Mona berdiri gelisah di depan pagar rumah, matanya terus menoleh ke kiri dan kanan. Udara malam begitu dingin, namun tubuhnya terasa panas oleh kehadiran Andri yang berdiri hanya sejengkal darinya. "Andri… kau tidak boleh di sini. Kalau Raka bangun dan tahu, kita bisa habis," bisiknya panik. Andri justru tersenyum kecil, menatapnya dengan mata penuh obsesi. "Kau pikir aku sanggup tidur, setelah mendengar suaramu di telepon?" Mona membuka mulut, hendak membalas, tapi sebelum sempat kata-kata keluar, Andri menarik pergelangan tangannya. Seketika tubuh Mona terhimpit ke dinding tembok, terjepit dalam bayangan gelap di sudut halaman rumah. "Andri..." suaranya tercekat ketika bibir lelaki itu menempel penuh gairah di bibirnya. Ciuman itu dalam, panas, dan mendesak. Mona sempat menahan, tapi lidah Andri yang lihai membuat pertahanannya runtuh. Dengan tubuh bergetar, dia akhirnya membalas, seolah semua kerinduannya tumpah pada momen terlarang itu. Namun, bahkan saat ciuman itu berlan
Last Updated : 2025-09-12 Read more