All Chapters of Jatuh Cinta Pada Si Koki Tampan: Chapter 71 - Chapter 80

Summer menghentikan mobilnya di depan rumah Amanda. Dia menoleh untuk melihat Shawn yang masih tidur nyenyak. Tiba-tiba rasa bersalah menghantam dadanya, dia seharusnya tidak melibatkannya dalam masalah rumit itu. Mungkin sudah waktunya dia menyerah, jika sesuatu terjadi padanya, dia tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya sendiri selama sisa hidupnya.Tanpa disadari dia sudah lebih dekat dengan Shawn, menatap bulu matanya yang terlihat tebal dan menggemaskan. Dia baru saja mengangkat tangannya untuk menyentuh bulu matanya, tetapi tiba-tiba Shawn membuka matanya, terkejut.Summer bergegas menarik diri dan berdehem pelan, "Ada serangga di wajahmu, aku tadi berniat mengambilnya," katanya tanpa ditanya.Shawn menegakkan tubuhnya, "Benarkah?" gumamnya sambil mengusap wajahnya dengan tangannya. Summer hanya menganggukkan kepalanya beberapa kali, pipinya merona merah muda."Kita sudah di depan rumah Amanda, kenapa kau tidak membangunkanku?" Shawn bertanya, menggosok matanya yang mengantuk.

"Kenapa? Kau pasti jatuh cinta padanya ya?" Amanda menunjuk padanya dengan santai seolah pertanyaannya adalah hal yang tidak penting. Summer mendengus, "Orang sepertiku tidak pantas untuk jatuh cinta, aku terlalu sibuk dengan hidup," katanya tanpa berani menatap mata Amanda.Amanda mendengus tertawa, "Kau lupa kalau aku psikiater? Aku tahu kau bohong kepadaku," ucapnya cuek.Summer menelan ludah, "Kau mungkin psikiater yang baik, tapi kau bukan Tuhan, kau tidak bisa membaca apa yang ada di kepalaku," gumamnya mencoba menghindari tuduhan Amanda yang sepenuhnya benar.Amanda tertawa "Ayo! Kita sama-sama orang dewasa, jangan membohongi diri sendiri, tidak masalah jika kau juga mencintainya, karena siapa yang tidak jatuh cinta dengan pria seperti Shawn, tapi kau harus tahu kau ' bersaing denganku!" katanya ringan.Summer menggelengkan kepalanya, tidak yakin dengan apa yang dikatakan Amanda."Apakah kau pernah berbicara dengan sedikit serius? Atau apakah kau selalu menganggap hidupmu sebag

"Amanda?!" panggil Shawn sambil melihat sekeliling kamar. Summer memainkan jari-jarinya dengan gugup, apakah dia melakukan sesuatu yang salah? Apakah mencintai Shawn adalah sebuah kesalahan? Bukankah Amanda bilang mereka bisa bersaing secara adil untuk Shawn tapi kenapa dia terlihat sangat kecewa?Tiba-tiba terdengar suara mesin mobil mulai terdengar dari halaman. Shawn dan Summer bergegas ke jendela, tebakan mereka benar, Amanda pergi dengan SUV hitamnya."Shawn, kau harus mengejarnya!" Summer berkata dengan panik, dia hampir menangis karena merasa sangat bersalah.Shawn berdiri dengan ragu, "Aku tidak bisa keluar, orang-orang Rudolph ada di mana-mana, jika aku pergi mereka mungkin akan masuk ke sini dan rencana kita bisa berantakan," katanya."Jadi apa yang harus kita lakukan?" Tanya Summer, menutupi wajahnya dengan tangannya. Shawn menarik napas dalam-dalam, "Jangan khawatir, aku mengenal Amanda dengan baik, dia bukan tipe orang yang ceroboh, dia seorang psikiater, dia bisa mengend

Shawn melangkah lebih dekat lalu berjongkok dengan satu lutut di lantai, menatapnya dari jarak dekat, Summer menelan ludah gugup, dia hendak duduk tetapi tangan Shawn mencengkeramnya."Apakah kau benar-benar berpikir seperti itu?" tanyanya, menatap mata Summer.Summer tidak menjawab, dia memilih diam karena dia tahu reaksinya mungkin berlebihan.“Jawab aku, apakah kau benar-benar berpikir seperti itu? Kau pikir aku punya perasaan romantis seperti itu untuk Amanda?” Shawn bertanya dengan penasaran."Perubahan rencana!" tiba-tiba Grace muncul. Shawn bergegas berdiri, di atas sofa Summer menghela nafas lega karena berhasil menghindari pertanyaan Shawn."Apa itu?" tanya Shawn sambil menatap Grace yang sedang sibuk mengetik di layar ponselnya."Kita harus melakukannya sekarang, Albert dan Rudolph ada di lokasi itu," jawabnya tanpa mendongak.Shawn dan Summer saling memandang dengan mata terbelalak. Tanpa pikir panjang Summer berdiri, "Ayo pergi!" katanya bersemangat."Ada hal-hal yang haru

Di ujung lorong, dia melihat Shawn sedang berbicara dengan Amanda. Dia memilih untuk berbelok ke lorong lain dan turun ke lantai satu melalui lift. Sesekali ia meringis menahan sakit di lengannya, efek obat pereda sakit yang diberikan dokter sudah mulai memudar.Dia melambai ke arah taksi dan buru-buru masuk ke dalamnya."Pauls Bakery," katanya terengah-engah.Sopir taksi dengan cepat mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang melalui jalan-jalan Melbourne yang sibuk."Apakah kau melarikan diri dari rumah sakit?" tanya sopir taksi sambil melihat ke kaca spion, dimana dia bisa melihat gelang pasien Summer.Summer terkejut, dia buru-buru menurunkan lengan jaketnya untuk menutupi gelang itu. "Tidak," jawabnya datar.Saat dia menatap gedung-gedung dari jendela taksi, dia tiba-tiba teringat pertengkarannya dengan Amanda sebelumnya. Dia tahu dia seharusnya tidak memberi tahu Shawn tentang perasaan Amanda. Dia tidak punya hak. Dia tidak hanya membuat Amanda membencinya tapi mungkin juga Sh