Semua Bab Rahasia Sang Antagonis: Bab 11 - Bab 16

16 Bab

11. Langkah Awal Itik Menjadi Angsa

 Thomas bangun lebih pagi dan ia mulai bersiap ke kantor. Pemandangan itu menjadi sesuatu yang aneh di rumah Tito Rianggono.“Pagi sekali kamu bangun, mau ke mana?” tanya Nyonya Retno.“Ayolah, Ma. Aku bangun siang Mama sinis, aku bangun pagi juga Mama sinis,” kata Thomas.“Tidak sinis, hanya saja sepertinya matahari akan terbit dari barat karena kamu bangun pagi.”“Aku mulai kerja di kantor Papa hari ini,” Thomas menjawab cuek.“Apa? kerja di kantor Papa?”Saat Nyonya Retno masih dalam keheranan, Tito Rianggono datang dan duduk di kursi makan.“Apa benar Thomas akan bekerja di perusahaan  mulai hari ini?” tanya Nyonya Retno pada Tito.“Iya,” Tuan Tito menjawab singkat.“Kenapa tiba-tiba dia ingin kerja di perusahaan?”“Mama, ada apa sebenarnya. Tidak masalah kan kalau aku bekerja di perusahaan o
Baca selengkapnya

12. Bertemu Kembali

Sebuah mobil sedan hitam memasuki pelataran kantor Tito Rianggono. Perempuan cantik turun dari mobil itu. Ia langsung menuju meja resepsionis dan mengatakan ingin bertemu Tito.“Saya sedang tidak ada janji dengan klien hari ini. Kamu kan tahu jadwal saya, kenapa masih bertanya?” kata Tito saat sang sekretaris mengatakan ada seseorang yang ingin bertemu.“Iya, Pak. Tetapi orang itu mengatakan bahwa ada urusan yang mendesak dan sangat penting.”“Tanyakan apa kepentinganya?”Sesaat sang sekretaris kembali setelah menelepon resepsionis.“Namanya Maria, Pak. Katanya ada urusan pribadi yang penting.”Tito Rianggono terhenyak mendengar nama itu disebut. Sudah lama ia tidak berhubungan dengan perempuan itu.“Mengapa tiba-tiba datang lagi?” gumam Tito.“Katakan padanya aku tidak mau bertemu dia di kantor. Suruh dia menunggu di Coffeshop dekat kantor,” kata
Baca selengkapnya

13. Mengapa Aku Peduli Padanya?

 Nyonya Retno datang ke kantor Tito Rianggono dengan penuh amarah. Ia tidak dapat menahan emosinya dan ingin segera menuntaskan kepada suaminya. Nyonya Retno langsung masuk tanpa mempedulikan sekretaris Tito yang menyapa ramah.“Apa maksudmu dengan menemui perempuan laknat itu?”Tito yang sedang menerima telepon terkejut mendengar pertanyaan Nyonya Retno.“Baik, nanti aku hubungi lagi ya,” katanya Tito menutup telepon.“Ada apa ini. Baru datang langsung marah-marah.”“Tidak perlu banyak basa-basi. Aku tahu kau menemui dia lagi,” suara Nyonya Retno meninggi.“Perempuan mana maksudmu? Siapa?”“Alah, kau tidak perlu pura-pura tidak tahu. Aku tidak sudi menyebut namanya.”“Kalau kamu tidak menyebut namanya, bagaimana aku tahu siapa yang kamu maksud?”“Apa kamu masih mau mengulangi perbuatanmu di masa lalu? Apa belum cukup d
Baca selengkapnya

14. Ala Desa

 Nyonya Retno tampak sibuk membolak-balikkan beberapa album foto yang diberikan oleh seorang karyawan Wedding Orginizer ternama di ibu kota. Namun, tampaknya belum ada yang sesuai dengan keinginannya.“Bagaimana Nyonya? Ini adalah beberapa konsep yang pernah kami selenggarakan untuk pernikahan orang-orang kelas atas. Kita menyediakan semuanya lengkap Nyonya,” kata seorang perempuan pada Nyonya Retno.“Semuanya bagus dan mewah, tetapi anak saya ingin konsep yang lebih sederhana.”Karyawan WO tersebut mengernyitkan kening. Tidak biasanya orang kalangan atas meminta acara yang sederhana.“Konsep yang sederhana bagaimana ya, Nyonya?”“Saya juga tidak punya gambaran jelas tentang konsep sederhana yang dimaksudkan oleh anak saya. Begini saja, nanti saya akan minta dikirimkan beberapa file konsep dan akan saya tunjukkan kepada anak saya. Jika ada yang disetujuinya, barulah kita akan mengadakan meeting
Baca selengkapnya

15. Lelaki Sedingin Es

 “Sayang, aku benar-benar tidak bisa kalau tidak melihat kamu sehari saja,” kata Thomas kepada Lusia.“Semua laki-laki memang selalu bermulut manis,” kata Lusia ketus.“Aku serius. Aku menyesal kenapa kita baru berjumpa. Kalau saja kita berjumpa sebelum aku menikahi Jessica, kita pasti bersama,” katanya.“Kalau kau bertemu aku sebelum Jessica maka aku yang sekarang berada di posisi Jessica memiliki suami yang selingkuh.”“Tidak sama. Kalau aku menikah denganmu, tidak mungkin aku selingkuh. Kamu saja sudah cukup untukku.”“Sudahlah, jangan membual.”“Ini sungguhan.”“Bagaimana kamu di kantor?”“Ya, seperti biasa. Mengerjakan tugas-tugas staf. Namun, ada hal yang mengganjal pikiranku akhir-akhir ini.”“Apa?”“Entah kebetulan atau memang orang yang sama. Aku melihat Papa sepertiny
Baca selengkapnya

16. Kamu Ternyata Tidak Lugu

 Andrian dan Rianti saling diam di dalam mobil. Rianti memainkan sibuk memainkan gawainya. Andrian terus melirih pada Rianti tetapi ia cuek tanpa mempedulikan Andrian. Seketika Andrian merampas gawai Rianti dengan kasar. Rianti yang terkejut hanya bisa melongo menunggu tindakan Andrian berikutnya.“Password!” kata Andrian sambil menunjuk pada gawai Rianti yang dipegangnya.“Hah,” kata Rianti kikuk.“Hah, hah, cepat buka kunci handphone ini,” kata Andrian ketus.Dengan cepat Rianti menggerakkan telunjukknya untuk membuka pola kunci handphone. Andrian melirik pola kunci itu membentuk huruf A. Andrian mengernyitkan kening melihat pola itu. Rianti yang menyadari renspons Andrian segera membuat pernyataan.“Huruf A itu untuk untuk Allah,” kata Rianti cepat.Andrian tidak menyahut dan langsung menekan nomor angka-angka lalu menyimpan di kontak telepon. Usia melakukan itu, Andria
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status