Tanjung membeku. Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia mendengar pujian sevulgar itu. Serina memandangnya dengan tatapan misterius, seolah mengundang Tanjung untuk menjelajah di dalam matanya. Serina menyampirkan rambut melewati bahu, memperlihatkan dadanya yang kelewat indah, menggoda mata Tanjung untuk terpaku di sana. “Kau bisa melakukannya kapan pun kau mau.” Senyum itu mengembang dengan santai, sangat mengganggu.“Apa yang kau katakan, Serina?” Sekujur tubuh Tanjung menegang.“Kau tahu, kalau kau terus bersikap baik seperti ini, aku akan bersikap lebih baik lagi. Aku bisa memberikan semua milikku padamu.”Tanjung seolah sedang berada di sarang iblis. Berbagai godaan menyerangnya dari berbagai sisi. Jantungnya berdenyut cepat sampai terasa sakit. “Aku bisa mengorbankan apa pun untukmu.” Tatapan itu semakin intens, mencoba meruntuhkan dinding pertahanan Tanjung. Serina tetap diam, seolah menunggu Tanjung bergerak lebih dulu. Sedang Tanjung mengepalkan tangan, menahan gejolak pa
Last Updated : 2022-11-06 Read more