“Karena Ibu surgaku dan Bapak cinta pertamaku.”*** “Lasmi, bulan ini transfer lebih banyak. Kasihan adik-adikmu, jarang makan enak.” Suara lembut Ibu terdengar sedetik setelah kugeser ikon menerima panggilan.Aku tersenyum miris mendengar kalimat Ibu. Menarik napas dalam-dalam sebelum mengembuskan perlahan. Kembali tersenyum, kuirarkan, demi bakti. Ibu wanita hebat, dia yang telah melahirkanku mempertaruhkan nyawa. “Iya, Bu, tapi aku belum gajian,” jawabku berusaha selembut mungkin meskipun ada sayatan baru di kalbu.Namaku Lasmi. Benar kata orang, menjadi anak pertama perempuan itu berat, sangat berat. Karena kendala ekonomi, aku hanya mengenyam pendidikan kelas satu SD, sekadar bisa membaca meskipun tak terlalu lanyah dan menulis, meskipun sangat jelek; lantas keluar, membantu Bapak membuat sapu ijuk dan tali tampar. Ibuku hanya Ibu Rumah Tangga. Adikku ada empat. Diusia 18 tahun aku menjadi TKI di Malaysia karena terlalu tak tega melihat kesengsaraan keluargaku, terutama Bapak
Last Updated : 2022-12-30 Read more