Semua Bab Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua: Bab 11 - Bab 20

49 Bab

Part 11A

  Jangan Larang Aku Menikah! Part 11: Ibu Marah di Rumah Tante Lusy   Ahmad menghela napas, dia melihat jam yang melingkar di lengannya. Waktu sudah menunjukkan pukul dua puluh dua, lewat satu menit Waktu Indonesia Barat. "Tan! Kalau mau cari penginapan dekat sini butuh waktu, tenaga dan uang!" balas Ahmad sedikit kesal. Perempuan yang di hadapan Ahmad memasang wajah angkuh dan sombong. "Kalau aku ada uang lebih, nggak bakalan menyusahkan, Tante. Aku mohon sangat, tolong berilah izin kepada kami satu malam saja," ucapnya memohon dengan sangat. Winda hanya diam dan tidak berani ikut campur. Permohonan Ahmad saja tidak ada sama sekali digubris sama dia, apalagi Winda. "Aku coba tanya sama Pamanmu terlebih dahulu," jawabnya spontan. Dia masuk ke dalam rumah. Ada secercah harapan, Ahmad mengelus dada sembari mengucap Alhamdulillah.  Padahal, Ahmad sudah sempat putus asa atas jawaban tanten
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-26
Baca selengkapnya

Part 11B

  Jangan Larang Aku Menikah! Part 11B: Ahmad Teringat Masa Kecil     "Adek tidur di kamar saja iya. Biar Abang di ruang tengah," ucap Ahmad mencairkan suasana. Ahmad mematah-matahkan lehernya yang pegal. Empat jam perjalanan membuat badannya lelah dan letih menyetir motor tidak ada sama sekali gantian. Winda mengangguk. "Iya." Ahmad mengukir senyum tipis. Giginya terlihat rapi dan putih. Melihat lesung pipi dan hidungnya yang mancung membuat semua wanita ingin memilikinya. Winda meleleh membayangkan wajah Ahmad, wanita mana yang tidak menaruh hati atas wajah yang dimiliki calon suaminya. "Dek! Kok melamun," tegur Ahmad. "Oh, iya. Maafkan adek, Bang." Winda kaget kenapa bisa melamun membayangkan wajahnya yang sangat ganteng laksana nabi Yusuf. "
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-26
Baca selengkapnya

Part 12A

Jangan Larang Aku Menikah! Part 10: Ketahuan   "Kenapa?" potong Tante Lusy. Ahmad tidak bisa menjawab pertanyaan tantenya. Sejenak dia berpikir, agar hati tantenya tidak terluka. "Pokoknya kamu segera menikah dengan Winda. Tante tidak mau tahu apa pun itu alasannya. Kalau bisa besok pun jadi. Jika menikah itu kamu niatkan untuk menyempurnakan agama dan mengikuti sunnah rasul, kenapa ditunda-tunda? Nikah itu juga ibadah, Mad!" Ahmad dinasihati tantenya. Perasaannya sedih bercampur bahagia. Kebahagiaan kini hadir pada dirinya. "Alhamdulillah kalau begitu, Tan. Semoga pilihan aku tidak mengecewakan, tante." Bahagia menyelimuti ruangan itu. Suara  jangkrik turut serta bahagia apa yang dialami Ahmad. "Namanya Winda, sepertinya tidak asing nama itu," ucap Tante, tiba-tiba. "Maksudnya, Tan?" tanya Ahmad sambil mengernyitkan dahi. Ahmad mulai was-was kalau tantenya berubah pikiran.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-26
Baca selengkapnya

Part: 13B

"Nanti siang, ada Om-Om yang mau melamar kamu. Dia orang kaya dan tidak akan menolak permintaan Ibu. Kamu tidak boleh mempermalukan aku, paham!" Bu Nadya masih berambisi meminta mahar kepada setiap pria yang datang mempersunting Winda. "Secara tidak langsung Ibu sudah menjualku. Tanpa sadar melelangku kepada semua pria. Tolong posisikan ibu sebagai aku. Apakah Ibu sanggup menerima perlakuan seperti ini?" Plak!  Sebuah tamparan menepis di pipinya. "Semakin hari kamu semakin melawan. Siapa yang mengajarimu menjadi anak durhaka? hah!" Winda hanya bisa pasrah dan menangis. Rasa sakit telah lahir di wajahnya atas tamparan yang Bu Nadya lakukan pada dirinya. Ia tidak bisa mengelus, karena kedua tangannya sudah di borgol dan kakinya sudah di pasung. 'Sungguh teganya ibu memperlakukanku,' ucapnya dalam hati. "Jangan coba-coba teriak ataupun mengadu sam
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-26
Baca selengkapnya

Part: 13A

Jangan Larang Aku Menikah! Part 13: Melamun Menjadi Kaya   Jangan Larang Aku Menikah! Part 13: Melamun Menjadi Kaya   "Bang Ahmad, tolong aku, Bang!" "Diam kau, Winda!" "Kalau sudah berurusan sama Bu Nadya, aku tidak berkutik. Beliau seperti orang gila kalau sudah mengamuk," ucap Ahmad spontan. "Bang tolong aku ...." Winda teriak minta tolong. Namun, tidak ada sama sekali Ahmad menolongnya. "Maafkan abang, Dek. Tidak bisa membantumu. Aku akan berusaha memperjuangkan cinta kita." Tangisnya pecah, melihat ulah Bu Nadya. Andaikan air mata ini bisa kering, sudah sejak dahulu kering. "Jalan, Pak!" ucap Bu Nadya kepada pria berkepala empat itu. Bu Nadya sengaja merental mobil untuk menjemput Winda buah hatinya. "Ba-baik, Bu," jawab pria itu. Sepanjang perjalanan Winda meratapi nasibnya betapa malang. Kebahagian sudah menyapa dirinya, tapi itu se
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-26
Baca selengkapnya

Part: 13B

  Jangan Larang Aku Menikah! Part 13: Melamun Menjadi Kaya   Air matanya kembali luruh tiada henti. Ia tidak tahu kapan berakhir penderitaan yang selalu menyapa dirinya. "Nanti siang, ada Om-Om yang mau melamar kamu. Dia orang kaya dan tidak akan menolak permintaan Ibu. Kamu tidak boleh mempermalukan aku, paham!" Bu Nadya masih berambisi meminta mahar kepada setiap pria yang datang mempersunting Winda. "Secara tidak langsung Ibu sudah menjualku. Tanpa sadar melelangku kepada semua pria. Tolong posisikan ibu sebagai aku. Apakah Ibu sanggup menerima perlakuan seperti ini?" Plak!  Sebuah tamparan menepis di pipinya. "Semakin hari kamu semakin melawan. Siapa yang mengajarimu menjadi anak durhaka? hah!" Winda hanya bisa pasrah dan menangis. Rasa sakit telah lahir di wajahnya atas tamp
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-26
Baca selengkapnya

Part: 14A

Jangan Larang Aku Menikah! Part 14: Pak Zainuddin Datang   "Masalah uang seperti itu kecil, Bu. Mau dibayar pakai uang tunai atau via transfer?" Om Parto mulai sombong, seolah dia-lah orang yang paling kaya di dunia ini. "Kalau lewat transfer aku tidak ada nomor rekening. Bagaimana kalau uang tunai saja?" Seketika Bu Nadya terkejut mendengar penuturan Om Parto. Dia mulai kesal atas ucapan calon menantunya itu. "Kalau uang tunai aku tidak punya sebanyak itu. Harus ke ATM terlebih dahulu." Rasa sombongnya sudah mulai kelihatan. 'Dasar pria yang sudah bau tanah, masih saja bertingkah,' sungut Bu Nadya dalam hati. Om Parto berdiri dari tempat duduknya. Bu Nadya terkejut. "Mau ke mana?" tanya Bu Nadya heran. "Mau pergi ke luar, uangnya ada di dalam mobilku." Lama-lama Bu Nadya mulai muak melihat ulah Om Parto. "Kalau begitu silahkan di ambil terlebih dahulu ke ATM, Om!"
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-26
Baca selengkapnya

Part: 14B

  Jangan Larang Aku Menikah! Part 14: Pak Zainuddin Datang     Bu Nadya gugup dan gemetar mendengar perkataan suaminya.  'Kacau bisa gagal memiliki emas rupiah, kalau bapak melarang Om Parto menikahi Winda. Nggak bakalan kubiarkan rencanaku gagal begitu saja,' ucap Bu Nadya dalam hati. Pak Zainuddin menghampiri Om Parto. "Jangan berharap bisa memiliki Winda! Sekalipun itu kamu membawa tugu Monas kehadapanku, tidak akan kurestui." Pak Zainuddin mengukir senyum smirk ke ada Om Parto. "Lah ... lah ... lah .... Maksud bapak calon mertua apa? Masa calon menantu datang membawa uang muka sepuluh juta nggak disambut dengan baik." 'Pantas saja istrinya diam dan adem saja mendengar uang sepuluh juta,' ucapnya dalam hati. Pak Zainuddin semakin tersulut emosi mendengar perkataan Om Parto. Pandangannya sengaja dia tanamkan ke arah Om Parto. "Diam kamu tua bangka! Aku ti
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-26
Baca selengkapnya

Part 15A

Jangan Larang Aku Menikah!Part 15: Merah Padam "To-tolong ...."Bu Nadya menepuk jidat, dia takut kalau suaminya semakin marah pada dirinya.Pak Zainuddin berlari menuju kamar. "Winda! Kamu kenapa bisa ada di dalam?"Pak Zainuddin menggedor pintu. Tidak ada sama sekali terbuka."Tolong ...."Suara Winda terdengar kembali. Pak Zainuddin semakin emosi, netranya sengaja diarahkan ke gagang pintu. Ternyata terkunci pakai gembok.Seketika dia mengarahkan pandangannya pada istrinya. Bu Nadya pura-pura sibuk menghitung uang yang ada di amplop sambil senyum."Mana kunci kamar, Winda?" tegur Pak ZainuddinBu Nadya berhenti sejenak menghitung uang. Dia mendongak menatap wajah suaminya.'Sial! Bisa gagal semua rencanaku. Huft!' ucapnya dalam hati.Mata Bu Nadya tidak berkedip dan mulutnya menganga."Mana kunci kamar Winda, Bu? Cepat berikan kuncinya! Jangan sempat
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-01
Baca selengkapnya

Part 15B

Jangan Larang Aku Menikah!Part 15: Merah Padam "Ahmad! Kenapa kamu bisa mencintai wanita yang mempunyai seorang ibu gilanya keterlaluan?"Ahmad bergeming, jakunnya naik turun menelan saliva dan matanya berkedip. Pertanyaan Tante Lusy sangat pahit. Apa hendak dikata, kalau sudah cinta karena allah, apapun itu hati dan perasaan pasti buta."Aku mencintai Winda karena Allah, Tan."Tante Lusy tergugu mendengar perkataan Ahmad. Dia tidak menyangka   kalau nasib Ahmad tragis seperti itu."Lebih baik kamu cari perempuan lain, Mad! Tante tidak mau punya besan seperti Bu Nadya."Baru kemaren malam Tante Lusy membela dan merestui hubungannya dengan Winda. Kini sudah dilarang keras sama Tantenya."Aku tidak bisa melupakan Winda, Tan. Aku harus memperjuangkan cintaku kepadanya.""Cukup, Mad! Buat apa kamu mati-matian mengejar wanita yang tidak baik akhlaknya."Ahmad heran dengan sikap tantenya yang b
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-01
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status