All Chapters of ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANG: Chapter 31 - Chapter 40

48 Chapters

Terima atau Tolak?

Di sela kesibukan, aku membuat makan siang di dalam toko. Kebetulan aku juga membawa kompor gas yang sudah kubeli khusus untuk keperluan toko."Dek, ingat garamnya jangan kebanyakan," tegurku saat melihat Aini ingin menuangkan garam ke dalam wajan berisi kari ayam."Aelah, Mbak. Belum juga Aini masukin garamnya. Iya tenang aja, ngomong-ngomong berapa sendok makan garamnya, Kak?" tanyanya padaku.Aku tertawa kecil, lalu memberitahunya apa saja yang diperlukan saat membuat masakan kari ayam."Mbak, kayaknya Mas Nandar masih cinta deh," ucapnya tiba-tiba. Aku menghentikan kegiatan sebentar, lalu melanjutkannya. Tak kupedulikan ucapan Aini."Mbak, apa salahnya membuka hati kembali," ucapnya lagi."Aini yakin Mas Nandar lelaki yang baik. Buktinya belum sampai beberapa bulan, dia sudah akrab dengan Ayah."Ya karena kamu nggak tau aja, kalo Ayah tau bahwa aku dan Nandar adalah mantan kekasih, batinku."Micinnya udah dikasih, Dek?" tanyaku mengalihkan pembicaraan."Mbak Alya, kamu berhak baha
Read more

Lidah Tak Bertulang!

*Pagi harinya, aku terbangun agak siang. Rupa-rupanya begadang tadi malam membuatku lelah dan ingin terus tidur.Kulihat Aini sudah tak ada di sampingku, mungkin dia sudah berangkat ke kampusnya atau ikut Ayah ke toko lebih dahulu.Haduh, mengapa dia tak membangunkanku coba, rutukku dalam hati.Bergegas kulangkahkan kaki ke kamar mandi, membersihkan diri. Lalu bersiap-siap untuk pergi ke toko.Saat ke luar kamar, aku melihat Ayah yang duduk di ruang keluarga dengan koran di tangannya."Udah bangun, Nak?" tanya Ayah."Iya, Ayah. Maaf, Alya kesiangan bangunnya. Aini mana, Yah?" tanyaku."Adekmu sudah berangkat dari pagi tadi, katanya ada kelas pagi. Ya sudah kamu sarapan dulu, sudah Ayah buatkan. Nanti kita sama-sama ke tokonya," ujar Ayah.Aku lalu mengangguk dan bergegas sarapan.Kebetulan motor dipakai oleh Aini, jadi aku dan Ayah memutuskan menggunakan sepeda yang ada. Lagipula jarak toko dan rumahku tak terlalu jauh."Ayah, nanti kalo jualan Alya laris manis. Alya beli motorlah, b
Read more

Pengobat Luka Hati

Deg!Ucapan Arini bagai kilat yang menyambarku, ada rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuh. Dengan susah payah aku mencoba menahan air mata yang hampir lolos.Entah kapan mereka berdua datang, tiba-tiba sudah berada di toko dan langsung membuat keributan."Heh! Istighfar kamu Arini. Ya Allah Rina, kalian berdua ini jangan suka ngurusin kehidupan orang lain. Kebiasaan mulut nggak bisa dikontrol, anak itu dari yang di atas. Mana bisa kita nebak sendiri," omel Bu Hj Sulis."Lah emang kenyataannya gitu, 'kan. Makanya Mbak Alya sama Mas Andi pisah, sayang banget. Padahal Mas Andi ganteng lho, Mbak, kalo aku mah nggak papa, nggak punya anak. Tapi yang penting suamiku ganteng," ujar Arini. Aku berhenti memasukkan kue ke dalam wadah. Pelanggan yang berada di tokoku memerhatikan kami yang sekarang menjadi pusat perhatian."Ngomong apa kamu tadi, hah! Hati-hati ya mulutmu itu. Kamu nggak tau apa ucapan itu adalah doa, kalo nanti ucapanmu malah menyerang dirimu sendiri, mampu kamu bertahan?!"
Read more

Wanita yang Dikenalkan

POV Andi*Setelah kejadian beberapa hari yang lalu, saat ini aku mencoba berdamai dengan keadaan. Toh, semuanya juga sudah lewat. Jika aku meninggalkan mereka, sama saja aku tak tau berterima kasih. Masih untung dulu Ibu tak membuangku, saat Mama pergi meninggalkan hingga akhirnya sampai mengalami kecelakaan.Harusnya aku bersyukur, karena Ibu masih mau merawatku yang jelas-jelas bukan anak kandungnya. Apalagi beliau rela bersusah payah menyekolahkanku hingga sampai ke jenjang sekarang."Andi, ayo sarapan. Mbak udah bikinkan masakan kesukaan kamu," panggil Mbak Sarah ketika masuk ke kamar. Setelahnya bergegas ke luar."Oke, Mbak," jawabku lalu mengekor di belakangnya.Aku duduk berhadapan dengan Ibu. Sekarang Ibu terlihat lebih berbeda. Ibu lebih pendiam dari sebelum-sebelumnya."Pagi, Bu," sapaku. Ibu menatapku lamat, lalu ia tersenyum.Mungkin Ibu juga mencoba berdamai dengan masa kelamnya yang dulu, pikirku."Taraaaa, silakan dinikmati," ucap Mbak Sarah. Aku lalu tersenyum melih
Read more

Isi Dompet Kering

*"Cantik banget Bella ya, Bu." Sepanjang perjalanan pulang, hanya itu yang diucapkan Mbak Sarah."Iya, lebih cantik dari yang kemarin," jawab Ibu. Tanpa diberitahu aku tahu siapa yang dimaksud mereka berdua, sudah pasti Alya."Iyalah, jauh banget bedanya. Yang kemarin itu terlihat kampungan, kalo sekarang elegan. Kan, Bu," ujar Mbak Sarah lagi memanasi."Tiap orang beda-beda karakternya, Mbak. Lagian ngapain sih masih ngungkit-ngungkit Alya. Nggak ada hubungannya antara Alya dan juga Bella," ucapku pada mereka berdua."Siapa yang ngungkit tuh cewek, salah kamu ah," elak Mbak Sarah."Nggak perlu dikasih tau, Andi juga udah tau siapa yang kalian bicarakan. Alya itu cantik dengan versinya sendiri, begitu juga dengan Bella. Mereka sama-sama cantik di mata orang yang indah memandangi mereka," ucapku lagi."Apaan sih Andi, lagian Mbak juga nggak nyebut nama. Kok kamu yang panas," kata Mbak Sarah.Tak ingin menambah panas keadaan aku memilih diam dan bermain ponsel.Ting!Satu pesan masuk k
Read more

Dia yang Menyakiti, Dia Juga yang Merasa Paling Tersakiti!

POV Alya"Jadi kapan kira-kira bisa dilaksanakan pernikahannya?" tanya Ibu Mas Nandar terlihat sangat ingin sekali Mas Nandar menikah."Secepatnya aja bagaimana? Biar nggak timbul fitnah juga," ucap Ayah Mas Nandar.Aku dan Aini kebingungan harus menjawab apa. Karena daritadi, Ibu dan Ayah Mas Nandar tak henti-hentinya berbicara. Ada rasa bahagia yang datang saat mereka sama sekali tak mempersalahkan statusku saat ini.Jangan tanya kenapa aku memanggil Nandar dengan sebutan 'Mas', ya karena Nandar yang meminta. Katanya, calon istri kok panggil nama, kalo bisa mah panggil sayang. Latihan dulu, prakteknya tunggu sah aja, ucapnya saat itu.Ingin sekali rasanya aku bersembunyi di balik lemari, malu tau.Entahlah, jujur saja. Kadang aku bahagia, tapi saat datang sakit itu. Aku kembali merasakan sedih yang benar-benar mendera, bagaimana tidak. Lagi-lagi kenangan pahit bersama lelaki yang dulu pernah singgah di hatiku kembali menari di pikiran.Dan sampai sekarang sama sekali tak terpikirkan
Read more

Ujian Menjelang Pernikahan

[Kamu tau, Alya! Bahkan sampai saat ini aku masih belum bisa membuka hati untuk siapapun. Banyak yang mendekat, tapi semuanya sangat berbeda darimu.][Alya, kembalilah. Ayo kita perbaiki semuanya dari awal, aku akan berusaha melindungi kamu dari Mbak Sarah dan juga Ibu. Aku berjanji!][Alya, balas pesanku. Jangan hanya dibaca!] tegas Mas Andi.Aku berpikir keras, kira-kira balasan pesan apa yang harus kukirimkan padanya.[Kita hanya kenangan, dan selamanya tak akan pernah terulang. Lupakan aku! Cari kebahagiaanmu sendiri, aku sudah cukup berteman luka saat masih bersama dulu,] tulisku. Tak sampai lima belas detik, pesanku langsung centang biru.[Kali ini aku yang akan menjadi teman hidupmu, batalkan pernikahanmu Alya! Atau aku akan menghancurkan semuanya!] Bunyi pesannya seperti sebuah ancaman.[Kau mengancamku, Andi?] balasku.[Tidak! Aku hanya memberimu peringatkan, batalkan pernikahan atau kau akan menyesal nantinya. Calonmu bisa saja kulukai!] Pesannya, tak sampai beberapa menit l
Read more

Orang-orang Toxic

Pov AuthorTak terasa hari ini adalah hari pernikahan Nandar dan juga Alya. Mereka duduk bersanding tertawa bersama. Di ujung pintu ada sosok lelaki yang tersenyum miris menatap kebahagiaan mereka.Dia adalah Andi, ancaman yang diberikannya selama ini pada Alya hanyalah tulisan biasa saja. Karena faktanya Andi tak seberani seperti apa yang sudah dituliskannya.“Andi, ngapain kamu berdiri di sini. Ayo ke sana ajak Bella, biar Alya tahu bahwa kamu lebih bisa mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik dari Alya,” bisik Sarah di telinga Andi.Ya sejak malam itu Alya sudah tak berkirim pesan pada Andi, tiba-tiba saja undangan datang ke rumahnya. Bukan Alya yang mengirimkannya, melainkan Nandar. Nandar sengaja melakukan itu agar Andi merasa semakin bersalah karena sudah memperlakukan Alya seenaknya saja.“Nggak usah sok sedih, jangan bikin malu. Lagian paling juga cowoknya itu miskin. Buktinya resepsi pernikahan mereka sederhana gini.”“Yes, benar, kenapa resepsinya seperti acara-acara yang
Read more

Malam Pertama yang Ke Dua!

Selepas pernikahan Alya dan Nandar memasuki kamar mereka yang dihiasi dengan mawar merah. Bahkan ada tulisan dari bunga yang gitu membuat mata nyaman memandangnya. Pernikahan diadakan di rumah Alya, tapi setelah acara selesai Alya langsung diboyong ke rumah Nandar. Bukan rumah orang tuanya, melainkan rumah yang dibeli dari hasil kerja keras Nandar sendiri.Bahkan Bahrul dan juga orang tua Nandar menginap di rumah Nandar malam ini. Karena mereka ingin megadakan acara kecil-kecilan untuk merayakan kebahagiaan yang dialami oleh dua manusia yang sedang dimabuk asmara.Alya menatap dirinya di depan cermin, riasan yang terlalu menor menambah kecantikan dalam dirinya bersinar. Ia tersenyum perlahan, merasa tak percaya dengan hari ini."Sayang, kamu cantik," ucap Nandar yang tiba-tiba saja datang mendekat dan langsung memeluk pinggang Alya.Perlakuan Nandar membuat Alya sedikit terkejut tak menduga. "M-mas," ucap Alya gugup, bahkan wajahnya sekarang pun terlihat memerah."Akhirnya setelah s
Read more

Aku Hanya Takut

"Jadi bagaimana rencana kalian setelah ini, mau bulan madu ke mana?" tanya Mama mertua dari Alya.Nandar dan Alya saling bertatapan, pasalnya mereka berdua belum merencanakan akan ke mana setelah ini. Duduk manis merebahkan diri sejenak di atas ranjang itu saja sudah membuat mereka senang setelah seharian harus berdiri menyambut para tamu undangan."Belum ditentukan, Ma. Kalo Nandar tergantung Alya saja, ke mana dia mau pergi maka Nandar akan ikut bersama dengannya." Jawaban Nandar mampu membuat Alya mengulum senyum hingga pipinya juga menjadi kemerahan bak kepiting rebus."Aduh, pengantin baru ini. Menurut Pak Bahrul, bagusnya anak kita ke mana bulan madunya, Pak?" tanya Papa dari Nandar pada Bahrul, ayah Alya."Kalo saya terserah mereka saja, Pak, saya juga tak ingin menentukannya. Takutnya kalo saya yang nentukan mereka malah nggak suka tempatnya," jawab Pak Bahrul sambil tertawa kecil."Memang Ayah mau nyaranin ke mana?" tanya Alya lembut, Aini saat ini tak ikut karena ada beberap
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status