Home / Romansa / Kupinang Mantan Istriku / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Kupinang Mantan Istriku : Chapter 61 - Chapter 70

74 Chapters

61. Bicara Serius

Ammar melajukan motor matic dengan sangat santai, ia sengaja menutup helm agar tak dilihat orang lain kalau bibirnya sedang melengkung akibat senyum yang sulit diredupkan.Ia lihat jarum indikator bensin sudah jatuh ke huruf E, yang berarti emergency atau darurat. Ammar berbelok ke toko yang menyediakan bahan bakar ecer. Membuka helmnya dan memanggil pedagang."Isi penuh ya, Pak.""Mas Ammar mau kemana, tumben pakai motor sendirian? Oya, kemarin Pak Joko mencari Mas Ammar lho, tapi ndak ketemu." Kata pemilik toko yang tangannya trampil menuangkan bensin ke teng motor.Ammar masih berada di komplek kelurahannya, jadi sudah menjadi hal biasa kalau semua warga satu kelurahan mengenali wajah dan tahu namanya. Tidak heran. Beda lagi dengan Ammar yang hanya mengenal beberapa gelintir orang saja."Pak Joko? Rumahnya dimana, Pak? Ada perlu dengan saya apa bagaimana?"Pria berkacamata minus itu menaruh selang bensin pada tempatnya, lalu kembali berbalik dan menerima uang dari Ammar seraya menj
last updateLast Updated : 2022-06-03
Read more

62. Seberkas Rasa

"Sebenarnya aku tertarik dengan Najma, tapi aku nggak tau gimana caranya menyampaikan pada gadis itu. Aku butuh bantuanmu, Dia."Ayudia manggut-manggut dengan senyuman bahagia, "Ndak perlu diminta aku pasti akan membantumu agar lebih mudah mendekati Najma."Di teras luar, Ammar melongo. Merasa tak yakin dengan pendengarannya sendiri. Beberapa detik kemudian, ia tersenyum merasa sangat bodoh. Bisa-bisanya ia sudah cemburu sebelum tahu maksud Andre yang sebenarnya. Untung saja ia berhasil mengelabui emosinya dengan daun aglonema yang kini tampak koyak beberapa helai."Astaghfirullah, bodoh! Jadi rusak semua bunga Dia." Gerutunya sambil memukul kepala pelan, lalu Ammar petik daun yang hancur oleh ulahnya.Ayudia menoleh ke arah halaman, ia kemudian beranjak untuk memastikan sesuatu di luar yang kedengaran sreek ... srekk sangat mencurigakan."Kak Ammar? Ngapain?" Ayudia bertanya sambil melihat Ammar yang tengah berjongkok.Ammar diam lalu berbalik pelan sambil nyengir, "hehe, ini ... tad
last updateLast Updated : 2022-06-04
Read more

63. Sindrom Pgd

Ammar berusaha terus menggali informasi tentang gejala yang dialami oleh Ayudia. Pasalnya, semakin mendekati hari prediksi lahiran, Ayudia semakin resah dan sering ngelantur membicarakan siapa nanti yang bisa ia percaya merawat anaknya. Bukan untuk dijadikan baby sitter, melainkan menjadi ibu sambung.Ammar miris sekali mendengarnya, ia yakin Ayudia memang tidak baik-baik saja. Mengingat dulu saat memiliki Han dan Mim, Ayudia begitu telaten merawat dan memberi ASI. Kini, Ayudia sama sekali tak kepikiran untuk membesarkan calon bayinya.Ammar berhasil mendapatkan nomor ponsel milik temannya yang berprofesi sebagai dokter kejiwaan. Beruntung karena sosial media miliknya masih intens digunakan. Ammar mencoba mengadukan semua gejala yang Ayudia alami, tanpa terkecuali. Termasuk mulai dari kehilangan Han dan Mim.Nino mendiagnosis Ayudia mengalami Prolonged Grief Disorder, suatu gangguan kesedihan yang berkepanjangan. Penyebabnya yaitu ditinggalkan oleh orang terdekat. Hanya saja kata Nino
last updateLast Updated : 2022-06-06
Read more

64. Chemistry

Ammar menginjak pedal gas saat mobil yang ia kendarai sudah menghadap bangunan berwarna hijau pandan. Rumah yang sebulan terakhir selalu ramai oleh ibu-ibu dan beberapa santri yang ngelibur. Alhamdulillah usaha yang Ayudia mulai dari barang bekas, kini semakin bersinar. Saat ini semuanya diambil alih oleh Najma.Najma mengembangkan usaha tersebut, tak hanya sekedar memproduksi kaktus saja, namun juga pembibitan berbagai jenis sayuran. Buah-buahan juga sedang Najma kembangkan. Tidak sia-sia Najma kuliah di pertanian, ia memiliki jalan untuk mengeksplor ilmu yang sudah didapatkan dari perkuliahan. Ayudia dan Najma menggunakan pekarangan belakang untuk aktivitas usaha. Bersyukur karena bisa membantu perekonomian ibu-ibu sekitar lingkungannya.Ramai membuat Ayudia sering lupa masalahnya. Hal itu berdampak positif dan Ayudia bisa pulih perlahan dengan sendirinya, tetap juga dengan bantuan Ammar. Yang penting Ayudia tak boleh dibiarkan keseringan sendiri."Nanti sore kita ke makam ya, hari
last updateLast Updated : 2022-06-07
Read more

65. Pria yang Cengeng

Habibi yang hendak menoleh, urung ... ia lebih fokus ke mobil silver yang baru saja dimatikan mesinnya."Kenapa, Mas Ammar? Itu sepertinya Bu bidan sudah datang." Tutur Habibi.Ammar melambai agar Habibi mendekat. Bidan Diva lari tergopoh-gopoh, langsung membuka ruang bersalin dan menyiapkan ranjang untuk Ayudia."Ayo Mas, bawa masuk ke dalam. Sepertinya sudah ngajak keluar dede bayinya." Bidan Diva tersenyum di dalam balutan kecemasan.Sekalipun sudah terbiasa menghadapi orang melahirkan, tetap saja bidan Diva berdebar setiap kali menangani kelahiran. Terutama pada persalinan ibu muda yang masih awam dengan melahirkan. Bahkan tidak jarang ibu muda mengejan dengan berteriak kencang seperti yang selalu mereka lihat di adegan telenovela.Ammar menggendong Ayudia sendiri dan menolak bantuan Habibi. Namun, Habibi tetap ikut masuk ke dalam dan bertanya pada bidan Diva. "Ibu sendirian?""Iya Mas, saya sendiri. Biasanya ada yang bantu, tapi hari ini izin karena sedang ada urusan.""Bagaimana
last updateLast Updated : 2022-06-08
Read more

66. Ayudia Merasa Lepas

Akhirnya Adam kecil dibawa pulang oleh Umi yang diantar Andre. Ammar menunggu Ayudia, dan Najma pergi membeli perlengkapan bayi bersama Habibi. Andre harus mengalah karena diamanahi oleh Najma untuk menjaga rumah semai di kediaman Ayudia. Keesokan pagi, Ammar membawa Ayudia pulang. Kondisinya sudah stabil, meski ia masih tampak lesu dan banyak diam. Najma yang menjaga Ayudia semalaman, ikut pulang dengan mobil Ammar. Dua pria yang tengah gencar mendekatinya sudah kembali ke daerah masing-masing. Gadis itu mencoba membuka obrolan agar Ayudia berbicara. "Mbak Dia, kemarin Andre mengantar benih mahoni 250 pohon. Baru Najma bayar setengah, setengahnya nanti kalau sudah laku seluruhnya." Tidak bergeming, Ayudia tetap diam. Najma dan Ammar saling pandang melalui kaca tengah. Lalu Najma mengangkat bahu, kode bahwa ia tak bisa berbuat banyak. Kini giliran Ammar berusaha mengalihkan perhatian Ayudia dari hilir-mudik kendaraan di jalan. "Dia ... bagaimana jika nanti saat sampai di rumah, aku
last updateLast Updated : 2022-06-09
Read more

67. Pesan Singkat

Ayudia menutup kembali buku itu, meletakkan di laci lemari seperti sediakala. Hatinya sudah plong, pikirannya jauh lebih ringan. Tiba-tiba semua suara yang entah sejak kapan suka sekali berbisik di telinga, lenyap begitu saja. Ayudia bingung, sebenarnya apa yang terjadi? Apakah semua adalah pengaruh dari setan? Ah ya sudah lah, yang terpenting kini ia merasa lebih baik. Perempuan tersebut berjalan menapaki semua ruangan di rumahnya. Mencari dimana gerangan gadis yang izin memasak tadi. Ayudia memanggil-manggil gadis itu. Rasanya tak sabar mengabarkan untuk segera mencari bayi kecilnya yang kemarin ia tolak."Najma ... Najma ... di mana, Najma?" Ayudia bertanya pada dirinya, matanya memindai seluruh ruangan tak terkecuali. Ingin berjalan ke belakang, mencari di 'Rumah Semai', namun kewanitaan miliknya masih terasa nyeri. Darah nifas mengalir dengan derasnya. Akhirnya ia duduk di ruang tamu. Bahkan sekarang perempuan berstatus janda dua kali itu, sedang senyum-senyum sendiri. Hatinya se
last updateLast Updated : 2022-06-10
Read more

68. Gagal lagi

Malam nanti aqiqah akan diselenggarakan, seluruh ketering sudah Ammar serahkan pada pihak pemotongan kambing. Ammar juga yang sibuk memesan berbagai macam kudapan untuk menambah suguhan para tetangga yang hadir. Tak lupa pria tersebut memesan tenda agar seluruh tamu bisa tertampung, dan juga tenang saat sedang menyelenggarakan marhabanan. Tidak takut kalau hujan tiba-tiba mengguyur.Rumah Ayudia sangat sesak dengan kehadiran para guru-guru dari sekolahnya mengajar dan dari Asmaul Husna. Ramai dan penuh tawa kebahagiaan. Banyak yang melempar ledekan kepada Ammar, sayangnya pria itu tak bisa lama-lama menanggapi candaan-candaan receh yang membuatnya tersenyum. Ia harus wara-wiri mendampingi pemasang dekor dan tenda. Ia ingin semua sempurna. Enak dipandang dan indah. Sesuai keinginannya. Ah, sudah seperti pemilik event organizer, saja."Am ... buruan dilamar, keburu disabet bujang-bujang yang lebih unggul darimu!" Kata Iqbal."Santai aja, Bal. Meski banyak yang lebih unggul, tapi pesonak
last updateLast Updated : 2022-06-11
Read more

69. Penuh Arti

Semua aktivitas sudah berjalan seperti sediakala. Ayudia sudah terlepas dari bayang-bayang trauma. Ia fokus mengasuh Fa dan mengelola rumah semai bersama Najma. Sedang Ammar juga sibuk sendiri dengan proyek yang membanjiri peminat jasanya. Ya, Ammar memutuskan untuk berhenti mengajar, karena merasa bosan dan itu memang bukan bidangnya. Sudah hampir sepuluh hari Ayudia tidak melihat wajah teduh pria yang semakin sering membayangi dirinya. Selama itu juga Ammar hanya beberapa kali mengirim pesan. Terakhir kemarin siang, pesan yang menanyakan kesehatannya dan Fa. Namun, saat Ayudia membalas, pesan hanya centang satu abu-abu ... sampai hari ini. Ingin bertanya kepada Najma, namun Ayudia sedikit malu. Seakan ia tidak bisa menahan rindu yang menggunung. Iapun hanya pasrah menanti kepulangannya. Kadang terbersit prasangka buruk; apakah Ammar benar-benar dengan perasaan dan pernyataannya? Atau sekedar menghibur dirinya yang kesepian? Ayudia tidak paham. Tetapi, lebih dari seminggu tanpa kab
last updateLast Updated : 2022-06-12
Read more

70. Temaram

Pukul sebelas malam, Ayudia dan Ammar baru saja akan pulang dari bidan Diva. Fa tidak perlu pengobatan serius karena memang hanya mau pilek biasa. Kegelapan menemani sepanjang perjalanan mereka, tak nampak sepercik sinar kehidupan dari rumah-rumah warga, semua gelap dan mencekam.Cuaca memang sering tidak terduga, bulan yang seharusnya menjadi musim panas, tiba-tiba terguyur hujan lebat. Biasa begitu kalau lama tidak hujan, giliran hujan petir tampil paling garang. Ayudia yang terkantuk-kantuk sambil mengepuk-ngepuk paha Fa, memaksa buka suara untuk menemani Ammar yang tengah menyetir."Kak ... nanti langsung pulang ke rumah Kak Ammar saja, Dia biar pulang sendiri. Baju Kak Ammar kan basah, takut masuk angin."Ammar mengangguk dalam temaram. Entah terlihat atau tidak. Bibirnya sudah tidak mampu lagi mengatup, dingin yang menyeruak sampai ke tulang sumsum, membuat pria itu menekan gigi-giginya untuk menahan getaran pada tubuh. Rasanya Ammar sudah ingin ambruk, akan tetapi ... dua malai
last updateLast Updated : 2022-06-14
Read more
PREV
1
...
345678
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status