Aku mendekatinya, Hamid terhenyak."Mama?"Dia bangkit dan berlari memelukku."Ada apa, Nak? Belum tidur?""Belum, Ma. Tapi udah mau tidur kok."Kuusap pucuk kepalanya."Oya, kamu lihat ponsel Mama nggak? Daritadi Mama cari di kamar nggak ketemu."Hamid mengulum senyum."Lihat, Ma. Tadi sama Hamid hapenya.""Em ternyata. Lain kali kalau mau pinjam hape Mama, kudu ngasih tahu ya, Nak? Biar Mama nggak kecarian?""Maaf, Ma. Tadi Hamid mau nelpon Papa, tapi nggak jadi. Takut mengganggu waktu istirahat Papa."Aku menghela napas lega, jadi dugaanku tidak menjadi kenyataan. Sebenarnya, yang kutakuti bukan Mas Hamid, melainkan Dita. Aku takut dia bicara macam-macam pada anakku."Yaudah sekarang kamu tidur, ya."Hamid mengangguk lalu kembali berbaring. kKutarik selimut menutupi tubuhnya. "Ma, Hamid boleh nanya sesuatu nggak?""Nanya apa Sayang?""Setelah Papa mengurus surat pindah kerjanya di Kalimantan, apa Papa akan pulang dan tinggal di rumah ini lagi bersama kita?"Aku terhenyak dengan p
Terakhir Diperbarui : 2022-07-25 Baca selengkapnya