Beranda / Romansa / Mendadak Kawin / Bab 41 - Bab 50

Semua Bab Mendadak Kawin: Bab 41 - Bab 50

161 Bab

BAB 41

"Halo, ada apa, Yan? Tumben nelpon mamamu ini. Kamu tidak sedang kena masalah, kan?"Brian mendengus, sindiran itu menohok ke dalam hatinya begitu dalam. Ia memang jarang menelepon mamanya, tapi itu bukan tanpa alasan. Brian jarang menelepon karena tahu mamanya sibuk dan jangan lupa, hari-hari Brian di rumah sakit apalagi di IGD cukup berat dan horor. "Mama sekalinya ditelepon malah kayak gitu!" protes Brian dengan bibir mengerucut. Terdengar suara tawa dari seberang, membuat Brian gemas setengah mati pada mamanya ini. Tertawa saja selagi bisa, Brian jamin setelah mendengar kabar yang hendak dia sampaikan ini, mamanya akan mencak-mencak tidak karuan. "Iya deh iya, kenapa anak mama yang ganteng? Ada apa, Sayang?" suara itu berubah lembut, membuat Brian jadi sedikit takut sekarang.Bisa Brian pastikan, mamanya ini akan mengamuk! Untung mereka tidak berada di satu tempat yang sama sekarang. Bisa Brian bayangkan kalau Brian berada di dekat mamanya saat menyampaikan berita ini, sudah di
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-24
Baca selengkapnya

BAB 42

"Adekmu ini, Gas! Pokoknya bunda nggak mau tahu, ya, tahun ini juga dia harus udah nikah!"Heni mengigit bibirnya, sambil menunggu pesanan makanan mereka tiba, bundanya menelepon Bagas, kakak satu-satunya Heni yang kini bekerja di pengeboran minyak lepas pantai. Apa tanggapan kakaknya? Bisa habis Heni kalau dia pulang nanti. Yang paling parah tentu Bagas pasti akan stop memberinya uang jajan! "Udah kelonan dia di kamar kost! Pantas minta pindah kost, kost dia yang ini bebas, jadi bisa masuk pacar dia ke dalam kamar!"'Mampus!' Heni menepuk jidatnya dengan gusar, pasti setelah ini ponsel itu akan berpindah ke tangannya dan omelan itu akan menyapanya dengan begitu merdu dan nyaring. "Bunda pergoki sendiri, Gas! Tadi pagi sampai Solo nih, Bunda." ujar Irma menjelaskan. "Ada ini dia orangnya lagi sama bunda."'Celaka dua belas!' Keringat dingin mulai mengucur membasahi wajah dan tubuh Heni. Bisa dipastikan setelah ini dia habis di maki-maki Bagas! Lihat saja! "Pengen ngomong sama Hen
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-25
Baca selengkapnya

BAB 43

Heni melangkah di belakang Irma, mereka sudah kembali dari acara makan siang berdua di salah kedai ayam geprek langganan Heni, ketika ponsel di dalam tas selempangnya berdering. Heni memperlambat langkahnya, buru-buru mengambil ponsel dari dalam tas dan mengerutkan kening ketika mendapati Karina lah yang kini meneleponnya. Heni pikir, Brian yang tadi menelepon. Ternyata Karina? Ada apa? "Halo, Rin?" sapa Heni begitu mengangkat panggilan itu. "Hen, kau serius mau nikah tahun ini?" pertanyaan itu langsung menyapa Heni tanpa basa-basi, membuat Heni mendesah panjang dengan mata terpejam."Kau tau dari mana, Rin? Aku bahkan belum cerita apa-apa sama kamu, bunda aku kesini." jelas Heni sebelum Karina salah paham dengannya perihal kabar rencana pernikahan dadakan yang akan Heni lakoni."Dari Bangke, bunda kamu kesini? Kamu serius beneran nikah tahun ini? Bukannya kemarin kamu bilang sama aku kalau kamu belum siap nikah, Hen?"Tentu Heni ingat saat di mana ia pergi ke rumah Karina dan mence
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-26
Baca selengkapnya

BAB 44

"Bunda nggak galak, ya? Ramah gitu." komentar Brian ketika mereka menuruni anak tangga rumah kost Heni.Heni menoleh, bibirnya mengerucut menatap Brian yang nampak senyam-senyum terus sedari tadi dia datang. Bagaimana tidak ramah? Bundanya itu sudah kesemsem dengan gelar dokter Brian, apalagi gelar kedua orang tua Brian. Ah ... pantas saja sampai ada yang tertipu kemarin itu, rupanya gelar dokter benar-benar menyilaukan mata emak-emak! Buktinya Irma langsung luluh, padahal tadi pagi dia ngamuk hebat ketika mendapati Heni dan Brian berada di satu ranjang yang sama, bahkan tadi Heni kepergok hendak mencium bibir Brian, sungguh Heni malu sekali!"Gimana nggak ramah? Mas itu menantu idaman bunda." jelas Heni terus terang."Oh ya ... bunda udah lama pengen punya mantu ganteng kayak aku begini?" tanya Brian yang langsung besar kepala.Heni melongo, menatap Brian tanpa berkedip. Kumat, kan, lelaki satu ini?"Bukan! PD amat sih, Mas?" salak Heni sambil mencebik. "Bunda pengen punya menantu do
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-26
Baca selengkapnya

BAB 45

"... Cuma Heni wanita yang pernah kamu tiduri atau masih ada lagi yang lain, hah?"Brian mendesah, "Heni the one and only, Pa. Tolong percaya Brian, kalo cuma sama dia Brian berani macam-macam." jawab Brian mantab. Sebuah jawaban yang membuat hati Heni berdesir hebat, ada secercah perasaan hangat yang menelusup jauh hingga ke dalam relung hati Heni yang paling dalam. Jawaban Brian begitu mantab, sebuah jawaban yang sama sekali tidak terdengar berbohong di telinga Heni. "Oke! Kali ini papa percaya, Yan. Tolong cukup sekali ini saja kau kecewakan papamu ini!" desis suara itu mantab. "Kapan kamu balik ke rumah?""Secepatnya, Brian mau minta izin cuti.""Oke, papa tunggu!"Tut. Sambungan telepon terputus. Brian dan Heni saling berpandangan dan menghela napas bersamaan. Ponsel itu kembali masuk ke dalam saku Brian. Mereka masih membisu, Heni nampak syok luar biasa. Padahal sejak tadi Brian yang dimaki-maki oleh papanya. "Harusnya kita jelaskan semua, Mas. Bukannya diam saja dan pasrah
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-27
Baca selengkapnya

BAB 46

"Bunda balik, inget loh kalian berdua belum boleh macam-macam lagi!" ujar Irma memperingatkan setelah dua hari mengunjungi Heni di Solo, sudah waktunya dia harus balik. "Iya-iya, Bun! Heni paham." Heni melirik ibunya yang duduk di jok belakang dari kaca mobil. Memang mau macam-macam yang kayak gimana sih? Dia bahkan belum berbuat yang tidak-tidak sama sekali! Kecuali ya saling menikmati bibir satu sama lain. "Brian janji jaga Heni, Tan. Nanti kalau mama sama papa sudah ajukan cuti, Brian kabari kapan akan ketemu sama Tante. " Brian ikut menjelaskan, intinya setelah ini dia harus membawa Heni bertemu dengan mama dan papanya sebelum membahas kapan akan kerumah Irma untuk melamar Heni. "Tante pegang janji kamu, ya?" desis Irma tegas. "Siap, Tan. Brian janji nggak akan bikin Tante kecewa lagi." Brian tersenyum manis, sementara Heni mencebik dengan bibir mengerucut. Puas sudah Heni dua hari diomeli bundanya hampir seharian. Diomeli untuk tuduhan yang sama sekali tidak Heni lakukan. Be
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-28
Baca selengkapnya

BAB 47

"Habis ini istirahat, siap-siap buat jaga malam."Mereka sudah dalam perjalanan kembali dari bandara. Heni sendiri sudah sejak kemarin aktif koas kembali. Untung saja kejadian itu tidak terlalu heboh terekspos. Pihak kampus cenderung menutupi kejadian itu dan jujur itu sangat menguntungkan Heni karena tidak harus mendengar bisik-bisik dan menjawab pertanyaan yang tentu saja akan mengembalikan Heni pada kejadian perkara. Apakah ini ada andil dari om Brian? Dokter Julius? Entah Heni sendiri tidak tahu, tetapi agaknya ia memang harus banyak-banyak berterima kasih kepada sosok internis senior itu. "Mas jaga malam juga, kan?" sebuah pertanyaan bodoh yang seharusnya tidak Heni tanyakan. Bukankah sudah menjadi peraturan tidak tertulis kalau Brian jaga, maka Heni juga harus berjaga? Kalau tidak, bisa dipastikan semua dokter, koas dan paramedis ngos-ngosan selama mereka jaga IGD. "Pertanyaan apa itu? Jodohku ya kamu, jadi di mana ada aku, harus ada kamu, Hen." jawab Brian tanpa menoleh. Hen
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-29
Baca selengkapnya

BAB 48

Karina kontan tersedak boba yang dia minum. Heni segera menepukk-nepuk punggung Karina dengan sedikit keras. Wajah Heni yang semula sedu berubah panik setengah mati. Boba yang Karina minum tidak sampai masuk ke tenggorokan dan menutupi saluran napas Karina, kan? Kalau iya, bisa gawat! Karina bisa gagal napas!“Rin ... woles kenapa sih, Rin?” Heni mencoba memberikan pertolongan pertama, hingga batuk-batuk itu reda. Ia menghela napas panjang saat Karina mulai menghirup udara banyak-banyak dan menghembuskannya perlahan-lahan.Karina menoleh, wajah dan matanya memerah. Menatap Heni yang masih nampak sangat khawatir kepadanya.“Kenapa kamu tidak cerita perihal itu, Hen? Terus gimana itu si residen radiologi itu?” tanya Karina penasaran.Heni hampir diperkosa dan dia malah baru tahu? Sahabat macam apa Karina ini?Kini Heni yang menghela napas panjang, wajahnya kembali berubah sedu, membuat Karina mengelus bahu itu dengan perlahan dan lembut.“Kamu tidak keberatan untuk cerita kepadaku, kan?
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-30
Baca selengkapnya

BAB 49

Heni merasakan cubitan itu, ia hanya menepis tangan Karina yang mencubit perutnya tanpa menoleh. Matanya masih menatap setengah terkejut sosok dengan setelan scrub warna biru yang membungkus tubuh tinggi tegap dokter bedah senior itu. "Taruhan apa sih? Kalian nggak taruhan brondong, kan?" Yudha melangkah menghampiri mereka, kini ia sudah berdiri tepat di depan kursi tempat Heni dan Karina duduk. Karina sontak nyengir lebar, tangannya terus berusaha mencubit Heni. Sementara Heni, terus menimpuki tangan Karina yang masih berusaha kembali mencubitnya.Alis Yudha berkerut, ia melipat tangannya di dada sambil menatap dua sahabat itu bergantian. "Ah ... eng-enggak kok, Mas. Bercanda doang." Karina nyengir, sebuah senyum dan tingkah laku yang membuat Yudha makin curiga. "Nah, Hen, coba ceritakan, apa yang sebenarnya terjadi? Pengen lulus stase bedah tepat waktu, kan?" ancam Yudha sambil menatap Heni lekat-lekat. "Pe-pengen, Dok. Masa iya sih pengen ngulang?" Heni merasakan tangan itu ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-02
Baca selengkapnya

BAB 50

"Pe-penawaran apa, Mas?" tanya Karina yang sebenarnya jauh di dalam lubuk hatinya dia sudah yakin kalau penawaran ini sama sekali tidak akan pernah menguntungkan dirinya. "Pilih dua kali melahirkan atau empat kali melahirkan?"Mata Karina membelalak, benar apa yang tadi dia katakan, bukan? Penawaran yang Yudha berikan tidak akan pernah menguntungkan dirinya! Apa-apaan ini? Tadi bukanya Yudha mempertanyakan Karina yang tidak mau punya lima anak? Kalau begini caranya, sama saja! Karina mengerucutkan bibir, menggebuk lengan Yudha dengan gemas. Lelaki itu memang menyebalkan semua! Suka cari untung sendiri apalagi kalau yang berbau-bau mesum. Otak mereka seperti bekerja dia kali lebih gesit. "Apa bedanya sih? Sama aja!" protes Karina kesal. Mata Yudha membelalak, "Tentu beda, Rin. Kan dua sama empat, sejak kapan angka dua sama empat itu sama?" jawab Yudha dengan sangat menyebalkan. Karina mendesah, ia menepuk jidatnya dengan sangat gemas. Ditatapnya Yudha yang nampak masih begitu berb
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
17
DMCA.com Protection Status