“Bunda di surga ketemu ayah Farhan, Yah?”“Iya dong, Sayang. Bunda dan Ayah Farhan sudah bahagia di sana. Apalagi kalau Khanza dan Ghazy jadi anak baik, tidak membentak Tante Nilam seperti tadi.”Gadis itu menunjukkan penyesalan.“Kalau begitu nanti Khanza minta maaf pada Tante Nilam, Yah. Tapi, Khanza nggak mau panggil bunda pada Tante Nilam, ya.”“Emang ada yang nyuruh Khanza manggil bunda pada Tante Nilam?”“Kata teman-teman Khanza, Yah.”“Jangan dengarkan teman-teman Khanza, Nak. Tante Nilam juga nggak akan memaksa Khanza mau manggil apa. Karena apapun panggilan Khanza padanya, Tante Nilam tetaplah menyayangi kalian berdua, Khanza dan adik Ghazy.”“Ayah juga?”Aku terdiam sesaat. “Iya dong, Sayang. Tante Nilam sayang pada kita semua.”***Sore hari menjelang maghrib aku baru pulang ke rumah. Nilam menyambutku kaku sambil menggendong Baby Ghazy. Aku langsung melirik pakaiannya, takut jika ia berpakaian minim seperti kemarin. Tapi ternyata kali ini Nilam berpakaian sangat sopan, kao
Baca selengkapnya