หน้าหลัก / Fantasi / Putri Bunga Bangkai / บทที่ 21 - บทที่ 30

บททั้งหมดของ Putri Bunga Bangkai: บทที่ 21 - บทที่ 30

31

21. Siapa Philip Sebenarnya?

Philip menyantap makanannya dengan sangat lahap, sama sekali tak terganggu dengan aroma tidak sedap yang mengelilinginya, tak bisa dihindarkan.Miya tersanjung karena selain Philip menghabiskan makanannya, pria itu juga memuji masakannya.Adolf merasa berterima kasih karena Philip sangat menghargai Putri Aludra dengan sikapnya yang demikian, sedangkan Putri Aludra sendiri merasa terharu."Bagaimana?" tanya Philip usai mereka menyelamatkan makan malam.Putri Aludra membuang napas panjang. "Terima kasih, aku merasa dihargai.""Sudah seharusnya aku menghormatimu. Tanpa mengurangi rasa hormatku, bolehkah aku tau tentang apa yang terjadi pada dirimu?" tanya Philip sangat sopan."Baiklah, apa yang ingin kau ketahui?""Apa pun, semua yang kau rasakan tentang apa yang menimpamu.""Sebelumnya, apa yang kau ketahui tentang apa yang aku alami?" tanya Putri Aludra."Kau mendapat kutukan dari Ratu Penelope ratu dari bangsa unicorn, lalu saat usiamu tujuh belas tahun Ratu Penelope datang untuk men
อ่านเพิ่มเติม

22. Tertutup Kabut Ilusi

Raut wajah Philip terlihat pucat. Pria itu mengusap wajahnya berkali-kali dengan tak tenang.Aludra yang sudah berbalik badan ikut memperhatikan pria pengembara itu, sama seperti yang dilakukan Adolf."Philip, katakan saja apa pun yang kau ketahui, bahkan jika kau bilang aku hampir mati pun aku tetap ingin mendengarnya," pinta Putri Aludra.Philip menarik napas dalam kemudian membuangnya perlahan. "Aku tidak percaya kau ...."Lama Philip tidak meneruskan ucapannya, membuat Putri Aludra dan Adolf semakin penasaran."Ada apa, Philip? Katakan saja," bujuk Putri Aludra lagi."Kau gadis yang kuat, Aludra, kau berbeda. Jika itu bukan kau, mungkin sudah akan mati sejak dulu. Organ dalamnya hampir sepenuhnya hangus terbakar, namun kau tetap hidup sampai saat ini, luar biasa." Philip merasa takjub sekaligus heran.Tiba-tiba Putri Aludra memegangi dadanya. Ada rasa nyaman yang entah sejak kapan ia rasakan. Kemudian Putri Aludra menatap Philip seksama."Siapa kau sebenarnya?" tanya Putri Aludra
อ่านเพิ่มเติม

23. Adakah Kebencian?

Adolf memperlambat pacuan kudanya ketika dirasa sudah cukup aman, kemudian berhenti diikuti oleh Philip yang juga berhenti."Kalian bisa mendengar suara ombak itu tapi aku tidak mendengar karena tempat itu tertutup ilusi. Namun saat tidak ada lagi kabut ilusi di sana, aku langsung merasakan ombak itu akan segera menghantam kita, itulah mengapa aku menghimbau untuk segera pergi dari sana." Tanpa diminta Adolf sudah langsung menjelaskan, dan ya, dari kejauhan mereka dapat melihat bagaimana air itu melahap daratan."Kita masih belum aman, sebaiknya kita segera pergi dari sini." Philip menginterupsi."Kami belum tahu akan pergi dan tinggal di mana setelah ini. Kami hanya ingin keberadaan kami tidak mengganggu makhluk lain, terutama keberadaanku dengan bau yang menyengat ini," sahut Putri Aludra."Tidak perlu dipikirkan, kalian ikut saja denganku. Guruku pasti akan menerima kedatangan kalian," kata Philip memberi solusi."Kau benar-benar tidak akan melanjutkan perjalanan tugasmu? Kau bisa
อ่านเพิ่มเติม

24. Arkatama Dan Aristama

"Bukan Guru yang melakukannya tapi--"Ucapan Philip terhenti ketika satu tangan Guru Arkatama terangkat ke udara. Philip paham bahwa gurunya melarang ia melanjutkan kalimatnya.Bukan hanya Philip saja yang paham isyarat itu, semua orang di sana juga paham, jadi Putri Aludra menunggu saja apakah guru Arkatama akan menjelaskan sesuatu atau tidak."Sebelumnya aku ingin menceritakan sedikit tentang kisahku dengan saudaraku, kakak kandungku." Suara Guru Arkatama terdengar setelah hening beberapa saat."Aku Arkatama, dan kakakku Aristama, kami dididik oleh satu guru yang sama, yaitu ayah kami sendiri. Banyak kemampuan dan ilmu yang diturunkan oleh ayah kami kepada kami. Namun setelah ayah kami wafat, kakakku memilih jalan yang berbeda, dia menempuh aliran hitam. Aku sudah berusaha menyadarkannya untuk kembali jalan yang benar, namun dia sudah terlalu jauh melangkah hingga aku tidak bisa mengejarnya, dia pergi jauh," tutur Guru Arkatama mulai menjelaskan."Kemudian suatu hari dia menantang d
อ่านเพิ่มเติม

25. Di Antara Dua Pilihan

"Itu merupakan salah satu ibadah di agama kami. Namanya shalat istikharah, di mana kita meminta petunjuk dari Tuhan, agar kita bisa yakin ketika kita dihadapkan pada dua pilihan sulit, maka Tuhan akan memberikan jawaban yang terbaik untuk kaumnya." Guru Arkatama menjelaskan tentang pertanyaan Putri Aludra yang tampak tidak mengerti."Apakah Tuhan akan langsung memberikan jawaban saat kita meminta petunjuk?" tanya Putri Aludra lagi."Tidak secara langsung, namun Tuhan memberikan isyarat. Kami menyebut Tuhan kami dengan Allah.""Apakah aku juga bisa meminta petunjuk pada Tuhan kalian?""Pada dasarnya Tuhan hanya ada satu, namun keyakinan orang berbeda. Dan kuncinya adalah yakin. Jika kau yakin Dewa yang kau sebut Tuhan bisa membantumu, maka mintalah pertolongan Dewa," tutur Guru Arkatama."Maaf, tadi aku mendengar kau menyebut agama, apa itu?" Adolf ikut mengajukan pertanyaan."Agama adalah kepercayaan, kepercayaan kepada Tuhan, seperti yang aku jelaskan tadi. Dan kami memeluk agama Isl
อ่านเพิ่มเติม

26. Keputusan Philip

Philip memikirkan baik-baik kemungkinan keberhasilan usaha yang bisa dia lakukan, memperhitungkan segalanya. Mulai dari jarak pendopo dengan laut Perak yang tidak bisa dikatakan dekat, kemudian kedalam laut yang mencapai lebih dari 15.000 meter serta rintangan yang harus dihadapi. Semua itu diperhitungkan oleh Philip hingga terdengar suara sang guru yang menegurnya."Semakin kau banyak berpikir maka waktumu semakin habis. Putuskan, Philip!" seru sang guru."Aku tetap akan maju, Guru!" jawab Philip cepat dan tegas.Guru Arkatama mengulas senyum tipis. "Baik. Gunakan kendi ini sebagai wadah obat yang aku jelaskan tadi. Kau sudah cukup mampu untuk membelah diri, Philip, tapi kau hanya memiliki kesempatan satu kali, jadi pergunakan kesempatan itu sebaik mungkin. Jangan lupa selalu niatkan semua atas nama Allah. Pergilah, waktu terus berjalan, jangan membuang waktu!"Philip menerima kendi kecil itu, menyimpannya dan tanpa banyak kata ia segera bersiap untuk pergi karena waktu semakin berjal
อ่านเพิ่มเติม

27. Cinta Dan Keyakinan

"Kau ingin menjadi muridku? Untuk apa? Dalam hal apa?" tanya Guru Arkatama berbondong."Aku ingin belajar tentang keyakinan yang Guru yakini, dan semua hal yang berhubungan dengan itu," balas Putri Aludra.Guru Arkatama terdiam sesaat. "Apa yang membuatmu ingin belajar tentang hal yang kami yakini? Apakah hanya karena Philip semata?" tanya Guru Arkatama dengan tatapan menyelidik.Kini giliran Putri Aludra yang terdiam mendengar pertanyaan Guru Arkatama.Sejujurnya Putri Aludra mulai goyah dan takut ketika Guru Arkatama mengatakan ia dan Philip tidak bisa bersatu karena berbeda keyakinan. Ini kali pertama Putri Aludra merasa jatuh cinta pada seorang pria. Tentu saja Putri Aludra berharap bisa memperjuangkan cintanya. Maka ketika mendengar pernyataan Guru Arkatama, Putri Aludra bertekad harus memperjuangkan Philip apalagi Philip bahkan rela melawan bahaya demi dirinya."Aludra, jangan terlalu terburu-buru, pikirkan dulu baik-baik sebelum kau mengambil keputusan. Karena setiap keputusan
อ่านเพิ่มเติม

28. Pertarungan Yang Sebenarnya

Raja Aristama langsung menyerang Philip tanpa ampun. Philip tidak bisa diam saja. Terpaksa Philip menjauh dari letak matabair itu agar tidak rusak terkena serangan dari sang raja iblis.Philip terus bergerak melakukan perlawanan, sambil terus berpikir keras bagaimana ia bisa menghindari pertemuan dengan Raja Aristama dan mengambil obat penawar itu jika seperti ini terus sedangkan satu raganya yang lain masih disibukkan dengan pertarungan melawan para prajurit pilihan sang raja iblis.Sepertinya Raja Aristama benar-benar ingin menggagalkan rencana Philip, bahkan mungkin ingin membunuh Philip."Kau seharusnya tidak ikut campur, anak muda! Kau menghalangi rencanaku maka kau akan aku habisi!" Ancaman Raja Aristama terdengar mematikan, bersamaan serangan telak yang mengenai Philip hingga pria itu terpental serta muntah darah.Philip memegangi dadanya yang terkena serangan telak, masih sambil terbatuk-batuk pria itu bangun, tidak mau menyerah."Rencanamu yang ingin menghancurkan perdamaian d
อ่านเพิ่มเติม

29. Putri Aludra Selamat, Philip Tewas?

Philip panik, fokusnya terbagi antara harus menjaga kendi itu atau harus melakukan sesuatu agar racun yang ditebarkan oleh Raja Aristama tidak mengenai obat penawar yang dicari.Kutukan Putri Aludra tidak bisa dipatahkan dengan kematian raja Aristama, melainkan hanya bisa dipatahkan dengan obat penawar. Lalu bagaimana jika obat penawar itu tercemar? Maka tidak ada lagi harapan bagi Putri Aludra.Guru Arkatama segera menghampiri Philip, berusaha membantu mengamankan mata air itu. Semakin lama racun itu semakin mendekat ke arah mata air itu, hendak mencemari. Guru Arkatama berusaha menghalau racun namun tidak banyak yang biasa ia lakukan karena racun itu menyatu dengan air, sedangkan air terus mengalir."Guru ... aku rela menukar nyawaku demi obat penawar itu bisa aku lakukan. Selamatkan Aludra, Guru ...."Philip tidak tahu harus bagaimana, ia merasa putus asa, bahkan saat ini dirinya pun mulai merasa lemah karena menghirup racun yang ditebarkan oleh Raja Aristama terus-menerus. Ditamba
อ่านเพิ่มเติม

30. Mencari Kebenaran

Negeri Putih digegerkan dengan ditemukannya seorang pria tak sadarkan diri di perbatasan dengan luka-luka yang tidak bisa dikatakan biasa saja.Atas perintah raja, pria yang ditemukan terluka parah itu dibawa ke istana untuk diberikan pengobatan terbaik. Tabib Cakara bertugas untuk mengobati pria yang terdampar itu.“Bagaimana keadaannya, Tabib?” Raja Arsen turun tangan langsung untuk menanyakan keadaan pria malang itu.“Kondisinya sangat parah, Paduka Raja, luka-lukanya serius. Sepertinya dia baru saja melakukan pertarungan yang hebat,” jelas Tabib Cakara.“Lakukan yang terbaik, Tabib Cakara, siapa pun dia, karena dia terdampar di negeri kita, maka aku menganggap dia adalah warga kita,” titah sang raja.“Baik, Paduka, sesuai perintah Anda.”Baru saja Raja Arsen ingin meninggalkan ruangan, Pamglima Felix masuk membawa berita penting.“Ada apa, Panglima Felix?”“Adolf mengirimkan surat, Paduka Raja,” jawab Panglima Felix sambil menyerahkan sebuah gulungan kecil pada sang saja.“Semoga
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
1234
DMCA.com Protection Status