Home / Romansa / Lelaki Kedua / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Lelaki Kedua: Chapter 21 - Chapter 30

37 Chapters

Bab 21

“Kok lo mau jadi muhallil gue?”Farhan tersedak. Ia meraih botol air mineral dan langsung meminumnya beberapa tegukan. “Kenapa?” Ia balik bertanya. “Hanya pen tau alasannya aja.”“Penting ya?” sahutnya kemudian. “Kalau gak keberatan.”Ia berdehem beberapa kali. “Selalu ada alasan untuk sebuah tindakan. Apa pun itu. Namun kadang ada yang lebih penting dari semuanya.”“Apa?” Pemuda itu menatap lekat. “Tujuan.” Fajar menekan kuat ujung batang rokok yang tersisa ke asbak. Belum satu jam duduk di teras rumah, ia nyaris menghabiskan setengah bungkus dari candu itu. Pikirannya kalut. Apalagi penyebabnya kalau bukan perubahan sikap Hayat. Disinyalir ada sesuatu yang disembunyikan wanita itu. Tapi entah apa. Semakin ia pikirkan semakin panas rongga dadanya. Untuk pertama kali sepanjang perkenalan mereka, Hayat bersikap seperti tadi. “Sebaiknya rencana rujuk ini dipikirkan ulang.” Kata yang diucapkan Hayat tadi sore kembali terngiang di kepalanya. Apa yang harus ia pikirkan ul
last updateLast Updated : 2023-01-17
Read more

Bab 22

Motor meluncur dengan kecepatan sedang saat meninggalkan kafe. Farhan menambah kecepatan saat kami telah berada di jalan raya. Dinginnya udara malam terasa kian menusuk hingga ke tulang sumsum. Reflek aku melingkarkan kedua tangan ke perut pemuda itu. Samar ia tersenyum sambil mengusap pelan pipi kiriku yang bertengger di pundaknya. Ada perasaan damai yang menyusup lembut di dalam sini. Dalam situasi seperti ini, aku mencoba tidak terlalu peduli akan perasaan Farhan. Mungkin memang ada kalanya cinta tidak perlu diucapkan. Karena yang lebih penting dari semua itu sikap dan perbuatan, bukan? Apa gunanya kata cinta digaungkan, jika pada kenyataannya malah menyakitkan. Seperti yang berkali-kali dilakukan Bang Fajar. Ingat laki-laki itu, pikiranku kembali menerawang pada banyaknya panggilan tak terjawab tadi. Sejujurnya perasaanku tidak enak. Mengingat sifatnya yang temperamen, mustahil ayah dari anakku itu tidak akan melakukan apa pun. Tanpa sadar aku menarik napas panjang. "Kenapa?
last updateLast Updated : 2023-01-17
Read more

Bab 23

“Alhamdulillah, akhirnya kamu telah bangun, Sayang.” Itu kata yang pertama aku dengar saat membuka mata. Kata yang membuat aku merasa sangat dicintaiAku mengedarkan pandang. Ruangan serba putih dan senyum semringah Farhan menyambut. Pemuda itu menggenggam jemari tanganku dan menciumnya berkali-kali. Untuk pertama kali aku melihat ia menitikkan air mata. Entah berapa lama aku tenggelam dalam pengaruh obat dan segala tetek bengek peralatan medis ini. “Han?” panggilku pelan. Berusaha untuk bangkit, namun laki-laki itu buru-buru menahan. “Jangan bangun dulu!”“Tapi pegal,” sahutku dengan mata berkaca-kaca. Entahlah. Saat ini rasanya aku ingin menangis. Berbagai perasaan berkecamuk mengingat apa yang terjadi. Kenapa harus seperti ini? Sejak dulu aku bukan seseorang yang suka mencari masalah. Sedapat mungkin, jika mengalah adalah solusi terbaik, maka akan aku lakukan. Tak peduli siapa yang benar dan siapa yang salah. Mungkin sifat yang terlalu pasrah itulah yang dimanfaatkan Bang
last updateLast Updated : 2023-01-20
Read more

Bab 24

“Salah kamu sendiri membiarkan Farhan selalu datang. Coba kamu pikir, wajar gak Fajar marah? Bagaimana kalian bisa rujuk kalau kamu masih tetap bersama Farhan.”Aku menatap Ibu tak percaya, bagaimana bisa dia berpikir seperti itu? Salahkah jika aku merasa ada yang tidak beres dengan Ibu? Setelah segala hal yang aku alami dia bukannya prihatin malah menyalahkan. Bahkan menurut Farhan selama menjagaku di rumah sakit, Ibu terang-terangan menunjukkan rasa tidak sukanya pada pemuda itu. “Justru Ibu yang aneh. Farhan itu suamiku yang sah. Ibu jangan lupa itu.”“Dan kamu jangan lupa juga apa alasan kalian menikah,” sahutnya tajam. Benar-benar tidak bisa dimengerti. “Harusnya Ibu bersyukur Farhan tidak mengikuti pernikahan rekayasa itu.”“Apa maksudnya?” “Dengan apa yang dilakukan Bang Fajar, Ibu masih nanya apa maksudnya? Aku hampir kehilangan nyawa, Bu!” pekikku frustrasi. Wanita itu malah membuang muka. “Ada apa dengan Ibu?” tanyaku pelan. Menatap wanita surgaku itu dengan pandan
last updateLast Updated : 2023-01-20
Read more

Bab 25

“Memastikan anak istri merasa nyaman dalam suasana apa dan dimana pun itu juga salah satu bentuk tanggung jawab suami.” Farhan kembali meyakinkan sambil menatap mataku dalam. Ah so sweet banget kan dia? Dengan bersikap seperti itu, ia kelihatan lebih tampan berkali-kali lipat. Tapi kalau aku nurutin keinginan Farhan, apa nanti kami nggak akan kerepotan mengatur keuangan? “Aku tau ini nggak akan mudah,” ujarnya seperti membaca apa yang aku pikirkan. Setelah menarik napas, ia kembali melanjutkan, “Namun aku akan berupaya semaksimal mungkin.” Tatapan itu demikian meyakinkan. Boleh peluk nggak? Ah peluk aja lah. Toh saat ini aku memang butuh itu untuk menguatkan. Tanpa ba bu lagi aku memeluk pria itu erat. “Han, kalau memang kurang modal jual aja mobil gue.”“Haaah!” Pupilnya melebar. “Gue serius.”Huhuuu, jangan bilang aku bucin ya? Bukankah hakikat suami istri itu memang saling menguatkan? Saat ia berupaya mati-matian mewujudkan impian untuk kebahagianmu, kenapa kamu harus ber
last updateLast Updated : 2023-01-20
Read more

Bab 26

Setelah berhasil membuat hidup kami morat marit, aku pikir Bang Fajar akan berhenti mengganggu. Nyatanya tidak. Isi kotak itu menunjukkan bahwa Bang Fajar belum menyerah. Farhan meraih selembar kertas yang terdapat di dalam kotak tersebut, lalu meremas kuat setelah menunjukkannya padaku. Tangan kekar itu tampak bergetar, mungkin karena amarah yang ditahan. Terlihat dari telapak tangannya yang mengepal dengan buku-buku jari memutih. Aku mematung. “Bunda, ini baju siapa?” tanya Fatih dengan wajah bingung. “Orang salah kirim, Nak. Nanti Bunda akan balikin ke tokonya,” sahutku. Jawaban yang sesungguhnya aku tujukan untuk Farhan. “Kenapa dibalikin? Sudah dibayar kan?”Aku menelan ludah. Menatap pria itu tak mengerti. “Gaun itu akan tetap dipakai oleh pemiliknya.” Farhan mendesis tajam. Aku menatap Farhan lekat. Apa maksudnya? Mungkinkah ia merelakan aku bersanding kembali dengan Bang Fajar? “Sudahlah, gak usah dipikirin,” lanjutnya seolah menjawab kebingunganku. “Fatih mau jal
last updateLast Updated : 2023-01-25
Read more

Bab 27

Dua puluh menit berkutat di jalan raya bersama abang ojol, aku sampai di halaman kafe. Restoran yang terletak di bilangan Jakarta Selatan itu menyediakan berbagai menu masakan khas Minang, Diantaranya martabak Kubang dan sate Padang. Mengedarkan pandang, di pojok ruangan mataku menangkap sosok gadis dengan ciri-ciri yang disebutkan di chat tadi pagi. Berbeda dengan dugaan sebelumnya, kini aku yakin ini bukan tentang persaingan bisnis. Terlihat jelas dia juga pengunjung di sini. Gadis itu tengah sibuk memainkan ponselnya. Sama sekali tak terusik dengan lingkungan sekitar. Setelah menghela napas panjang, dengan cepat aku mendekat. Jangan tanya seperti apa rasaku. Deg-degan dan juga penasaran. Siapa gerangan gadis itu? Dia sangat yakin kalau yang ia lihat di postinganku itu adalah Farhan. Kemungkinan kedua pacar. Ada perasaan tak nyaman saat memikirkan ini. Bagaimana kalau benar? Apa yang lo khawatirin? Toh, lo bininya. Jelas lebih berhak. Suara hati menyemangati.Tapi kan mereka ke
last updateLast Updated : 2023-01-25
Read more

Bab 28

Aku duduk di ranjang dengan memeluk kedua lutut dan menopang dagu. Sudah jam 2 dini hari. Mata masih enggan terpejam. Detik demi detik berlalu terdengar lirih dari perputaran jarum jam weker. Gaun pengantin yang tiba-tiba ada di rumah ini. Ucapan Bang Fajar yang ditulis pada secarik kertas. Sikap Farhan yang sama sekali tidak pernah terbuka tentang keluarganya. Dan terakhir ucapan gadis itu. Semua berputar di kepala seperti film. Scene per-scenenya begitu jelas. Semakin aku pikirkan semakin aku yakin, tak ada yang kebetulan. Pada akhirnya Bang Fajar memang harus kembali. Sakit? Lebih dari itu. Membayangkannya saja sudah membuat hati ini berkeping. Apa salahku hingga mereka begitu tega? Menjelang jam tiga pagi, aku merebahkan diri di ranjang dengan kepala yang berdenyut nyeri, kebanyakan menangis. Entahlah! Apa memang aku yang terlalu cengeng atau memang takdir ini yang mengenaskan. Paginya aku terbangun saat cahaya matahari menerobos masuk dari celah ventilasi. Menatap jam we
last updateLast Updated : 2023-01-28
Read more

Bab 29

“Lo kenal tante gue?” Luisya menyela ketika melihat kami saling menatap bingung. Gadis itu mengempaskan pinggulnya di bibir ranjang. Ia menatap kami berdua bergantian. “Tante?” Lilyana malah tak kalah bingung. “Iya, adik bungsu bokap. Kenapa?” Gadis itu membetulkan duduknya. Kali ini ia bersila di atas ranjang. Sesaat Lilyana hanya tertegun. Perlahan gadis itu ikut mengempaskan pinggul di bibir ranjang, di depan Luisya. “Lha, kok bisa kebetulan gini ya?” gumamnya pelan. Seperti pada diri sendiri. “Apanya yang kebetulan,” sahutku berbarengan dengan Luisya. Aku bangkit dari tidur. Menyandarkan tubuh pada kepala ranjang. Ditatap sedemikian rupa, gadis itu membuang muka. Jengah. “Ah nggak.” Ia cepat-cepat menggeleng. “Kalau kalian ...?” Aku sengaja menggantung ucapan, menanti penjelasan. Menatap mereka berdua bergantian. “Lily teman kuliah aku, Tan,” sahut Luisya. “Ooh.” Hanya kalimat itu yang keluar dari bibirku. “Btw, kalian kenal di mana?” tanya Luisya lagi. “Di Facebook
last updateLast Updated : 2023-01-28
Read more

Bab 30

Sudah hari ketiga Farhan pergi dari rumah. Tepatnya aku yang mengusir. Sepertinya sikapku benar-benar membuat laki-laki muda itu terluka. Wajar. Siapapun dalam posisinya pasti akan sakit hati diperlakukan sedemikian rupa. Berharap dia yang akan memulai chat duluan agaknya hanya sesuatu yang sia-sia. Ada rasa rindu yang mendesak di dalam sini, namun terhalang gengsi. Bagaimana mungkin aku harus menjilat ludah sendiri? Seorang Hayat tidak akan melakukannya. Tapi kalau didiami, maka aku akan benar-benar kehilangan dia. Sanggupkah? “Ahhh.” Aku menggeram dalam sesal. Tak seharusnya aku terpancing dengan omongan Lilyana. Kalau pun ada masalah bukankah sebaiknya dibicarakan? Bukannya malah mengambil keputusan sepihak yang nyatanya tidak saja melukai Farhan, tapi juga diri sendiri. Sayangnya nasi sudah menjadi bubur. Mengedepankan emosi dalam menghadapi permasalahan membuat segalanya jadi berantakan. Duh, Hayat, kenapa lo tidak belajar dari hubungan lo dengan Bang Fajar? Adakah ma
last updateLast Updated : 2023-01-28
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status