Aku memaksa mbak Lia cerita. Dia nampak tertekan dan sesekali menatap Rere yang masih lelap tertidur di kursi belakang."Mbak, jangan membuatku berfikir yang tidak-tidak. Ada apa ?"Mbak Lia masih terdiam, kini kudengar isakanya."Mbak, itu luka bakar lho, ada apa mbak?"Aku yakin itu luka bakar, atau terbakar. Tadinya pasti melepuh tapi sekarang kulihat kulitnya mengelupas, memperlihatkan daging kemerahan yang pasti sangat perih tersentuh sesuatu. Pantas saja mbak Lia menjerit tadi."Mbak, jangan menangis. Ada apa?""Aku... aku... " Dia tersendat bicara, tangisnya tumpah."Baiklah, kita cari tempat yang nyaman ya mbak." Aku turun dan membukakan pintu mobil mbak Lia. "Biar aku yang setir mbak." Ucapku dengan senyum. Mbak Lia mengeser duduknya ke samping kemudi. "Kita mau kemana Sri?" Dis bertanya."Cari tempat makan. Katanya Rere belum makan? Rere gak sekolah mbak?""Belum Sri, harusnya sudah masuk Playgrup, cuma mas Robi belum memberi izin."Aku terdiam, mengingat betapa keras kepa
Last Updated : 2022-08-29 Read more