Semua Bab MY FAVORITE BOY: Bab 31 - Bab 40

45 Bab

Little did he know

"Gue pulang ya, Ran. Bye." Pamit Radit saat seisi kelas sudah kosong. Tinggal mereka bertiga lagi, kecuali anak eksul yang sudah pindah tempat ke ruangannya masing-masing. Termasuk Rana, dia dan Devan akan langsung latihan. Rana menatap Radit dengan sendu, matanya berkaca-kaca. Bermaksud meminta simpati Radit sebelum dia pulang. "Lo tega diemin gue, dit?" Radit yang sudah berdiri di ambang pintu tiba-tiba berbalik dan menghampiri Rana. "Jaga diri baek-baek." Setelah mengatakan itu dia pergi. Tak sedetik pun melirik atau menganggap keberadaan Devan.  Helaan napas kasar Rana terdengar. Moodnya jadi buruk karena Radit. Padahal, kejadian tadi menurut Rana hanya hal sepele. Tapi Radit sampai begini marahnya.  "Udah gak usah dipikirin. 'Kan ada gue. Kalo lo minta tolong apa-apa minta sama gue aja. Gak usah canggung." "Ya udahlah lagian besok juga dia udah baik lagi. Santai aj
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-01
Baca selengkapnya

Date

"Rana, nanti malam dateng ke acara nikahan kakak gue mau ga, acaranya di rumah nenek kakek gue." Devan menyesap es tehnya. Rana terkejut, ini terlalu mendadak. Rana pasti akan bertemu dengan keluarga Devan. Dan mungkinkah Devan dan keluarganya mau menerima tamu seperti Rana? Maksudnya, Rana tidak bisa dandan, tidak bisa memakai gaun, tidak bisa memakai sepatu hak. Sangat memalukan dan rasanya aneh jika Rana berpenampilan layaknya laki-laki. Bisa-bisa Rana langsung diusir dari sana dan Devan pasti akan ilfeel padanya. Melihat Rana yang melamun dan raut wajahnya cemas, Devan melambaikan tangan di depan Rana. "Hey! Kenapa? Kok diem." "Ah enggak. Cuma bingung aja gue make apa nanti. Hm, kalo gue gak dateng lo marah gak?" "Gak bisa. Lo harus banget dateng, Ran. Kehadiran lo penting buat gue. Gue pengen keluarga gue tahu siapa cewek yang berhasil memikat hati gue. Please datang ya.." Devan memohon, memasan
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-01
Baca selengkapnya

Pacaran

Sekitar dua puluh menit berlalu, Rana akhirnya selesai. Sekarang dia melihat tampilan dirinya di cermin dari atas sampai bawah.  "Memang bener ya, cewek tomboy itu kalo udah dandan pasti ngalah-ngalahin yang feminim." Kak Ela berdecak kagum melihat Rana. Dengan riasan tipis dan perpaduan dress hitam selutut membuat Rana tampak anggun meski dengan rambut pendeknya.  "Ih kakak, jangan gitu lah. Jadi gak enak."  "Kamu pacarnya Devan?"  Rana menggeleng malu. "Temen, Kak." "Temen apa demen." "Ahaha. Temen kak." Ponsel Rana berdenting. Dia segera membaca pesan yang masuk, dari Devan. Cowok itu memberi tahu bahwa dia sudah di depan rumahnya.  "Yuk turun ke bawah, Kak. Devan udah nunggu." Rana mengambil tas selempang kecil miliknya, lalu turun tangga bersama Kak Ela. "Bang Iko gue
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-01
Baca selengkapnya

Belum Usai

"Gue jadi manusia kok bodoh amat ya." "Di saat gue udah mulai buka hati. Devan bohongin gue."  Wajah Rana yang awalnya cantik dengan riasan, kini sudah basah karena air mata yang membanjir. Rana merasa lemah dan tidak berdaya, bisa-bisanya tertipu oleh cowok seperti Devan. "Gue bodoh. Bodoh banget. Harusnya gue dengerin apa kata Radit. Sekarang apa? Devan bohongin gue, Radit jauhin gue." Tangisnya mengeras. Padahal Rana sudah berjanji pada dirinya sendiri agar tak lagi menangis karena laki-laki.  Rana terus berjalan di trotoar dengan kaki tanpa alas. Dia tidak peduli jika orang menganggapnya gila atau stress.  Sebuah motor berhenti di dekat Rana. Membuat Rana menoleh sambil mengerutkan kening.  Orang itu membuka helmnya. "Rana? Ngapain malem-malem jalan sendirian?" Katanya sambil turun dari motor. 
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-01
Baca selengkapnya

Pukulan

Tangan Rana terangkat menampar pipi Devan, menimbulkan suara yang cukup keras. Membuat kerumunan terkejut. Bahkan kelas lain juga ikut menonton kejadian itu. Drama yang sangat menarik. Dua orang yang belakangan ini jadi sorotan, kini saling berhadapan sambil melayangkan tatapan kebencian satu sama lain. Devan menyeringai. Inilah yang dia inginkan. Dia akan membuat Rana malu di depan orang ramai. Sekarang adalah waktu yang tepat."Kok bohongin sih? Lo tau gak gara-gara lo, Jelita marah sama gue!""APA!? Gara-gara gue? Bukannya lo yang deketin gue duluan ya? Dan lo juga ngakunya jomblo! Gak waras nih orang!" Balas Rana membentak. Devan tertawa meledek. Dia melipat tangannya di dada. "Jangan munafik, Ran! Lo pake topeng di depan semua orang, lo tahu gue punya pacar dan masih aja tetap deket sama gue. Pake segala nyuruh gue ekting di tengah lapangan buat nembak lo. Cih, keliatan banget kurang kasih sayang." Mata Devan memandang Rana d
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-01
Baca selengkapnya

Tersadar ( LANGSUNG KE BAB INI )

Nara terbangun dari mimpi panjangnya. Ia beringsut duduk sambil mengucek mata. Cahaya matahari menembus celah-celah jendela. Menandakan hari sudah terang.    Dia melihat ponsel yang ada di atas nakas. Betapa terkejutnya dia saat sadar tanggal berapa sekarang.    Demi Tuhan, Nara sudah tidur selama dua hari lamanya. Ia tidak tahu apa yang sudah terjadi.    Mimpi tadi terasa panjang dan nyata. Ia bermimpi mempunyai seorang anak bersama Raffa. Nama mereka berbeda, bukan Raffa bukan Nara. Kepala Nara  sakit memikirkannya. Nara mencoba mengingat hal-hal yang terjadi sebelum dia tidur panjang. Dituduh satu sekolahan, dipanggil ke kepala sekolah, dan merobek kertas bersama Raffa, Dendi, Rizki, dan Bintang.    Ah iya, sepulang sekolah tubuh Nara langsung drop tepat ketika melihat ujian kebencian di bawah kolom komentar video lombanya. Hatinya makin sakit saat tahu bahwa ia telah diel
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-13
Baca selengkapnya

Membaik

Bersama teman-temannya, Nara semakin hari mulai berangsur membaik. Orang-orang yang kemarin mencibir dan menatapnya aneh satu persatu meminta maaf. Nara kembali menjadi pribadi yang ceria. Bersama Erika tentunya.  Hubungannya dengan Raffa, Dendi, Rizki, dan Bintang juga baik-baik saja. Pertemanan mereka semakin erat. Sayangnya perasaan Nara pada Raffa belum juga pudar, malah semakin luas. Nara ingin mengutuk dirinya sendiri karena itu.  Namun, ada yang berbeda dari pemuda itu. Akhir-akhir ini, lebih tepatnya dua minggu belakangan ini Raffa tampak murung. Nara menduga ada hubungannya dengan Thalia. Cewek mirip selebgram itu sudah tidak pernah terlihat lagi di sekolah. Ia seakan menghilang, pindah sekolah mungkin.  Seperti sekarang, di saat yang Dendi, Rizki, Bintang, Geo, dan Erika asyik menikmati waktu sore di rooftop rumah Raffa, si tuan rumah malah menyendiri di sudut- tempat melihat senja di ujung. 
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-23
Baca selengkapnya

One step closer

Kevin mempercepat langkahnya menuju ruang ujian. Keringat mengucur di pelipisnya karena berlari sangat jauh, dari gerbang sampai ke lantai dua. Hari ini dia terlambat sepuluh menit. Ujian sudah dimulai.  Tok! Tok! Tok!  "Permisi, Bu. Mohon maaf saya terlambat." Ucapnya di depan pintu kelas. Seluruh pasang mata menatap ke arah Kevin.  Pengawas ujian hari pertama ini adalah wali kelas mereka sendiri. Jadi sangatlah  mudah mendapatkan maaf. Kevin menghela napas lega saat diperbolehkan duduk di kursi yang sudah dipisah-pisah, diberi jarak. Masing-masing dari mereka duduk dengan adik kelas.  Entah kebetulan atau tidak, Kevin kedapatan duduk di sebelah Nara. Di barisan paling belakang. Seiring mendekat ke kursi, bisa Kevin lihat Nara sedang memberinya senyuman. Ia pun membalas senyum itu.  "Jangan ada yang mencontek, ya. Kerjakan yang jujur." 
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-14
Baca selengkapnya

Kevin dan Nara

Memasuki minggu remidial adalah suatu hal yang paling membosankan dalam hidup Nara. Ini baru hari Senin, tapi rasa bosannya serasa menggerogoti jiwa.  Suatu keberuntungan untuk Nara ketika melihat pengumuman di mading. Di semua mata pelajaran Nara tidak ada yang remidial. Erika pun sama. Mungkin karena mereka berdua belajar bersama mempersiapkan ujian.  Berbeda dengan keduanya, Geovan justru banyak mendapatkan remidi. Mulai hari ini cowok tengil itu disibukkan dengan belajar untuk mengulang ujian. Nilainya benar-benar buruk. Erika lelah mengomeli pacarnya itu.  Sementara itu, Nara dengar Raffa dan teman-temannya harus mengikuti remidi juga di beberapa mata pelajaran. Ya, Raffa bilang, sih, sudah biasa karena di antara mereka tidak ada yang begitu pintar.  Entah sudah berapa kali Nara menghela napas lelah. Tumpukan buku tebal yang dia bawa sangatlah berat. Tadi, ketika melewati rua
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-23
Baca selengkapnya

Putus

"Kok pada diem?" Tanya Raffa sambil mengunyah gado-gado santai. Dua orang lainnya sibuk dengan pikiran masing-masing. Nara yang menetralkan detak jantungnya dan Kevin yang menahan kekesalannya. Pemuda itu membuang muka. "Minggu depan classmeet, kan? Kalian udah persiapkan apa aja?" Nara berusaha mencairkan suasana. "Gue sama tim udah sepakat. Untuk pertandingan kali ini kami gak peduli mau menang atau kalah. Yang terpenting nikmati jalannya permainan. Karena ini pertandingan terakhir kami sebelum lulus." Jelas Raffa. "Lo gimana, Vin?" Nara menatap Kevin yang sedari tadi mengalihkan pandangannya. Ia melihat tangan Kevin yang mengepal kuat. Sebenarnya ada apa? Nara sama sekali tak mengerti. "Gue udah keluar dari tim futsal." Raffa dan Nara serentak menatap si pembicara. "Kenapa?""Males aja. Mau fokus ujian." "Keren." Nara mengacungkan dua jempol untuk Kevin.&nbs
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-05
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status