Home / Romansa / Bukan yang Pertama / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Bukan yang Pertama: Chapter 21 - Chapter 30

55 Chapters

Duka di hari bahagia

*Happy Reading* "Menikah hari ini?" beo Ina cepat. Saat akhirnya Sean memberitahukan apa yang diucapkan Mamanya. Setelah berada di luar Ruang rawat sang Mama. Sean mengangguk dengan pelan setelah menghela napas pendek. Ina lalu menggaruk belakang lehernya tanpa sadar, karena menurutnya permintaan ini aneh sekali. Kenapa harus hari ini, sih?  Di Rumah sakit pula?  Kayak gak ada hari esok dan ... "Oh, Tuhan! Jangan-jangan ini pertanda!" Seketika batin Ina pun berseru seakan memberikan sebuah kecurigaan. Demi apa? Ina jadi takut jika hal ini benar-benar pertanda dari Nyonya Sulis dan memang permintaan terakhirnya. Lalu, harus bagaimana Ina sekarang? "Bagaimana? Kamu setuju, kan?" tanya Sean lagi, karena tak segera mendapat jawaban dari Ina. Namun Ina tetap belum memberikan jawaban dengan segera. Gadis itu malah memilih melirik kaca besar yang menampilkan kondisi Nyonya Sulis, yang masih terbaring
last updateLast Updated : 2021-08-07
Read more

Patah Hati

*Happy Reading* Sean kacau! Sean kalut! Sean pilu! Saat akhirnya dokter menyatakan, jika Mamanya tidak bisa di selamatkan, dan sudah dinyatakan meninggal dunia. Sean bahkan meraung tanpa tahu malu di depan semua orang, dan menangis pilu tanpa perduli apapun. Rasanya, separuh jiwanya ikut mati dengan kepergian sang Mama. Hatinya patah, jiwanya gelisah mengetahui sang Mama tak akan bisa menemaninya lagi. Benar kata orang, kematian orang tua, adalah patah hati terbesar untuk seorang anak. Karena orang tua adalah cinta pertama semua anak. Bukankah, cinta pertama itu tak akan pernah tergantikan? Karenanya, saat ini Sean merasa hidupnya hancur sehancur-hancurnya. Bahkan, rasanya lebih hancur dari kehilangan hak asuh Keandra, juga kehilangan Audy, istri kesayangannya di masa lalu. Bumi yang di pijaknya terasa goyah, dan seluruh tulang seakan ikut terenggut dari tubuhnya. Mama! Sean harus bagaimana menja
last updateLast Updated : 2021-08-08
Read more

Tamparan

*Happy Reading* "Aku menikahinya demi Mama. Karena sekarang Mama sudah tidak ada. Maka ... kamu boleh pergi sekarang, Ina. Saya sudah tak membutuhkanmu lagi." Degh! Tubuh Ina seketika membeku mendengar penuturan Sean barusan. Khususnya kalimat terakhir, yang sukses membuat hatinya hancur lebur seketika. Padahal, Ina tahu itu benar adanya. Tetapi, kenapa rasanya sesakit ini ya, saat mendengarnya langsung? "Apa maksud Kakak?" Bukan Ina yang membalas ucapan Sean, tapi Rara yang ikut merasa terkejut dan seakan bisa merasakan luka Ina yang tidak bisa di sampaikan gadis itu. "Ya ... Maksud saya, karena kini Mama sudah tidak ada. Maka saya sudah tidak membutuhkannya dan akan segera menalak--" Plak! Belum sempat Sean menyelesaikan ucapannya. Sebuah tamparan keras sudah melayang ke arah wajahnya, membuat cetak merah di salah satu pipi Sean. Pelakunya adalah Rara, yang begitu murka mendengar ucapan mantan suaminya
last updateLast Updated : 2021-08-09
Read more

Pemakaman

*Happy Reading* "Kami pulang duluan, ya, bro! Rara tidak boleh terlalu lama ada di sini," ucap Ken, berpamitan saat melihat orang di pemakaman sore itu sudah semakin sepi. Acara pemakaman memang sudah selesai semua sejak beberapa menit lalu. Namun Sean yang masih berduka enggan beranjak dari makam sang Mama, tanpa memperdulikan apapun lagi. Bahkan, saat semua pelayat berpamitan dan pergi satu persatu, Sean tetap diam dan mengabaikan semuanya. Hanya Mbok Darmi dan Ina yang mengucapkan terima kasih, sebagai basa basi semata. Tanpa persetujuan Sean, Rara dan Ken memang sudah mengenalkan status Ina pada semua tamu yang datang. Karena toh, keberadaannya di sana lumayan asing, dan tentu saja menimbulkan tanya dari orang-orang yang mengenal keluarga Abdilla. "Kakak juga jangan lama-lama di sini. Langitnya sudah mendung dan sepertinya akan segera hujan." Rara pun ikut menimp
last updateLast Updated : 2021-08-10
Read more

Kembali berharap

*Happy Reading* Sean menggeram kesal seraya mengepalkan tangan dengan erat. Setelah itu, menyugar rambutnya kasar dan .... "Menyebalkan!" umpatnya kemudian, sebelum melenggang pergi begitu saja, meninggalkan Ina di pusara sang Mama. Awalnya, Ina hanya mengerjap bingung melihat itu. Terdiam seraya mengikuti langkah Sean dengan ekor matanya. Namun, saat Melihat Sean tiba-tiba berhenti melangkah, dan meliriknya cepat. Glek! Tanpa sadar, Ina pun menelan salivanya kelat. Bersiap menerima makian apapun yang akan dimuntahkan pria itu lagi. "Mau sampai kapan kamu di sana? Katanya mau pulang?" tanya Sean dengan suara yang lebih rendah dari sebelumnya. Kembali, Ina mengerjap bingung di tempatnya, sebelum kemudian tersenyum manis saat mengerti maksud Sean. "I-iya, Pak," sahut Ina dengan riang. Seraya melangkah mengikuti Sean. Melihat Ina sudah melangkah menghampiri, Sean pun meneruskan langkah dengan tegap dan cepat. Benar
last updateLast Updated : 2021-08-11
Read more

Sakit

*Happy Reading*"Pagi, Den.""Pagi," sahut Sean dengan ramah, seraya menghampiri pembantu senior di Rumahnya, yang sedang menata sarapan pagi ini di meja makan.Saat baru saja sampai, mata Sean tiba-tiba melirik ke dapur, tepatnya ke kursi bar, tempat di mana Ina biasa duduk sambil menemani Mbok Darmi memasak.Anehnya, hari ini kursi itu kosong, dan .... kemana gadis itu?"Non Ina sepertinya tidak bisa menemani aden sarapan pagi ini." Mengerti akan apa yang dicari sang majikan muda. Mbok Darmi pun menjelaskan tanpa harus ditanya terlebih dahulu."Kenapa?" tanya Sean, entah sadar atau tidak, seperti sangat penasaran dengan keterangan Mbok Darmi barusan. "Non Ina sakit, Tuan.""Sakit?" Beo Sean, lebih cepat dari yang dia sadari."Iya, badannya panas sekali tadi pas saya cek. Menggigil juga meski sudah pakai selimut tebal. Sepertinya Non Ina demam karena kehujanan kemarin. Makanya tadi setelah minum obat, saya suruh a
last updateLast Updated : 2021-08-12
Read more

Sakit part 2

*Happy Reading*Entah sudah berapa lama Ina tak sadarkan diri akibat pengaruh obat, yang di berikan Mbok Darmi tadi pagi. Yang jelas, akhirnya Ina pun terbangun saat hari sudah terang, meski masih dalam keadaan pusing bukan main.Ina merasa seperti berada di sebuah kapal, yang lantainya terus bergoyang saat dipijak. Pokoknya pusing sekali.Ina pun memijat kepalanya sejenak, mencoba meredakan rasa sakit kepala yang dideritanya.Bukan apa-apa, saat ini Ina sedang haus sekali, dan dia tidak akan bisa pergi ke dapur jika pusing ini tidak hilang.Setelah di rasa pusingnya sudah sedikit reda. Ina pun mencoba turun dari tempat tidurnya, dan meraih kerudung bergo yang biasa sengaja dia sampirkan di kepala ranjang."Mau kemana?" Degh!Belum sempat Ina memakai hijabnya, suara itu begitu saja menginterupsinya. Membuat tubuh Ina membeku, dan menoleh perlahan pada sumber suara.Itu Sean!Ya ampun, sedang apa pria itu di
last updateLast Updated : 2021-08-13
Read more

Perubahan sikap

*Happy Reading*Sean kembali lima menit setelahnya. Membawa air putih pesanan Ina, beserta bubur dan obat-obatan yang di sediakan Mbok Darmi tadi.Ini udah siang, waktunya Ina minum obat kembali. Kebetulan gadis itu sudah bangun, jadi sekalian saja suruh makan dan minum obat.Biar cepat sembuh.Ina mengerjap pelan melihat apa yang Sean bawa. Melempar pandangannya pada Sean sejenak, sebelum kembali pada baki yang dibawa pria itu."Pak--""Sekalian makan dan minum obat," jawab Sean singkat, padat dan jelas. Mengerti akan tatapan kebingungan dari Ina. Ina pun mengurungkan tanya yang sudah menggantung di tenggorokan.  Sebelum kemudian menggaruk belakang leher sejenak dan mengangguk.Ina malu, tapi juga lapar. Jadi ya ...."Mau makan di mana? Di tempat tidur atau di sofa?" tawar Sean lagi. Membuat Ina kembali meliriknya."Uhm ... di lantai aja, boleh?" jawab Ina kikuk.Kening Sean kembali berlipat sam
last updateLast Updated : 2021-09-14
Read more

Harapan yang hilang

*Happy Reading*"Non? Kenapa atuh tadi gak mau ikut den Sean? Padahal kan niat si Aden baik, ingin Si Non mengenal teman-teman kantornya aden."Ina hanya bisa menghela napas diam-diam. Saat tanya itu meluncur dari mulut Mbok Darmi.Benar kata wanita paruh baya itu. Ina memang menolak ajakan Sean tadi, dengan alasan harus minum obat dan takut mengantuk di sana.Tidak sepenuhnya bohong, tapi bukan juga alasan sebenarnya. Karena apa? Karena yang sebenarnya Ina pikirkan tadi saat Sean mengajaknya adalah … Buat apa?Buat apa Sean harus repot-repot mengenalkannya pada semua orang, jika pada akhirnya akan meninggalkannya juga?Pe
last updateLast Updated : 2021-09-20
Read more

Drama pagi

*Happy Reading*Melihat Ina terjatuh ke lantai, Sean pun seketika melompat ke arah Ina, dan segera menggendongnya ke atas tempat tidur tanpa aba-aba.Ina tidak sempat menolak, atau berbuat apapun. Gadis itu terlalu terkejut dengan insident jatuhnya, dan reaksi Sean yang berlebihan."Kamu ini kenapa, sih? Kenapa bisa jatuh? Seperti anak kecil saja! Kamu gak bisa ya, tidur anteng, gak banyak tingkah. Tinggal tidur aja, repot. Mimpi apa, sih? Sampai bisa jatuh gitu? Udah tahu masih sakit, banyak polah! Mana? Kasih tahu saya di mana yang sakit? Buruan!"Lalu setelahnya, Ina pun kembali di omeli panjang lebar si galak, yang kini sibuk memindai tubuh Ina, memastikan ada luka atau enggak."Mana Ina? Ada yang sakit, tidak?" Sean kemb
last updateLast Updated : 2021-09-20
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status