Home / Romansa / Lamaran untuk Bayi Tak Bernasab / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Lamaran untuk Bayi Tak Bernasab: Chapter 51 - Chapter 60

91 Chapters

Menyimpan Rahasia

“Karena Harris harus fokus pada urusan kantornya, untuk urusan perceraian lebih baik Ibu yang mengurusnya sendiri,” jawab Nyonya Besar itu.“Maaf Bu, jika Anin boleh berpendapat. Mas Harris tetap harus tahu mengenai rencana Ibu ini,” sela Anin.“Memang benar, Harris tahu tentang masalah ini karena menyangkut kedua orang tuanya. Tetapi nanti, setelah ibu mengurus seluruh berkasnya. Dan Ibu harap kamu membantu untuk merahasiakannya sementara,” kata Nyonya Setya, raut wajahnya terlihat tak ingin dibantah. Baru kali ini Anin melihat ekspresi wajah ibu Harris yang seperti itu, mau tak mau ia pun menurutinya.“Baik Bu,” jawab Anin singkat.Nyonya Setya menyuruh menantunya untuk istirahat di kamar begitu pula dengan dirinya. Anin pamit ke kamar dengan menggendong putra kesayangannya. Sepanjang jalan menuju kamarnya ia memikirkan bagaimana cara menyembunyikan hal tersebut dari Harris.“Aku harus menjaga lisanku, jika sampai aku keceplosan maka habislah riwayatku sebagai menantu keluarga Adija
last updateLast Updated : 2023-01-19
Read more

Mantan Sumber Masalah

“Tidak ada, Mas. Hanya saja aku yang tidak bisa menjelaskannya padamu. Belum saatnya aku bercerita sekarang,” jawab Anin.“Ayolah sayang, jangan main rahasiaan denganku,” bujuk Harris agar Anin mau memberitahunya.“Nanti pasti aku akan memberitahumu,” jawab Anin, ia tetap pada pendiriannya. “Bagaimana masalah kantor? Apakah kamu marah pada Damar dan sekretarismu?”“Tidak, kenapa harus marah. Mereka tak melakukan kesalahan apapun, ayah saja yang berlebihan,” kata Harris menjawab pertanyaan Anin, lelaki itu mengembalikan buku yang ia baca tadi pada tempatnya. “Kita kembali ke kamar, kasian Bhima kalau tidur di gendongan begitu,” ajak Harris. Anin menganggukkan kepala ia setuju dengan ucapan pria itu.Mereka meninggalkan ruang baca tersebut dan berjalan menuju kamar tidurnya. Harris membuka ppintu dan mempersilakan Anin untuk masuk dahulu. Sang Ibu muda itu lantas menidurkan bayi laki-laki kesayangannya di ranjang besar tersebut.“Mas Harris,” panggil seorang asisten rumah tangga pada a
last updateLast Updated : 2023-01-20
Read more

Ingin Punya Anak

“Sebenarnya apa Mbak?” tanya Anin“Tidak ada, lupakan saja,” jawab Clara santai. Anin tak ingin menganggap ucapan Clara sebagai sesuatu yang penting lantas melanjutkan kembali langkahnya. Ia menapaki tangga secara cepat. Ketika Anin hendak membuka pintu di saat yang bersamaan Harris juga berniat melakukan hal yang sama.“Kamu mau ke mana Mas?”“Turun ke bawah, menyusulmu. Kenapa kamu naik ke atas?”“Karena aku ingin melihat Bhima, lagipula Ibu sudah pulang,” ujar Anin. “Mas, tahu tidak katanya Mbak Clara datang untuk mengobrol denganku, bukannya tadi dia mencari Ibu,” lanjut Anin seraya mendorong tubuh Harris mundur ke belakang. Kini mereka duduk di tepi ranjang.“Benarkah dia mengatakan hal tersebut?”“Tentu saja, tadi dia aku memergoki dirinya berada di taman belakang, Mbak Clara mengintip kamar kita,” adu Anin.“Tenang saja, tak ada yang bisa dilihat dari taman belakang,” timpal Harris. Ia mengerti kekesalan Anin, ia juga merasa privasi mereka terganggu. “Karena dia sudah berbuat
last updateLast Updated : 2023-01-21
Read more

Anin Pegang Rahasia Adijaya

“Jika itu bukan sesuatu yang penting, katakan lain kali saja,” ujar Harris dingin. Ia tak mau mendengar omong kosong dari ayahnya.“Tetapi apa yang aku katakan adalah sesuatu yang penting, ini menyangkut tentang –““Kamu baru pulang, Mas. Lebih baik kamu membersihkan diri dulu baru mengajak kami berbicara,” ujar Nyonya Setya memotong perkataan suaminya. Apa yang dilakukan oleh kedua ibu dan anak itu membuat Anin menjadi bingung. Seolah mereka berdua tak ingin Tuan Setya menyampaikan kalimatnya.“Kita ke kamar saja, Nin,” ajak Harris seraya menarik tangan perempuan itu. Anin pun hanya bisa menuruti kemauan lelaki tersebut.“Pastikan kalian berdua ada di meja makan ketika jam makan malam tiba,” ucap lelaki paruh baya itu kepada Harris dan Anin.“Baik,” jawab Harris singkat, dari nada bicaranya ia terkesan meremehkan undangan tersebut. Harris dan Anin terus menapaki anak tangga satu persatu hingga tiba di lantai dua. Anin memaksa Harris untuk menghentikan langkah mereka.“Mas, aku penasa
last updateLast Updated : 2023-01-22
Read more

Kepindahan yang Mendadak

“Oh ternyata masalah perusahaan,” sela Harris. “Kita sudah membicarakan masalah ini di kantor, yah. Jadi untuk apa dibahas lagi?”“Aku yakin kau belum mengatakannya pada Ibu ‘kan, jadi aku berinisitif untuk mengatakannya,” jawab Tuan Besar itu.“Lakukan apa yang ingin kau lakukan, meski itu perusahaan dari ayahku tetapi kau juga punya andil membesarkannya,” kata sang istri. Anin hanya bisa diam, menyimak apa akhir dari pembicaraan tersebut.“Aku berniat untuk mengambil alih cabang perusahaan yang ada di surabaya,” imbuh Tuan Setya.“Ada banyak anak perusahaan di kota lain, kenapa memilih kota tersebut?” tanya Nyobya Setya, raut wajahnya tampak penasaran. Sebenarnya tak hanya perempuan itu saja yang ingin tahu melainkan Harris dan Anin juga merasa demikian.“Ada banyak faktor, salah satunya adalah aku rasa jika perusahaan itu bisa kembali stabil maka dapat dijadikan conttoh untuk anak perusahaan yang lain,” jawab pria paruh baya itu. Ia mencoba untuk bersikap santai ketika melihat tata
last updateLast Updated : 2023-01-23
Read more

Membiasakan Diri untuk Sendiri

“Kenapa pindah ke surabaya? Ada urusan apa?” tanya Harris, ia merasa jika kepergian Clara sangat mendadak. Bahkan terkesan kebetulan sekali dengan keinginan ayahnya untuk pindah tugas.Pertanyaan Harris tadi membuat istri palsunya menoleh ke arahnya, sebagai orang yang mencurigai Clara, Anin merasa jika sekarang ia memiliki teman. Memang benar, kepindahan Clara ini secara mendadak dan mencurigakan.“A –aku ada urusan keluarga di sana,” jawab Clara santai.“Keluarga yang mana? Setahuku kamu tidak punya keluarga di sana,” sambung Harris.“Keluargaku yang di Bandung pindah ke surabaya dan terlibat sedikit masalah di sana sehingga aku perlu membantu mereka,” kata Clara, perempuan itu mencoba bersikap santai menjawab cecaran pertanyaan dari Harris.“Tante tak bisa memberikan apapun kecuali doa agar kamu sampai di tempat tujuan dengan selamat dan apa yang kamu kerjakan lancar dan terselesaikan dengan baik,” ujar Nyonya Besar itu seraya memegang bahu Clara, tatapan terlihat sangat tulus. Cla
last updateLast Updated : 2023-01-24
Read more

Keadaan Hati Anin

“Kamu yakin jika Ibu akan berpisah dengan ayah, Mas?”“Mungkin saja, sikap ayah tak pernah berubah sejak dulu,” jawab Harris.“Kasian Ibu ya,” cicit Anin, ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sekaligus menghindar dari Harris. Ia takut jika berada di dekat lelaki itu maka akan terbongkar rahasia yang selama ini disimpannya.Ketika perempuan itu mandi terdengar suara tangisan dari Bhima namun ia tak khawator karena ada Harris yang mampu menenangkan anaknya. Dan hal itu terbukti benar adanya, ketika ia keluar dari kamar mandi, Harris sedang menimang bayi mungil itu.“Kenapa dia Mas?” tanya Anin seraya mengering rambutnya.“Tadi dia menangis sebentar tetapi sudah kutenangkan dan kembali tidur,” jawab Harris, ia memamerkan Bhima yang tertidur di gendongannya. Setelah yakin jika bayi laki-laki itu tertidur nyenyak, ia kembali meletakkannya di ranjang.Anin masuk ke dalam ruang ganti untuk berganti baju, ia memakai baju berwarna yang sama dengan Harris. Usai berganti baju d
last updateLast Updated : 2023-01-25
Read more

Mantap Berpisah

“Ibu sungguh ingin berkonsultasi?” ulang Harris, ia kemudian menatap ke arah Anin.“Memangnya kenapa, Mas? Mungkin Ibu butuh masukan dari para ahli, hatinya sedang tidak tenang,” timpal Anin. Harris menganggukkan kepalanya tanda ia setuju dengan perkataan Anin barusan.“Ibu berkata jika dia baik-baik tetapi nyatanya tidak, hatinya pasti terluka karena sikap ayah,” batin Harris.Ketika sang Ibu pergi dengan ustadzah tersebut lain halnya dengan Harris dan Anin yang mengikuti para ustad menuju ke ruang tunggu. Anin mengarahkan netra untuk memandangi seluruh bangun pendidikan bernuansa isalmi tersebut.“Ternyata tempat ini begitu luas, bangunannya juga sangat cantik,” ujarnya dalam hati. Netra Anin tak berhenti melihat ke sekelilingnya. Suara lantunan ayat suci terdengar sangat menyejukkan hatinya.Seorang lelaki berpeci putih mempersilakan mereka untuk masuk ke dalam ruangan berwarna hijau muda tersebut. Di dalam ruangan tersebut sudah ada wakil pemimpin pondok, ia turut menyambut kedata
last updateLast Updated : 2023-01-26
Read more

Makanan Jepang

“Mas, lihat Ibu,” lirih Anin seraya menepuk lengan Harris, perempuan itu kemudian menunjuk ke arah Nyonya Besar itu. Harris menggerakkan kepalanya mengikuti arah petunjuk Anin. Sang Ibu yang berdiri tak jauh dari mereka sedang menatap ke sudut kanan.Entah apa dan siapa yang dilihat olehnya, nyatanya Harris tak menemukan hal menarik. Karena tak ingin penasaran, ia pun bertanya pada sang Ibu.“Ibu lihat apa di sana?” tanya Harris.“Tadi Ibu lihat ada mobil yang mirip dengan mobil ayahmu,” jawabnya.“Mobil seperti milik ayah banyak bu, aku yakin ayah tak akan menyusul ke mari.”“Agar meyakinkan lebih baik Ibu telpon ke rumah saja,” usulnya. Perempuan paruh baya itu lantas menghubungi telepon rumahnya, tak berselang lama terdengar suara sahutan di seberang. Nyonya Besar itu segera mengajukan pertanyaan pada asisten rumah tangganya.“Tuan masih di rumah Nyonya, mobilnya pun masih terparkir di depan,” jawab pembantu tersebut.“Yasudah kalau begitu,” sahutnya. Nyonya Setya lantas mematikan
last updateLast Updated : 2023-01-27
Read more

Kepergian Tuan Besar

“Bukannya tidak boleh Bu, hanya saja kami akan melakukannya berdua. Mengulang masa pacaran kami yang singkat,” kilah Harris, yang sebenarnya adalah lelaki itu takut latar belakang Anin diketahui oleh ibunya. Termasuk tentang mereka yang belum menikah.“Ibu mengerti hal itu, memang seharusnya kalian memiliki waktu berdua yabegng banyak. Tetapi sesekali boleh dong Ibu jalan bareng menantu Ibu,” ujar perempuan paruh baya itu.“Tentu saja Bu, Anin juga mau kok pergi bareng Ibu,” ujar Anin, akhirnya ia buka suara juga. Harris membulatkan matanya mendengar hal tersebut, sedangkan perempuan itu mencoba meyakinkan Harris lewat raut wajahnya.“Baiklah kalau begitu, nanti kita cari waktu yang tepat untuk belanja dan makan siang bersama ya,”Tak ada lagi percakapan di antara mereka, karena Anin, Bhima dan Ibu Harris sudah terlelap tidur padahal Bru setengah perjalanan. Sedangkan Harris tak bisa ikut tidur, ia terus memantau kondisi perusahaannya melalui ponselnya.Damar memberi tahu sang atasan
last updateLast Updated : 2023-01-28
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status