"Tante, saya mohon, bantu saya kali ini saja ..." Dengan berlutut memeluk kaki seorang wanita paruh baya, Arinda memohon. Wajahnya mendongak terlihat sembab, penuh dengan air. Tapi, wanita paruh baya itu terlihat tak sama sekali peduli. Wajahnya tetap memandang ke depan dengan angkuh. Hatinya benar-benar tak tergerak hanya untuk mengasihani gadis cantik yang nyaris menjadi menantunya. "Saya janji, saya akan kembalikan uang itu nanti ..." kembali Arinda merayu meminta belas kasihan dari mantan calon ibu mertuanya--Ibu Devon. Devita Domanta--Nyonya besar keluarga Domanta--mendengus mendengar itu. "Kapan? Saat kamu mati?" tanyanya sinis. Air mata Arinda semakin deras meluncur mendengar pertanyaan itu. Kemudian kepalanya menggeleng-geleng. "Secepatnya, saya janji secepatnya, Tante." ujarnya kemudian. Devita menyentak kakinya hingga pelukan Arinda di sana terlepas. Membungkuk hingga wajahnya sejajar dengan gadis itu, Devita mulai mendesis. "Bahkan jika kamu menukar uang itu dengan nya
Baca selengkapnya