Semua Bab Menikah Atau Disewa?: Bab 41 - Bab 50

64 Bab

41. Pertengkaran Hebat

"Sagaaa!"Saga dan Nayra berpaling ke arah pintu. Tampak Adela berdiri dengan tatapan nanar. Bahu perempuan dengan perut buncit itu tampak turun naik menahan amarah.Saga memperhatikan istri tuanya.Dela masih mengenakan baju hamil untuk pesta. Sisa-sisa make-up masih menempel pada paras yang kini sudah tidak tirus lagi.Saga bangkit. Perlahan ia mengayun langkah untuk menyambut istri pertamanya. Namun, Adela menepis ketika ia meraih tangannya."Jangan sentuh aku!" titah Dela lirih, tetapi cukup dingin berbalut dendam."Aku tahu kamu marah, tapi jangan berdiri di depan pintu seperti ini," ujar Saga mencoba tenang. "Kita bicara di dalam!" Saga kembali meraih tangan Dela. Kembali pula sang istri menolak."Mau kamu apa?" tanya Saga pasrah.Dela tidak membalas. Dia lekas menutup pintu kamar tersebut. Dalam keadaan marah seperti ini, dirinya masih menjaga
Baca selengkapnya

42. Teguran Untuk Dela

Saga tidak pernah menyangka akan mengalami hal semengerikan ini. Dia yang sibuk menangkis serangan Dela. Semua terjadi dengan begitu cepat dan di bawah kendalinya.   Perlahan Saga membuka mata. Pria itu merasakan pusing. Sakit kepala yang menghebat di kepala membuatnya mengerang tertahan. Hidungnya mulai mencium bau anyir. Cukup menyengat. Dia merasa darah mengalir membasahi mata dan bibirnya.   Darah tadi mengaburkan pandangan Saga. Lelaki itu merasa ada sesuatu yang tidak biasa. Dia ingin bergerak, tetapi semua tubuhnya tidak bisa digerakkan. Suami Dela itu merasakan sakit yang teramat.   Lamat-lamat telinga Saga menangkap suara riuh di sampingnya. Menyampingkan rasa sakit, pria itu mencoba kembali untuk membuka mata.
Baca selengkapnya

43. Ketulusan Hati Nayra

"Dokter, bagaimana kondisi anak saya?" cecar Mama Dela panik.Sang dokter menghela napas panjang. "Kami sudah semaksimal mungkin. Namun, mohon maaf, kami tidak bisa menyelamatkan calon cucu kalian," ucapnya sedih."Ohhh ... tidak!" Mama Dela berseru sedih. "Cucuku ... kenapa semalang itu? Dia bahkan belum melihat indahnya dunia. Kenapa sudah diambil duluan?" ratap Mama Dela tersedu-sedu. Air matanya berlinang tanpa bisa dicegah."Tabahkan hatimu, Ma." Samg suami merangkul lembut. Lelaki itu mengelus pelan bahu istrinya."Tapi itu calon pewaris kerajaan bisnis kita, Pa," tukas Mama Dela masih tidak terima, "karena tidak mungkin Dela yang akan meneruskan usaha kita. Tidak mungkin Saga juga," tuturnya dengan sesenggukan."Kalo sudah takdir kita bisa apa, Ma?" Sang suami tampak berusaha bijak. "Yang penting Dela selamat, dia bisa kapan saja kasih cucu buat kita," lanjutnya menenangkan."Dokterrr!" Seorang perawat keluar dari ruangan dengan
Baca selengkapnya

44. Terbukanya Mata Orang Tua Dela

"Nayra ... semua ini gara-gara dia. Awas kamu, ya!" ancam Dela penuh dendam."Dela ...." Papa berujar lembut. Lelaki itu duduk di tepi ranjang, lalu tangannya menggegam jemari sang putri. "Kamu salah jika harus mendendam sama Nayra," tuturnya tenang."Memang dia penyebab semua insiden ini, Pa." Dela kembali menyalahkan Nayra."Tidak." Papa menggeleng, "kamu salah, Nak. Nayra adalah perempuan yang baik.""Perempuan baik apanya?" Mata Dela terbelalak mendengar penuturan Papa, "dia itu--""Permisi ... selamat pagi semua."Omongan Dela terjeda ketika seorang dokter didampingi perawat masuk."Selamat pagi Ibu Dela. Bagaimana perasaan Anda?" Dokter menyapa ramah."Tidak cukup baik, Dok." Dela menyahut dengan datar, "badan saya sakit semua. Terutama perut dan kaki," terangnya tanpa ada yang ditutupi."Kami akan memeriksa kondisi Ibu," ujar Dokter.Pria berjas putih itu mulai mengecek detak jantung Dela. Dirinya juga mena
Baca selengkapnya

45. Terbukanya Mata Dela

"Saga!" Ibu Ida memanggil sang putra.Nayra yang tengah menyuapkan minuman pada Saga menoleh. Wanita itu tersenyum senang melihat kedatangan sang mertua. Begitu juga Saga.Lebih tepatnya lagi, Saga merasa bahagia masih bisa menatap wajah ibunya. Karena sebelum dia jatuh pingsan, Saga sempat ragu jika dirinya akan selamat. Kini lelaki itu merentangkan kedua tangan.Tidak tahan melihat keadaan anaknya, Ibu Ida mendekati. Nayra yang pengertian lekas bangkit dari tepi ranjang. Wanita itu memberi ruang pada ibu Ida untuk bertemu sang putra.Ibu Ida sendiri langsung menghambur memeluk tubuh Saga. Hati wanita itu begitu nelangsa melihat sang putra hanya mampu tergolek lemah di ranjang."Maafkan Saga, Bu," ucap Saga haru. Tiba-tiba dia tidak bisa menahan diri. Tanpa malu lelaki itu tergugu dalam tangis."Kamu gak punya salah sama ibu. Kenapa mesti minta maaf?" tanya Ibu Ida sedikit heran. Jemarinya mengesat air mata sang putra dengan lembut.
Baca selengkapnya

46. Papanya Abrina

"Terima kasih." Nayra terkesima. Hampir dua tahun menjadi adik madu, baru kali ini dia mendengar Dela berucap terima kasih untuknya. Hati Nayra kian menghangat melihat senyum tulus dari bibir Dela. "Sama-sama, Mbak." Nayra membalas dengan seulas senyum. Dirinya menderap langkah keluar.  Nayra menyusuri koridor. Banyak perawat ataupun dokter yang lewat, tetapi semua tampak terlihat sibuk. Ada suster yang sedang mendorong pasien dengan kursi rodanya. Ada juga dokter dan perawat yang terburu-buru entah melangkah ke mana. Nayra juga menjumpai suster yang berjalan dengan tergesa dengan mendekap map. "Engg ... maaf dulu, ya. Saya sedang ditunggu dokter di ruangannya," tolak seorang perawat yang dicegat oleh Nayra. Nayra menghempaskan napas mendapat penolakan seperti ini. Dirinya benar-benar merasa gondok.  Jika keadaannya tidak terlal
Baca selengkapnya

47. Berdebat Dengan Azriel

Saga termangu melihat kedekatan Abrina dengan Azriel. Kenapa putrinya seolah tidak mengenalinya?Nayra yang menyadari perubahan wajah sang suami, gegas mengambilnya anaknya dari gendongan Azriel. Namun, Abrina justru menangis lagi dipisahkan dengan Azriel."Bina masih ingin digendong aku, Nay," protes Azriel saat Nayra main serobot."Papanya masih kangen sama Bina, El," balas Nayra datar. Dia berjalan untuk mendekati ranjang Saga kembali. Dirinya menyerahkan Abrina pada sang suami. Sayangnya, lagi-lagi Abrina menolak."Apah ... Apah!" seru Abrina sambil menunjuk-nunjuk Azriel."Sayang, Papa Bina ini. Papa Saga." Nayra mencoba menjelaskan pada sang putri. Tangannya menunjuk Saga. Namun, bayi itu menggeleng dan terus minta digendong oleh Azriel. "Bina Sayang, Papa Saga nanti--""Kasih Bina ke Ziel, Nay!" titah Saga pelan. Walau terlihat datar, namun, hati Saga amat nelangsa
Baca selengkapnya

48. Saga Sedih Dengan Permintaan Dela

"Mana Abrina?" tanya Saga begitu melihat kedatangan sang istri hanya berdua saja dengan Davi. "Bina aku tinggal di rumah bersama ... eum Ziel." Agak kelu lidah Nayra saat menyebut nama Azriel. Di hadapannya wajah Saga langsung berubah masam. "Tolong jangan pernah lagi kamu meninggalkan Bina berdua saja dengan pemuda itu, jika masih mau menjadi istriku," titahnya dingin. Nayra, Davi, dan Ibu Ida tentu saja terperanjat mendengar perintah Saga. Hanya saja masing-masing punya cara tersendiri untuk menyembunyikan kekagetan mereka. Nayra yang ternganga, Davi dengan pura-pura batuk. Sementara Ibu Ida menghela napasnya perlahan. "Kalo bukan nitip ke Ziel, aku mau nitip ke siapa, Mas?" tanya Nayra tetap berusaha tenang. Wanita itu memindai suaminya dengan tatapan penuh kasih. "Ada banyak yayasan penyedia jasa baby sitter, Nay." Saga membalas datar
Baca selengkapnya

49. Penolakan Davi

"Kok kamu diam saja, Ga?" tegur Dela mendapati suaminya merenung. "Kayaknya kamu gak setuju dengan usulku?" cecar Dela dengan menyipit. Saga menarik napas perlahan. "Kamu ngusulin saran itu karena memang malas ngerawat aku, ya?" tuduh Saga tanpa basa-basi. Adela melongo. "Apa kamu bilang?" "Kalo iya, mending kamu nyari perawat saja dari pada ngusulin Nayra kembali ke rumah ini lagi," suruh Saga tanpa mau balas menatap Adela. Lelaki itu membuang muka ke samping. Mulut Adela kembali ternganga. Wanita itu terpaksa tertatih-tatih memutari ranjang agar bisa menatap mata Saga. "Kenapa kamu sampai punya pikiran seperti itu?" Dia balas menuding. "Karena gak ada alasan lain, Dela," sergah Saga dengan tatap nanar. Suaranya cukup terdengar bergetar. Pria itu merasakan perih di hati.  "Dulu saat masih sehat, aku gak
Baca selengkapnya

50. Keputusan Nayra

"BRAKKK!" Nayra terkaget saat Davi membanting pintu kamarnya dengan begitu keras. Hatinya teremas mendengar ancaman saudara satu-satunya di dunia ini. Hatinya dilanda gamang. "Nayra." Nayra berpaling ketika namanya dipanggil oleh Adela. Tatapan kakak madunya tampak begitu memohon. Begitu juga dengan Saga. Apalagi saat menyebut nama Abrina, lelaki itu terlihat sekali merindukan buah sang hati. "Nayra, kamu mau kan tinggal kembali bersama kami?" Adela mengulangi pertanyaannya. Nayra yang masih dilanda dilema tidak juga langsung menjawab. Ketika tatapannya tertuju pada Azriel, pemuda itu balik menatapnya dengan tajam. Tentu saja Nayra paham jika Azriel tidak mungkin menghendaki kepergian dia. "Eum ... maaf Mbak Dela, untuk saat ini aku belum bisa memutuskan," jawab Nayra mencoba tenang, "kalian datang tanpa memberi kabar, lalu tiba-tiba saja menyuruh aku dan Bina untuk pulang. Tentu saja ini mengagetkan Davi. Bagaimana pun juga dia saudaraku. Aku harus berunding dulu dengan dia." "
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status