak. Mereka mengepung setiap tempat, dari sini. Aku bisa mencium aroma darah. Tetapi dari ekspresi pangeran yang
last updateLast Updated : 2023-05-28
Read more

Irlanga dan segala keajaibannya

Selamat membaca.Wush!Angin berhembus menerpaku, membuat suraiku beterbangan kemana-mana begitu juga dengan jubah yang Baginda pakai. Dari sini sorot mata tajam yang sedang menatap ke arahku tampak bersinar—aku melihat kesedihan."Bibi benar, aku tidak pernah bisa mencintai diriku sendiri." Karena aku masih menginginkan kedamaian. "Tapi aku tidak bisa percaya." Aku hanya tidak ingin masa depan yang kulihat terulang. Hah." Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku, bahkan sulit untuk berlari sekarang. Karena aku mencoba menghancurkan impianku."Emabell, apakah kamu, bisa mempercayai Utara? Aku bisa memberikan apapun yang kamu inginkan. Meski dunia ini menentangnya." Dia berbicara lembut. "Maka sama seperti aku memilihmu, kamu juga harus memilihku.""Aku manusia. Ini terlarang Baginda!" Aku, aku hanya takut. Tiba-tiba saja sebuah tangan mendarat pada pungungku. Terkejut, aku membuka mataku lebar menatap Baginda yang kini sudah berada di depanku. Menghapus setiap tetes air mata yang ja
last updateLast Updated : 2023-05-29
Read more

Memulai perang

Selamat membaca.Dalam perjalanan kembali, Baginda menggendongku ala bridal agar nyaman. Sedang Kafkan, Ar, Almosa juga Damor mengikuti dari bawah—Kafkan bahkan tersenyum gembira dalam hatinya, Almosa lega, Damor puas akan hari ini sedangkan Ar…aku tidak mendengar apapun dari pria yang sangat cuek padaku tapi dia sangat perhatian—dan perhatian itulah yang membuat jalanku terasa sulit karena dia terlalu setia pada Baginda.Coba hitung berapa kali ia bicara denganku? Setelah pertama kali kita bertemu.Dalam perjalanan kembali, Baginda mengubah arah barat hingga matahari terbit dan memecah warna pink menjadi langit biru di pagi hari melewati malam yang panjang penuh rasa takut, seolah memulai hari baru yang jauh lebih baik daripada kemarin."Ki-kita mau kemana?""Clossiana, Frigga." Jawaban yang membuat mataku terbuka dengan lebarnya. Tersenyum saat angin kembali menyapu wajahku yang penuh kegembiraan. "Kau senang?""Ba-baginda mengizinkan aku kembali?"Raut wajahnya berubah dingin. "Apa
last updateLast Updated : 2023-05-29
Read more

Pilihan manusia dan misteri Phoenix di mata Bunga kematian

Selamat membaca."Emabell, ibu ingin mengingatkanmu. Kalau ini tidaklah mudah, kalian tidak melawan kerajaan di dunia ini. Tapi kalian melawan hukum di dunia ini sayang." Ibu mengelus wajahku dengan lembut, dahinya terus mengerut. Matanya penuh kecemasan yang berlebihan seperti seorang ibu pada umumnya. Dia—selalu saja mencemaskanku. "Ibu, tidak ingin kehilanganmu. Karena kamu hidupnya ibu."Aku tersentuh. "Kenapa tidak berikan Emabell adik saja? Ibu tidak akan sendiri, ibu tidak akan memarahi batu lagi." aku mencoba menghibur ibu. Dan ibu tersenyum sembari memukulku kecil. "Aku akan baik-baik saja, karena aku punya Baginda.""Andai kau tidak memiliki rasa penasaran dan impian yang setinggi itu. Mungkin ayah masih bisa bermain denganmu disini, ayah ingin memarahimu karena keluar tanpa izin." Ayah mengelus kepalaku sayang. "Ayah ingin Emabell bertahan sampai akhir, apapun pilihanmu sayangku, putriku."Justru. Kalau bukan karena penyakit ini, mungkin aku tidak akan melihat dunia yang be
last updateLast Updated : 2023-05-29
Read more

Takdir yang mengikat hati

Selamat membaca.Hikss!Seseorang menangis, Bahkan air matanya bisa aku rasakan menyentuh pipiku. Isakan itu, begitu pilu. Tetapi siapa yang menangis untukku? "Bagunlah, aku merindukanmu."DEG!Suara itu…milik Ar—Ar yang tidak pernah bicara lebih padaku, Ar yang aneh dan gila. Ar yang berada dipihak Baginda. Ar yang tak pernah peduli dan tidak mau mengerti kalau aku kesusahan selama berada di Utara. Sekarang dia menangis?***Hosh. Aku membuka mataku, menatap dunia yang masih gelap ditutupi oleh kain hitam yang melingkar mataku—menarik, aku akhirnya bisa melihat langit-langit kamarku. Tapi siapa yang menangis? ruangan ini kosong. "Ah. Jadi dimana aku?" Masa depan? Atau kenyataan?Melihat tidak ada Baginda, mungkin aku sudah terbangun di masa depan. Ini hanya penglihatanku saja. Tapi saat menoleh ke arah jendela, aku melihat Baginda. Aku terpaku selama beberapa saat, melihat mata yang tertutup dengan tangan yang saling menyilang. Tidur menyandarkan kepalanya pada kaca jendela.Ini buk
last updateLast Updated : 2023-05-29
Read more

Rindu seperti nyanyian pilu

Selamat membaca.Saling bermesraan melepas rindu. Aku malah mendengar suara hati seseorang, bukan hal baik tapi ia melihat kami. Meski hanya bayangan, tapi posisiku dan Baginda sudah dapat di tebaknya. Katanya—aku adalah manusia tidak punya harga diri yang pernah ia temui sejauh ini. Siapa lagi kalau bukan Zurra."Baginda?" Aku menghentikan meski takut, karena aku tidak ingin para tetua masuk dan membuatku benar-benar tidak memiliki harga diri sama seperti yang Zurra pikirkan. "Hm?" Bisiknya tepat di telingaku, yang membuat aku kegelian. Sebelum ia menarik tanganku, menggenggam ya eratnya untuk menemui badai yang sedang menunggu di aula utama. "Namamu?""Emabell. Ah…Abell!" Nike tak memanggilku Abell sejak aku pergi dari Clossiana Frigga, karena Baginda selalu melayangkan tatapan mengerikannya pada mereka. Seolah nama Emabell itu, adalah nama resmi dan mereka tak boleh sembarangan memanggil namaku. "Kenapa?""Boleh ku panggil Abell?"Dia bertanya? Dia benar-benar bertanya, atau inder
last updateLast Updated : 2023-05-29
Read more
PREV
1
...
7891011
...
16
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status