"Tidak, kami baik-baik saja, Nura. Mas Dika keluar kota untuk dua minggu, ada urusannya. Jadi, selama dua minggu saya nginep di sini saja." Nuri mengambil gelas teh yang baru saja dihidangkan oleh adiknya. "Enak banget pembantu Mbak, gak ada majikan di rumah. Nanti ranjang kalian ditiduri oleh pembantu laknat itu." Nura nampak emosi. Nuri hanya tertawa, ia memang belum sempat memberitahu keluarganya, khususnya Nura, bahwa Tika sudah tidak bekerja lagi di rumahnya. "Duh, emangnya Mbak gak takut?" Nuri menggeleng. "Takut sama siapa? Tika sudah pulang kampung. Jadi, beberapa hari lalu, dia kepleset di kamar mandi. Gak bisa ngapa-ngapain. Jadinya buat apa tetap dipakai kalau ke kamar mandi saja, dia butuh bantuan orang lain. Jadinya, Tika sudah dijemput kakaknya." Nuri menatap takjub Bayi Liam yang tampan. Perpaduan wajah Dadang dan Nura. Meskipun almarhum adik iparnya itu mengesalkan, tetapi kalau dari wajah, Dadang memang tampan. Sedikit aneh di mata Bayi Liam, karena sipit seperti W
Baca selengkapnya