Home / Romansa / Lima Jari Playboy / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Lima Jari Playboy: Chapter 31 - Chapter 40

44 Chapters

Bab XXX: Menyudahi Luka si Jempol

BRAG!Pintu taksi online ditutup kencang, dan Keanu hanya bisa menganga di depan pintu café and bar Cosmo King. Jasmine menangis dan terus mempertanyakan sikap Cana. Keanu juga sudah tak bisa menahannya saat gadis itu bersikeras ingin datang ke Shooting Range, tempat Cana dan Aubree berada. Kebetulan, tempatnya memang tak begitu jauh dari sini. Kemungkinan setelah shooting, mereka berdua akan mampir ke Cosmo King.“Aduuuuh! Mati! Gue telepon si Cana aja, deh!” berpacu dengan waktu, Keanu segera menghubungi Cana. “Aduuuuh! Rese amat!” dia menggaruk-garuk kepala, kesal karena urusan pribadi orang lain jadi mengacaukan rutinitasnya. “Woy Can!” tanpa menunggu Cana menanggapi panggilan teleponnya, Keanu langsung menyapa begitu nada dering telepon terhenti. “Can, lo lagi di shooting range deket tempat gue, ya? Apa namanya, tuh
last updateLast Updated : 2022-01-05
Read more

Bab XXXI : Jalan di Tempat

Aku menghela napas panjang seraya memasukkan ponsel ke saku celana. Sehabis membalas chat dari Keanu, aku memutuskan untuk menyalakan rokok elektrikku terlebih dahulu. Aku memasuki bar kecil di samping Shooting Range yang biasanya diperuntukkan sebagai ruang tunggu dan merokok. Aku ingin menetralkan pikiran terlebih dahulu sebelum nantinya aku bertemu dengan Aubree. “Cocktail satu,” kuacungkan jari telunjukku kepada seorang pelayan berambut cepak sekaligus bartender. “Mood?” Bartender laki-laki yang bertato sepanjang tangan kanan dan bertindik di bagian alis itu memiringkan kepala, sekaligus menanyakan suasana hatiku saat ini. Mungkin jawabanku akan berpengaruh terhadap minuman yang akan dia suguhi kepadaku. Aku menghembuskan asap rokok elektrik melalui mulut. Aku mengangkat bahu. “Gue bikin satu yang bikin mood lo jadi nggak ancur. Relax,” si bartender menjentikkan jari, “Warna favorit?” “Abu-abu,” jawabku asal. Aku iseng saja menjawab begini karena aku berspekulasi bahwa warna m
last updateLast Updated : 2022-01-10
Read more

Bab XXXII: Sumpah Sesama Perempuan?

Bartender yang ternyata seorang wanita di hadapanku kini hanya memutar-mutarkan lidahnya. Aku sempat melihat ada tindik di atas sana. Berarti, tak hanya alis, hidung, bibir, dan telinganya saja yang dia beri perhiasan perak atau besi itu. Aku juga jadi memperhatikan bagian lengan atas dan pergelangan tangannya. Dia juga membuat tato di sana.“Kok lo jadi memperhatikan gue dari atas ke bawah? Keganggu lo sama tato dan tindik gue?” Bartender itu malah menarik kursi di sampingku. “Apa yang ada di kepala lo itu bener adanya. Gue jadi kayak begini karena mantan cowok gue!”“Heh!” reaksiku hanya menyimpulkan senyum sesaat, “Gue tadinya bodo amat sih sama penampilan lo. Yaaa, sebenarnya bukan bodo amat kayak nggak peduli begitu, tapi gue melihat mentato dan menindik diri lo itu sebagai wujud aktualisasi diri atau ekspresi diri aja. Gue juga nggak beranggapan kalau lo itu adalah orang rusak. Justru, respek gue malah hilang setelah lo n
last updateLast Updated : 2022-01-11
Read more

Bab XXXIII: Single but Taken

Aubree memiliki alasan atas sikapnya yang begitu hati-hati dalam menerima ungkapan hatiku. Aku sendiri merasa sikapnya tak ada bedanya kala sebelum dan sesudah aku menyatakan apa yang kurasakan kepadanya. Saking setiap harinya menuliskan kata, mungkin dia jadi berasumsi bahwa ‘cinta’ yang kuberikan padanya hanya sekedar kata.Mungkin saatnya aku harus memberikan kelonggaran sekaligus jarak kepada Aubree. Bahkan, tak hanya Aubree, tetapi juga semua wanita yang berada di dekatku selama ini. Lama-lama, aku pusing juga menerapkan kategori wanita dalam lima jari. Akhir-akhir ini bukannya merasa menjadi lebih percaya diri dan bahagia, melainkan pusing kepala.“Kalau begitu, aku pulang dulu, ya,” setelah es jeruknya habis, Aubree beranjak dari kursi bar. Aku hanya memperhatikannya, tetapi tak melontarkan kata sedikit pun. Dia memang membawa mobil ke Shooting Range ini.“Oh, oke,” senyumku sedikit memaksa, “Ja
last updateLast Updated : 2022-01-14
Read more

Bab XXXIV : Tebar Pesona yang Diatur

  PRIIUUWIIIT!“Woy, Can!”
last updateLast Updated : 2022-01-19
Read more

Bab XXXV: Telunjuk dan Jari Tengah Baru

“Untuk Rinka dan Theo, hmm….., selamat menempuh hidup baru,” ucap salah seorang tamu di pertengahan sesi santap malam. “Kau dan aku  tercipta oleh waktu. Hanya untuk saling mencintai,” lalu, wanita yang sepertinya adalah adik sepupu Theo itu mulai menyanyi di atas panggung musik. Adik sepupu Theo, si pengantin laki-laki, pada akhirnya mengucapkan selamat di atas panggung lantaran tadi mendapatkan bunga yang dilempar oleh kedua mempelai. Tadinya, aku yang dapat, tetapi karena reaksi orang di sekitarku tampak berlebihan, aku refleks melempar bunga lagi dan ditangkap oleh gadis ini. Sebenarnya, aku tak boleh melemparkannya lagi. Tentunya terkesan kurang menghargai acara. Namun, apa boleh buat? Aku sedang tak minat dengan yang namanya pernikahan. Jika tadi aku mendapatkan bunga itu, maka akan banyak orang yang mendoakanku ke arah sana. Untuk sekarang, aku aminkan saja dulu. Sambil menusukkan popper cheese dan memasukkannya ke dalam mulut, pikirank
last updateLast Updated : 2022-01-27
Read more

Bab XXXVI: Melengking Bersama si Kelingking

“Siapa?! Emma?!” meski sedang berada di sebuah coffee shop umum yang tentu saja tak akan ada seorang wanita bernama Emma, aku tetap merasa panik kala Gwen si Kelingking menyerukannya dalam nada bicara agak meninggi.Deg!Aku tak percaya jantungku berdetak kencang seketika. Hatiku sepertinya sedang tergantung di sosok bernama Emma yang kutemui semalam dalam pesta pernikahan kawanku. Bisa ditebak bahwa setelah aku ditunjukkan dirinya di pesta oleh temanku, tak ada sesuatu yang aku perbuat padanya. Aku hanya memandangnya dari jauh. Dia cukup cantik, menarik, dan tampaknya menyenangkan jika bisa lebih dekat dengannya. Namun, aku punya alasan hanya memandangnya dari jauh.Dalam kamus seorang laki-laki, ah tunggu! Mungkin bukan seorang laki-laki pada umumnya, melainkan segelintir orang dan salah satunya adalah aku, pada hakikatnya, cinta adalah sebuah sugesti yang dapat diciptakan sendiri oleh tiap insan.Lelaki yang dian
last updateLast Updated : 2022-02-03
Read more

Bab XXXVII: Kembalinya si Kuku Alien

Mungkin kau melihatku tak lagi menemukan semarak yang biasanya kutemukan bersamamu di hari-hari yang telah lewat.Aku tak menampik bahwa kau benar.Namun, satu hal yang ingin aku sampaikan kepadamu adalah bahwa aku lebih baik tak lagi menemukan semarak itu dibandingkan harus memasukkanmu lagi di ruangku.Di hari terakhir perpisahan, kau mengatakan padaku bahwa kau akan menungguku sampai aku kembali membuka pintu kebersamaan denganmu lagi.Satu hal yang ingin aku sampaikan kepadamu adalah bahwa setidakenaknya aku di sini, aku tak akan pernah menghampirimu lagi.Jangankan menghampirimu, kau mengetuk pintuku saja mungkin akan tetap kubiarkan masuk, tetapi setelah itu kau punya pilihan untuk keluar lagi.Kau bukan pilihanku untuk mengemis pertolongan. Buat apa menerima kebaikanmu setinggi langit, tetapi setelah itu dihempaskan sampai inti bumi yang kelewat panas? Aku lebih baik berjinjit
last updateLast Updated : 2022-02-08
Read more

Bab XXXVIII: Mencinta Benci

“Saya mau loakin novel-novel yang ditulis penulis Aphrodie. Bisa telepon tukang loak sekarang untuk ambil semuanya di apartemen saya?” Mandy si Telunjuk akhir-akhir ini jarang keluar apartemennya di bilangan Mega Kuningan. Dia sibuk merapikan rak bukunya dan membuang beberapa koleksi bacaannya yang menurutnya tak penting. Beberapa dari bacaan tak penting itu ternyata adalah novel-novel favorit Mandy yang ditulis oleh Aphrodie. Buku-buku itu siap diloakkan dan dia minta tolong asisten rumah tangganya untuk mengenyahkan buku-buku itu dari sini. Asal kau tahu, Aphrodie sesungguhnya adalah novelis kesukaan Mandy si Telunjuk. Menurutnya, Aphrodie tak hanya menuliskan cerita-cerita penuh romantisme dan puitis, tetapi juga nilai humaniora dan wawasan yang begitu luas. Mandy jarang menyukai novel fiksi bergenre romantis. Namun, jika yang menulis adalah Aphrodie, Mandy bisa menghabiskannya dalam waktu kurang lebih seminggu.
last updateLast Updated : 2022-02-10
Read more

Bab XXXIX: Labirin Aphrodite

 Waktu yang kunantikan akhirnya menghampiri juga. Di hadapanku, duduklah Aubree beserta dengan notes dan pulpennya. Dia mengatakan bahwa dirinya akan melanjutkan pembahasan mengenai launching novel terbarunya. Tak hanya itu saja. Dia juga melanjutkan risetnya mengenai kisah-kisahku selama menjadi playboy untuk kepentingan novelnya tersebut.            “Aubree! Jadi? Kamu hubungi aku lagi, karena kepentingan-kepentinganmu ini?” tempat yang dipilih Aubree untuk bicara empat mata denganku malam ini bukan di Cosmo King. Dia memilihkan sebuah café yang begitu tenang, sejuk, dan memperdengarkan lagu-lagu Jazz di speaker-nya.            Aubree mengaduk secangkir teh yang dipesannya dengan kayu manis. Dia belum menjawab pertanyaanku, tetapi senyum lebar terlanjur te
last updateLast Updated : 2022-02-15
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status