Home / Pernikahan / Suara Hantu di Kamar Tamu / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Suara Hantu di Kamar Tamu: Chapter 21 - Chapter 30

35 Chapters

Berpulang ke Rahmatullah

Suara Hantu di Kamar TamuPart 21 : Berpulang Ke Rahmatullah“Rez, kamu di mana?” tanyaku saat menelepon Reza, adik keduaku. “Lagi di rumah aja, Bang. Ada apa?” tanyanya terdengar cemas.“Kamu tahu ‘kan kalau ayah dan ibu pergi ke rumah Abang?” tanyaku basa-basi, bingung juga cara menyampaikan berita ini.“Iya, tahu, Bang. ‘Kan kemarin Reza yang beliin tiket pesawat juga ngantarin Ayah dan Ibu ke Bandara,” jawab Reza.“Segeralah berkemas, sekarang juga kami harus terbang ke sini! Ada hal buruk yang menimpa Ibu di sini,” ujarku dengan menarik napas panjang.“Ada apa dengan Ibu, Bang?” Nada bicara Reza mulai terdengar panik.“Ibu terkena ... serangan jantung ... dan ... dia ... telah berpulang ke pangkuan Yang Maha Kuasa.” Dada ini terasa nyeri karena menahan kesedihan yang amat mendalam. Belum hilang kesedihan karena ulah Riko dan Syilvina, kini malah datang kesedihan baru.“Apa, Bang! Ya Allah, Ibu ..... “ ujar Reza disertai isakan tangis yang tertahan.“Aku sudah diskusikan dengan a
Read more

POV Riko 3 (Serba Salah)

Suara Hantu di Kamar TamuPart 22 : POV Riko 3 (Serba Salah)Semua menyalahkan dan membenci aku. Tak ada yang bisa kulakukan selain hanya diam dan menerima akibat dari segala perbuatanku. Ibu telah pergi begitu cepat dan itu juga kerena kesalahanku. Kutatap langit-langit kamar kontrakan kecil ini, sendiri, meratapi diri dalam sepi. Mbak Syil tinggal di rumah tantenya bersama kedua orangtuanya. Aku akan menerima segala keputusan nanti. Walau bagaimana pun penyesalanku, semua takkan kembali seperti semula. Perasaan Bang Radit juga ayah tetap akan terluka. Besok, sidang cerai cerai pertama Mbak Syil dan Bang Radit digelar. Malam ini, papanya Mbak Syil mengajak untuk kembali berunding yang bertempat di kediaman adiknya. Mungkin ia masih mau merayu agar Bang Radit membatalkan tuntutan cerainya.Kuraih ponsel dan melihat waktu, ternyata sudah pukul 21.32. Kuketik pesan untuk Mbak Syil, aku ingin menanyakan hasil pembicaraan mereka bersama Bang Radit.[Mbak, lagi apa?] Kutekan tombol kirim
Read more

Resmi Menduda

Suara Hantu di Kamar TamuPart 23 : Resmi MendudaBeberapa bulan bolak-balik Ke Pengadilan Agama cukup membuat pekerjaanku terganggu sehingga promosi jabatan tertunda. Enam bulan lamanya, barulah sidang perceraian itu selesai dan hasilnya hak asuh anak-anak jatuh kepadaku walau papanya Syilvina masih mau mengajukan banding. Akan tetapi kurasa itu nanti, setelah Syilvina melahirkan karena perutnya kian membesar, dan mungkin sudah sembilan bulan dan yang membuat gila itu, mantan mertuaku itu mengajak melakukan test DNA setelah anak itu lahir karena dia tak yakin kalau yang dikandung putrinya itu adalah anak Riko. Aku juga tak mengerti, entah apa maunya pria mirip Amitha Bachchan itu walau penyataanku sudah jelas, aku takkan pernah mau menerima Syilvina kembali.Riko, entah apakabar adik bungsuku itu? Yang kudengar, Om Qumar tak merestui dia menikahi Syilvina. Miris juga nasib keduanya, padahal aku sudah ikhlas mereka bersama. Semua memang tak seindah yang dibayangkan maka dengan itu ber
Read more

POV Arsha 2 (Papaku Duren)

Suara Hantu di Kamar TamuPart 24 : POV Arsha (Papaku Duren)Beberapa bulan telah berlalu tanpa mama dan kami mulai terbiasa. Arka sudah tak merengek nanyain mama melulu, begitu juga Arshi, dia mulai terbiasa bermain dengan Mbak Icha yang orangnya emang baik dan keibuan walau usianya masih muda, mungkin baru 20 tahunan.Kami menjalani hari-hari seperti biasa walau terasa ada yang kurang karena peran seorang mama memang sangat penting dalam sebuah keluarga tapi apa boleh buat, mama telah resmi berpisah dengan papa. Bercerai, itulah nama istilahnya. Mungkin setelah itu, mama akan menikah dengan Om Riko.Aku tertegun sejenak, mengingat perut buncit mama yang ternyata isinya anak dia bersama Om Riko. Aku tuh bingung bakal nyebutnya nanti, dia adikku atau sepupu ya namanya? Mama juga, cerai dari papa terus nikah dengan adik ipar. Lalu ... papa nyebut mama itu ... adik ipar atau mantan istri? Sisilah ini membuat kepalaku puyeng memikirkannya.Mama seorang ibu yang baik, terlepas dari persel
Read more

POV Syilvina ( Cemburu)

Suara Hantu di Kamar TamuPart 25 : POV Syilvina (Cemburu)Mata ini langsung melotot sempurna saat melihat status WhatsApp Arsha, putri pertamaku. “Calon Mama Baru” begitulah caption pada sebuah foto yang ia jadikan status. Langsung kusreenshot statusnya agar aku bisa mengamati wanita muda di sampingnya. Darah ini terasa mendidih, aku tak rela jika Bang Radit menemukan seorang penggantiku secepat ini. Apalagi di foto itu Arsha terlihat sangat dekat dengannya, dengan senyum ceria pula. Air mata kesal langsung melelah begitu saja. Pokoknya aku nggak rela!Kuamati sekali lagi foto wanita itu, dia masih muda dan cantik. Tubuhnya ramping dengan kulit putih bersih, berhidung mancung dengan rambut panjang. Apa aku tanya saja pada Arsha tentang siapa wanita itu? Jantung ini jadi berdebar-debar, tanganku terasa dingin. Aku tak mau posisiku tergantikan sebab aku masih berkeinginan untuk bisa rujuk dengan Bang Radit.Andai perut ini tak buncit, aku akan segera terbang ke sana dan melabrak pelak
Read more

Masih Terasa Perih

Suara Hantu di Kamar TamuPart 26 : Masih Terasa Perih[Radit, Syilvina sudah melahirkan. Papa harap kamu bisa segera ke Kota xxx, kita harus segera melakukan test DNA.]Sebuah pesan masuk ke ponselku. Ah, Om Qumar lagi! Masih penasaran saja dia tentang test DNA itu, sedang sudah sangat jelas kalau bayi itu bukan benihku, melainkan benihnya Riko, pacar Syilvina yang dia panggil ‘Bebeb.’ Agghh ... aku mendadak geram jika ingat rekaman CCTV itu.Kuhembuskan napas berat lalu mulai mengetik sebuah balasan agar pria berwajah India itu tenang dan tak menerorku lagi sepanjang hari.[Oke, Pa, hari sabtu lusa saya akan terbang ke sana.]Kukirim pesan itu, lalu meletakkan ponsel di meja. Kuusap wajah ini, rasanya kok masalah ini nggak habis-habis. Kapan aku bisa hidup tenang? Sebenarnya masalah sudah beres, andai dia tak ngotot dan menerima lamaran Riko. Syilvina dan adik bungsuku itu saling mencintai, sungguh kasihan mereka tak bisa bersama. Aku tersenyum kecut, walau di hati kecil, aku masih
Read more

Test DNA

Suara Hantu di Kamar TamuPart 27 : Test DNATanpa basa-basi lagi, aku meminta agar segera dilakukan tes DNA sebab aku tak punya banyak waktu di Kota dan kembali ke tujuan awal karena kedatanganku memang untuk itu. Om Qumar menyetujui, walau wajahnya masih muram. Aku dan Riko mengikuti langkahnya yang kini menuju ke sebuah ruangan yang ada di rumah sakit itu. Tak butuh waktu lama, beberapa saat kemudian, kami sudah selesai diambil sampel darah untuk keperluan tes DNA. Aku sudah meminta agar hasilnya dipercepat, dan kalau bisa, besok hasilnya sudah harus keluar. Aku juga berwanti-wanti kepada sang dokter, agar hasil tesku dan Riko takkan tertukar.Kuajak Riko untuk ke ruangan rawat Syilvina. Dalam hal ini, aku memang harus menyiapkan keikhlasan yang super dan melapangkan dada seluas-luasnya, jika terdapat adegan kangen-kangenan antara adik dan mantan istriku.Aku dan Riko mengetuk pintu dengan tulisan “Ruangan Anggrek” itu. Pintu terbuka, mantan mama mertua mempersilakan kami untuk mas
Read more

Lega, Sedih dan Bahagia

Suara Hantu di Kamar TamuPart 28 : Lega, Sedih, dan Bahagia[Dit, segeralah ke rumah sakit. Syilvina mencoba bunuh diri tadi pagi dan sekarang dia sedang kritis di ruang ICU.]Kuusap wajah saat membaca pesan dari mantan papa mertua. Aku tak habis pikir saja dengan tingkah Syilvina yang begitu mudah mau mengakhiri hidup. “Rik, ayo segera bersiaplah, kita harus segera ke rumah sakit!” ujarku kepada Riko yang sedang bergurau dengan anak-anak Reza.“Iya, Bang.” Riko menurunkan dua keponakan dari pangkuannya.“Ada apa, Bang?” Reza menatapku sekilas sambil sibuk dengan buku kecil untuk daftar belanjaan restorannya.“Ada masalah dengan Syilvina, kami harus segera ke rumah sakit. Titip Ayah, ya! Oh iya, Abang pinjam mobil kamu dong.” Kutadahkan tangan di hadapannya. Reza langsung mengeluarkan kunci mobil dari saku jaketnya dan memberikan kepadaku.Setelah berpamitan kepada ayah, kami bergegas berangkat ke rumah sakit untuk menemui Om Qumar yang sudah mengirim pesan tadi.Jalanan lumayan mac
Read more

Maaf

Suara Hantu di Kamar TamuPart 29 : Maaf“Papa!” seru Arsha sambil memelukku.“Hey, bagaimana bisa kamu ada di sini?” tanyaku sambil mengacak rambut sebahunya.“Mau jemput papalah,” jawab Arsha sambil melirik wanita yang tak asing lagi di kantorku. Iya, dia Vika, sang manager jutek.“Hay, Pak Radit,” sapa Vika sambil tersenyum.“Maaf, Bu Vika, kalau Arsha sudah merepotkan anda,” ujarku dengan perasaan tak enak. Walau bagaimana pun, dia atasanku di kantor. Aku tak nyaman kalau Arsha meminta bantuannya untuk menjemputku ke sini.“Nggak apa kok, Pak Radit, saya dengan Arsha ‘kan berteman jadi papanya Arsha juga papa saya, eh!” Vika menutup mulutnya. “Maksudnya ... kita semua berteman, iya ... temanan.” Dia menggaruk kepala dengan senyum salah tingkah.Aku menahan senyum melihat Vika yang terlihat aneh begitu. Kenapa dia? Typo itu masalah bisa, apalagi hanya di hadapanku dan Arsha, lain halnya jika dia sedang memimpin rapat dengan karyawan bawahannya, ia tak boleh salah bicara sedikit pun
Read more

POV Vika

Suara Hantu di Kamar TamuPart 30 : POV Vika[Assalammualaikum, Bu Vika, maafkan saya atas kejadian di Bandara. Bukan maksud saya ingin menolak kebaikan ibu, tapi saya hanya merasa tak enak saja karena sudah merepotkan. Sekali lagi maaf.]Kupandangi chat dari Radit, rasanya tak percaya saja dia bisa chat aku begini. Senang sekali, bunga sakura seakan berterbangan di mana-mana, padahal isi chatnya biasa saja. Dasar aku, noraknya kebangetan! Aku tersenyum sendiri sambil memeluk ponsel.Aku balas apa ya? Duh, kok jadi grogi gini mau ngebalas apa? Kuacak rambut dengan menggeleng lemas. Vika, nggak usah malu-maluin begini, kenapa? Tinggal balas ‘tidak apa-apa’ aja jari ini mendadak kaku. Begini deh akibat dari mencintai seseorang dalam diam, padahal orang dicintai itu tak tahu sama sekali, hanya aku saja yang terlalu berharap kepada sesuatu yang tak mungkin.[Waalaikumsalama. Iya, Pak Radit, tidak apa-apa, saya bisa mengerti kok.]Segera kutekan tombol sent, selesai! Segampang itu tapi aku
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status