Semua Bab Kapan Kamu Menyentuhku?: Bab 31 - Bab 40

121 Bab

31. Cerita Daniel Tentang Nuri

"Jadi, Tante Nuri beneran gak datang ya?" tanya Daniel pada putrinya saat mereka sudah berada di jalan raya menuju pulang. "Iya, Pa, padahal Tante Nuri itu gak pernah ijin sebelumnya. Mungkin memang lagi ada urusan dengan suaminya." Daniel mengangguk. Namun, ia tidak yakin urusan yang dimaksud oleh Nuri dan yang ditangkap oleh pemahaman anaknya. Nuri adalah wanita yang pandai menutupi kesulitannya. Ia wanita kuat dan tidak cengeng. Meskipun saat ini ia tengah menghadapi masalah, tidak mungkin Nuri mau bercerita. "Pa, kenapa dulu gak sama Tante Nuri sih?" tanya Luna penasaran. Sejak kemarin ia bertanya, tetapi jawaban papanya selalu ambigu. Tidak pernah mau menceritakan secara detail. "Pa, cerita dong! Luna penasaran tahu," desak Luna. Daniel menghela napas dengan pandangan masih fokus pada jalan raya di depannya. "Papa gak disetujui sama Mbah kamu. Karena Tantu Nuri dari keluarga sederhana. Mbah takut, Tante Nuri mau sama Papa karena uangnya saja. Apalagi saat itu Papa mahasiswa,
Baca selengkapnya

32. Dika Berkunjung ke Rumah Mertua

"Sudah terlambat, Mas." Nuri bangun dari duduknya dengan cepat, lalu berjalan masuk ke dalam kamar. Namun, Dika berhasil menahan lengan istrinya, hingga Nuri belum sempat masuk ke dalam kamar. "Bisa kita bicara baik-baik, Nuri? Oke, selama ini saya sudah banyak salah sama kamu dan saya benar-benar minta maaf. Apakah tidak ada satu kesempatan lagi untuk kita? Saya tidak akan menceraikan kamu. Saya tidak akan menalak kamu." Dika masih berusaha membujuk istrinya dengan wajah memelas. Namun, bagi Nuri, ia sudah lelah. Meskipun ia rujuk, hati Dika tetap untuk Nura. Apa itu kuat menjalani rumah tangga hanya sebagai istri jadi-jadian saja? Tentu tidak. "Selagi di hati kamu masih ada Nura, maka tidak ada tempat bagi wanita lain Meskipun itu saya." Nuri berhasil melepas cengkeraman tangan Dika yang memang tidak terlalu kuat di lengannya. Blam!Pintu tertutup, lalu anak kunci diputar dua kali. Bu Widya hanya bisa menghela napas sambil memijat pangkal hidungnya. Punya dua anak lelaki, dua-dua
Baca selengkapnya

33. Daniel dan Luna Mencari Nuri

Nuri, kamu lagi apa? Tadi saya pergi menjenguk ibu. SendMeskipun ia tahu, pesannya tidak akan dibalas oleh istrinya, tetapi Dika tetap mengirimkan pesan tersebut. Langit sampai berubah gelap, pesannya hanya dibaca saja. Masih lebih baik, dari pada nomornya diblokir oleh Nuri. Pria itu memandangi seluruh isi rumah yang bisa dibilang sangat baik. Dari segi pendapatan bulanan, ia bisa membeli rumah, berikut perabot, serta sempat mempekerjakan ART. Semua memang sengaja ia siapkan untuk istrinya kelak. Wanita yang ia cintai dengan sepenuh hatinya, tetapi takdir malah mempermainkan hatinya dan juga jodohnya. Semua menjadi kacau saat ia memutuskan untuk menikahi Nuri, padahal gadis itu tidak tahu apa-apa. Tok! Tok"Assalamu'alaikum." Suara salam di luar sana membuat Dika yang tengah berada di kursi makan, bangun dari duduknya, dan langsung berjalan untuk melihat siapa tamunya. "Assalamu'alaikum.""Wa'alaykumussalam, tunggu sebentar." Dika memutar anak kunci, lalu menekan kenop pintu den
Baca selengkapnya

34. Kabar dari Tetangga

"Tidak, kami baik-baik saja, Nura. Mas Dika keluar kota untuk dua minggu, ada urusannya. Jadi, selama dua minggu saya nginep di sini saja." Nuri mengambil gelas teh yang baru saja dihidangkan oleh adiknya. "Enak banget pembantu Mbak, gak ada majikan di rumah. Nanti ranjang kalian ditiduri oleh pembantu laknat itu." Nura nampak emosi. Nuri hanya tertawa, ia memang belum sempat memberitahu keluarganya, khususnya Nura, bahwa Tika sudah tidak bekerja lagi di rumahnya. "Duh, emangnya Mbak gak takut?" Nuri menggeleng. "Takut sama siapa? Tika sudah pulang kampung. Jadi, beberapa hari lalu, dia kepleset di kamar mandi. Gak bisa ngapa-ngapain. Jadinya buat apa tetap dipakai kalau ke kamar mandi saja, dia butuh bantuan orang lain. Jadinya, Tika sudah dijemput kakaknya." Nuri menatap takjub Bayi Liam yang tampan. Perpaduan wajah Dadang dan Nura. Meskipun almarhum adik iparnya itu mengesalkan, tetapi kalau dari wajah, Dadang memang tampan. Sedikit aneh di mata Bayi Liam, karena sipit seperti W
Baca selengkapnya

35. Ditraktir Daniel

"Ayo, Tante, temani Luna makan baso. Setelah ini, Luna dan papa janji akan langsung antar Tante pulang. Gimana?" Nuri sebenarnya enggan, karena ia tidak mau ada orang lain yang melihatnya, kemudian menjadi salah paham. Namun, ia sendiri merasa perlu menikmati waktu setelah semua yang ia lalui bersama Dika. "Jauh gak tempat makan basonya?" tanya Nuri ragu. "Deket kok." Luna dan Daniel menjawab serempak, hingga membuat Nuri tertawa, kemudian menyerah. Daniel mengendarai mobilnya dengan semangat, menuju restoran yang pasti sangat disukai oleh Nuri. Jika untuk makan berdua saja, Nuri sudah pasti jelas menolak, untuk itu, ia bersyukur ada Luna yang dengan dengan Nuri dan bisa membujuk mantan kekasihnya itu. "Mas masih cuti ya?" tanya Nuri membuka percakapan. Saat ini dirinya tengah duduk di depan menemani Daniel mengemudi. "Ya, hari ini terakhir. Makanya mau traktir kamu. Besok udah mulai sibuk lagi." Daniel tersenyum dengan sangat manis, membuat getar tersendiri di hati Nuri yang sud
Baca selengkapnya

36. Diinterogasi Bu Fatma

Assalamu'alaikum, ayang, kamu dipanggil ibu ke rumahSendWa'alaykumussalam. Masa sih? Ibu apa ayang yang kangen nih? Nura tertawa membaca balasan pesan dari Willy. Beneran ibu suruh kamu ke sini. SendBesok aja ya, Sayang, bibir saya lagi sariawan. Biar sekalian gitu, sekali dayung, dua tiga kecupan kebagian. Ha ha ha Nura tidak sanggup untuk tidak terbahak. Calon suaminya ini selain sangat cerdas, juga terkenal mesum akut. Bu Fatma memutar bola mata saat menyadari putrinya malah cekikikan saat berbalas pesan. Ia hanya bisa pasrah menunggu Nuri pulang untuk bertanya lebih serius tentang gosip yang ia dengar di luaran sana. Setengah jam berselang, Nuri pun pulang. Ia masuk ke dalam rumah setelah mengucapkan salam terlebih dahulu. Nura sudah tidur lebih awal karena sambil menyusui Baby Liam, sedangkan Bu Fatma masih terjaga menunggu putri sulungnya pulang. "Eh, Ibu, tumben belum tidur, Bu," sapa Nuri dengan canggung. "Ibu belum ngantuk, Nuri." Jawaban Bu Fatma yang santai membu
Baca selengkapnya

37. Surat dari Pengadilan

Nuri, apa kamu bisa ke rumah Mama? Ini ada surat dari pengadilan agama. Nuri membaca pesan dari mertuanya, saat ia tengah bersiap-siap pergi ke tempat kursus. Hari ini jadwalnya ia masuk lebih siang, sehingga masih mempunyai waktu untuk memasak makanan untuk Luna dan Daniel. "Loh, mau berangkat sekarang? Bukannya masuk jam sebelas, Nuri?" tanya Bu Fatma saat melihat putrinya sedang sibuk memasukkan makanan ke dalam wadah. "Iya, Bu, disuruh mampir ke rumah Mama Widya." Nuri memasukkan wadah itu ke dalam totte bag, lalu ia pun membawanya ke depan. Bu Fatma masih terus memperhatikan putrinya yang sibuk. Ada sedikit keanehan yang dilakukan putrinya hari ini, tetapi ia belum bertanya lebih detail, karena Nuri sangat sibuk. "Berangkat ya, Bu." Nuri mencium punggung tangan ibunya. Lalu berjalan cepat menuju rumah mertuanya. Begitu tiba di rumah Bu Widya, Nuri langsung masuk setelah mengucapkan salam. Bu Widya sudah duduk di ruang tamu sambil memegang kertas coklat. Wanita paruh baya it
Baca selengkapnya

38. Telepon dari Tika

Dika merasa pikirannya amat kacau. Ia pulang ke rumah, mengendarai motornya dengan amat lesu. Kabar penarikan promosi jabatan dari direktur kebun binatang langsung tersebar di lingkungan kantor dan seharian ini, sampai dengan di parkiran, ia selalu ditanyai oleh teman-teman yang penasaran kenapa sampai promosinya dibatalkan. Entah siapa yang mau disalahkan jika sudah seperti ini karena amarah di dadanya tak tahu mau ia luapkan pada siapa. Mesin motor ia matikan begitu sampai di garasi rumah yang gelap. Ya, ia kini tinggal sendirian, tanpa istri dan juga ART. Saat ia pulang malam seperti ini, sudah barang tentu rumahnya dalam keadaan gelap. Dika mengeluarkan kunci rumah dari dalam saku celana kerjanya. Saat ia memasukkan anak kunci, ia ingin melihat kotak surat yang ada di depan. Dika bergegas menghampiri kotak surat tersebut, lalu menemukan beberapa lembar surat yang salah satunya adalah dari pengadilan agama. Dika membawa masuk surat-surat itu. Tanpa membuka baju dan mandi, surat d
Baca selengkapnya

39. Minta Bantuan pada Mirna

Langkahnya memang belum sempurna, tetapi wanita itu tetap dengan penuh semangat meninggalkan rumah kakaknya. Ia lebih baik pergi jauh, dari pada harus dinikahkan dengan kakek tua. Tas pakaian yang ia bawa juga tidak ada. Tika hanya membawa tas kresek hitam berisi beberapa helai pakaian. Ia sengaja tidak membawa pakaian banyak agar tidak menyulitkannya untuk kabur. Tika membelah jalan malam di area persawahan tanpa rasa takut sama sekali. Tempat tinggalnya yang masih sangat desa, tidak membuatnya asing ataupun takut. Ia biasa berjalan malam, bahkan tengah malam pun pernah di lingkungan tempat tinggalnya. Setelah bertemu dengan jalan bercabang empat, jika ia ingin ke kota dan memberhentikan angkot, maka ia harus belok ke kanan, tetapi ia harus menemui seseorang terlebih dahulu sebelum ia pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Tika sudah berdiri di depan rumah tua yang hampir dua tahun tidak pernah ia kunjungi lagi. Hanya ini satu-satunya tempat paling aman untuk ia menginap malam ini.
Baca selengkapnya

40. Sidang Perceraian

"Jadi kamu ingin lelaki di foto ini jatuh cinta sama kamu?" tanya Mirna sambil memperhatikan Tika dan juga foto seorang lelaki yang tidak lain adalah Dika. "Iya, namanya Dika. Sudah beristri dan pernikahannya gak benar karena dia gak cinta sama istrinya. Sampai sekarang aja kayanya istrinya masih perawan. Aku minta tolong sama kamu, Mir, gimana caranya biar Pak Dika tergila-gila denganku dan mau menikahi aku." Mirna tidak langsung menjawab. Ia membakar dupa, dengan bibir komat-kamit. Foto Dika terbakar habis menjadi abu, lalu abu tersebut dimasukkan Mirna ke dalam botol. "Ini, pastikan dia menghabiskan minum air ini!" "I-ini, aku gak harus melakukan apa-apa lagi, Mir? Ada syarat apa gitu untuk memuluskan rencanaku?" tanya Tika dengan gugup. Rasanya senang dan gembira tidak terkira di hatinya karena mendapat pertolongan tanpa syarat dari Mirna. Jika saja ia mengetahui hal ini lebih awal, sudah pasti ia sejak lama menjadi istri dari Dika. "Siapa bilang tidak ada? Syaratnya ada di ak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status