Home / Rumah Tangga / Bukan Istri Sah / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Bukan Istri Sah: Chapter 41 - Chapter 50

116 Chapters

Merencanakan Kembali

Damay mengguman nyeri. Mengangkat satu tangan untuk memijat kepala. Membuka pelan kedua mata, dan menatap lampu hias gantung yang berbeda dengan ruangan yang ditempati sebelumnya. Langit-langitnya pun berwarna putih bersih, dan tidak gelap seperti sebelumnya.Di mana dirinya berada saat ini? Dan, apa yang terjadi sebenarnya?Kembali memejamkan mata, Damay mencoba mengingat beberapa hal ke belakang. Namun, tidak banyak yang tersangkut di kepala. Damay hanya mengingat, dirinya kembali ke dalam ruang kerja Banyu untuk melepaskan Umar dari toilet, lalu berbaring di sofabed karena lelah.Setelahnya … di sinilah tubuh Damay terdampar dengan rasa pusing yang hampir tidak bisa terbendung. Ah, Damay baru ingat kalau ia belum makan siang, dan ini sudah … Entah sudah pukul berapa saat ini?Damay bangkit perlahan, lalu kembali memijat kepalanya dengan dua tangan. Menatap lurus pada dinding di hadapan, dan melihat jarum jam yang menunjukkan hampir pukul 12. Damay yakin, bahwa saat ini sudah hampi
last updateLast Updated : 2022-07-24
Read more

Terlalu Lelah

“Gimana, Mar?”Umar yang berada di ujung tangga lantai satu, kemudian menoleh ke atas. Melihat Banyu menuruni anak tangga dan sudah terlihat sangat rapi dengan kemeja, serta celana bahan berwarna hitam seperti biasa.Umar yang baru keluar dari kamar yang ditempati Damay menggeleng, lalu memberi saran, “bawa ke dokter aja, Pak. Non Damay nggak mau makan sama minum obat. Mukanya juga sudah pucat gitu.”Banyu menarik napas panjang saat sudah berada di depan Umar. Menatap sebentar pada pintu kamar yang memang dibiarkan terbuka. “Suhu badannya?”Umar melebarkan senyum, tapi terlihat datar. “Saya mana berani megang, Pak.” Umar harap, Banyu bisa mengerti dengan maksud ucapannya. Bukan tidak berani, tapi Umar segan karena melihat sikap Banyu yang terkesan berlebihan pada gadis itu.Tanpa memberi tanggapan, Banyu melewati Umar dan langsung pergi menuju kamar yang ditempati Damay. Gadis itu terlihat meringkuk dengan balutan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Damay hanya menyisakan kepala,
last updateLast Updated : 2022-07-25
Read more

Ada Batasnya

“Ini minyak kayu putihnya, Mas.” Umar menyerahkan minyak kayu putih pada Banyu, kemudian meletakkan teh hangat yang baru ia buat di atas nakas. Sebenarnya, Umar ingin memberi saran agar Damay dibawa saja ke klinik terdekat, tapi, mengingat ucapan Banyu tadi malam, ia pun mengurungkan niat seketika.Banyu mengangguk dan menerima botol minyak kayu putih yang masih tersegel. Sembari membukanya, Banyu kembali memberi perintah pada Umar. “Buka kamar tamu di depan ruang kerja saya. Kalau dia sadar, nanti kami pindah ke sana.”“Baik, Mas.” Umar mengangguk paham, lalu keluar dari kamar dan menutup pintu.Setelah memastikan pintu tertutup rapat, Banyu menghela kasar seraya menyodorkan ujung botol yang terbuka pada hidung Damay. Berharap gadis itu sadar, ketika menghidu aroma eucalyptus yang diberinya.Hampir satu menit tidak ada pergerakan, Banyu pun mencoba cara lain. Banyu menuang cairan di dalam botol tersebut, pada jari telunjuk dan tengah yang disatukan, lalu mengusapnya di pelipis gadis
last updateLast Updated : 2022-07-26
Read more

Jalan Keluar

“Lang!” Tatapan Bumi lalu mengarah ke balik punggung Gilang. Tidak ada seorang pun berdiri di sana. Hari sudah menjelang siang, dan Gilang saja datang seorang diri. “Damay nggak sama, lo?” lanjut Bumi mempertanyakan gadis itu sembari keluar dari lift lobi. “Oh!” Wajah Gilang tampak terpaksa melukis senyumnya. Ia juga hanya berdiri terpaku dan tidak jadi memasuki lift. “Gue berangkat siang, Bang. Lagi di atas mungkin.” “Nggak ada!” Bumi mengusap wajah khawatir, mengingat Banyulah yang membawa Damay kemarin pagi. “Gue nggak bisa nelpon dia dari kemaren. Gue sudah cek sama anak EO, Damay juga nggak balik kantor sampai sore.” Tidak ingin memperpanjang keluhan, serta rasa khawatirnya di depan Gilang, Bumi segera meninggalkan pria itu sambil merogoh ponsel di saku seragamnya. Ia mencari nomor Banyu, dan segera menghubungi pria itu. Melihat sikap aneh Bumi, Gilang bergegas menyusul pria itu. Gilang juga mengambil ponsel dari tas ransel yang ia letakkan di depan dada, lalu membuka chat da
last updateLast Updated : 2022-07-27
Read more

Seperti, Rencana Semula

“Apa kamu nggak punya sopan santun, Mi?”Banyu menghentikan meetingnya sejenak, karena Bumi masuk ke dalam ruang meeting tanpa permisi. Beruntung, Banyu saat ini hanya meeting dengan karyawannya, bukan klien dari ranah politik.“Ada yang mau aku tanyakan.” Bumi tidak beranjak pergi, dan tetap berdiri di sisi pintu dan menatap empat orang yang duduk melingkar di depan Banyu bergantian.Tidak perlu bertanya pun, Banyu sudah bisa menebak hal yang akan ditanyakan oleh adik iparnya. Untuk itu, Banyu meminta keempat karyawannya keluar dari ruang meeting, agar dirinya dan Bumi dapat berbicara empat mata.“Kamu bawa ke mana Damay, Mas?” tanya Bumi setelah keempat karyawan Banyu keluar ruangan. Bumi menutup pintu ruang tersebut, lalu menguncinya. Bersedekap, dan masih berdiri di sisi pintu. “Aku ke kosnya, dan dia sudah keluar kemarin siang.”Banyu yang masih duduk di kursi berodanya itu, berputar menatap Bumi. Menyilang kaki dengan angkuh, lalu menatap tajam pada Bumi, dari ujung rambut hingg
last updateLast Updated : 2022-07-27
Read more

Profesi Banyu

“Pak Umar.” Lelah. Damay sudah berkeliling rumah seluas itu untuk memanggil Umar, tapi pria itu tidak kunjung terlihat, maupun menjawab panggilannya. Akhirnya, Damay memutuskan keluar rumah dan mendapati Umar sedang mencuci mobil di pekarangan rumah. “Pak Umar.” “Ya, Non?” Umar yang tengah menyabuni ban mobil langsung berdiri dan berbalik. “Mau makan apa?” Damay menggeleng sambil menghampiri Umar. Hampir seminggu beristirahat total, tubuhnya pun sudah mulai pulih dan bisa beraktivitas seperti semula. Hampir seminggu pula, Banyu tidak pernah datang menemuinya sejak kejadian pagi itu. Pagi di mana Banyu mencoba mengancam, mengintimidasi, dan memojokkan Damay dengan sikap patriarkinya. Namun, ancaman hanya tinggal ancaman ketika Damay melemparkan teh hangat ke tubuh Banyu beserta gelasnya sekaligus. Kemudian Damay bergegas berlari ke kamar mandi dan menguncinya dari dalam. Sejak saat itu, Banyu tidak pernah lagi kembali ke rumah dan hanya memberi perintah pada Umar untuk melakukan
last updateLast Updated : 2022-07-28
Read more

Mogok Makan

“Bawa ke bengkel, full service besok.”Banyu menyerahkan kunci mobil pada Umar setelah menutup pintunya. Berjalan memasuki Rumah dan langsung menuju kamar gadis yang sudah tidak ditemuinya beberapa hari ini. Meskipun begitu, tentu saja Banyu tetap mendapat semua kabar Damay melalui Umar.Banyu memperlambat langkahnya ketika baru memasuki ruang tengah. Mengendus heran dengan aroma yang baru kali ini tercium ada di rumahnya. Banyu tidak bisa mendeskripsikan aroma yang masuk ke indra penciumannya. Namun, satu hal yang Banyu tahu yaitu, aroma itu seketika membuat perutnya seketika memberontak untuk di isi.Langkah Banyu pun otomatis bergerak ke dapur. Ia melihat Damay dengan surai yang tergelung habis ke atas, tengah meletakkan panci kaca berisi sayur di atas kitchen island. Siang tadi, Umar sudah mengatakan kalau Damay bosan dengan nasi bungkus yang tiap hari disantapnya. Umar juga meminta izin, untuk membelikan bahan makanan mentah dan memakai dapur untuk memasak.“Ehm.” Banyu berdehem
last updateLast Updated : 2022-07-28
Read more

Minggir!

“Ya, Pak?”Damay membuka pintu kamar setelah mendengar Umar mengetuk pintu dan memanggilnya dari luar. Semalaman, Damay benar-benar berada di dalam kamar dan tidak keluar sama sekali. Tidur dalam keadaan tidak nyenyak, karena cacing di perutnya selalu berunjuk rasa tanpa henti. Apalagi, ketika Damay membayangkan ayam goreng, sayur sop, serta sambal buatannya yang ada di meja makan. Mulut Damay seolah tidak berhenti mengeluarkan air liurnya sendiri dengan penuh sesal.“Di suruh mas Banyu ke kolam renang.”“Mau ngapain?” Damay bertanya balik, karena enggan menghampiri Banyu. Pria itu mungkin akan menyuruhnya untuk sarapan, sedangkan Damay sudah berkomitmen untuk mogok makan.“Ada yang mau dibicarain katanya, Non,” ujar Umar lagi.“Dia baru datang, ya, Pak?”Umar menggeleng. “Nginap di sini semalam.”Napas Damay terbuang panjang. Ternyata, pria itu tidak pergi dari rumah setelah perdebatan mereka semalam. Untung saja Damay tidak keluar dari kamar, karena ia bisa saja bertemu Banyu, karen
last updateLast Updated : 2022-07-29
Read more

Tapi ....

“Bukannya lagi mogok makan?”Damay tidak jadi menyendokkan bakmi ke dalam mulut. Melihat Banyu yang baru saja datang, dan duduk pada sofa di sebelahnya. Ia berusaha berdamai dengan situasi yang ada. Menunggu waktu yang tepat, barulah Damay akan kabur jika memang memungkinkan. Setelah berpikir ulang, mogok makan ternyata hanya akan merugikan dirinya sendiri, bukan Banyu. Oleh sebab itu, Damay lebih baik memanfaatkan semua yang ia dapatkan, sambil menyusun rencana berikutnya.“Kenapa? sudah takut mati?”Seperti biasa, Damay enggan menjawab dan melanjutkan makan malamnya sambil menonton berita. Asisten Banyu pun sudah datang siang tadi, dan akan mengurus semua hal terkait perkuliahan yang sedang dijalani Damay ke depannya. Ternyata, Banyu menepati kata-katanya, dan sikap pria itu semakin membuat Damay bingung saja.Sebenarnya, Banyu itu kawan … atau lawan?“Kamu itu, harusnya bisa bersikap lebih sopan di rumah saya,” lanjut Banyu setelah tidak menerima respons sama sekali dari Damay. “Ap
last updateLast Updated : 2022-07-30
Read more

Jam Tujuh Pas

“Ingat lagi kesepakatan kita, kalau kamu mau macam-macam.” Damay mengangguk pelan. Akhirnya, setelah perjalanan panjang dari Jakarta, Balikpapan, lalu Samarinda, pria itu membuka mulut untuk berbicara. Selebihnya, Banyu mengandalkan maps penunjuk jalan dari ponsel pintarnya untuk pergi menuju ke rumah Damay. Tadinya, Banyu ingin melakukan penerbangan langsung ke Samarinda agar segera sampai. Namun, karena asistennya tidak mendapatkan satu pun tiket menuju ke sana, maka mereka pergi melalui Balikpapan. Itupun, dengan penerbangan siang, bukan pagi seperti kehendaknya. Sebelum pergi, Banyu menawarkan sebuah kesepakatan. Jika Damay tutup mulut, dan tidak kabur darinya selama di Kalimantan, maka Banyu akan memberi kesempatan untuk menjenguk Kyla setiap bulan. Akan tetapi, jika Damay berani sedikit saja membuka mulut dan bercerita apa yang terjadi dengan mereka, Banyu akan menutup semua akses untuk bertemu dengan Kyla. Bahkan, sampai Kyla keluar dari penjara nantinya, Banyu bisa menjamin
last updateLast Updated : 2022-07-31
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status