Home / Romansa / Two Seasons of Marriage / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Two Seasons of Marriage: Chapter 31 - Chapter 40

46 Chapters

Kelicikan Nayya

Pengintaian Nayya selama dua Minggu tak membuahkan hasil sama sekali. Tak ada tanda-tanda seorang wanita muda memasuki kafe yang terletak di ujung jalan dekat mall dengan ciri-ciri sama dengan Lily. Tak ada sama sekali. Nayya pun geram. Akhirnya, ia masuk ke dalam kafe tersebut dengan niat ingin mencari informasi lebih akurat. Siapa tahu saja Lily sedang menyamar di sana. Hampir satu jam Nayya duduk sambil menunduk memperhatikan setiap pengunjung yang datang. Berkali-kali ia mendesah kesal saat melihat ke arah pintu, bukan seseorang diharapkannya yang muncul. Tak patah semangat, ia akhirnya mencari sebuah ruangan yang pastinya itu adalah ruangan rahasia pemilik kafe ini. Bibirnya tersenyum saat menemukan tempat yang dimaksud olehnya. "Ah, instingku tepat kali ini." Nayya pun membuka pintu ruangan yang ia temukan tadi. Perlahan ia masuk lalu kemudian duduk di sofa sebelah pintu. Ruangan nyaman ini penuh dengan aneka foto dan lukisan dinding. Mata Nayya menelusur sekeliling hingga
last updateLast Updated : 2023-01-18
Read more

Bertemu Nayya

Berkat informasi yang diberikan oleh salah satu temannya, Nayya berhasil mendapatkan alamat rumah sahabat Tya. Rumah sederhana yang cukup besar dengan lingkungan asri. Nayya tersenyum licik saat memandangi rumah itu. Satu langkah lagi, ia berhasil menemukan Lily yang bersembunyi di dalam sana. "Tidak sabar melihat reaksi Lily. Apakah dia akan melotot atau kebingungan? Rayyan, suamiku yang malang. Kenapa kamu tidak cerdas sih? Kalah sama aku yang hanya lulusan SMA," gumam Nayya dengan suara pelan. Ia pun turun dari mobil mewahnya dan masuk ke halaman rumah Tya tanpa permisi. Kebetulan, pagar rumah Tya tidak terkunci dan Nayya menyelinap masuk tanpa ada yang tahu. Nayya melepas kacamatanya dan berdiri angkuh di depan pintu rumah bergaya minimalis itu. Bibirnya tersungging ke atas mengejek si pemilik rumah dalam angannya. "Rumah seperti ini, pasti sangat mudah dibeli oleh mas Rayyan." Nayya mengetuk pintu rumah Tya dua kali. Ketukan yang ketiga, seseorang membukanya dari dalam. Nayy
last updateLast Updated : 2023-01-26
Read more

Mengendap

Bagas berjalan mondar-mandir di pekarangan rumah Tya sambil bergumam sendiri. Alisnya berkerut, dahinya pun sama meninggalkan bekas parut tanda ia memikirkan sesuatu. Peristiwa tadi pagi membuatnya tersadar, Lily terancam bahaya. "Tidak bisa, dia harus segera pindah dari sini. Malam ini juga." Bagas pun kembali masuk ke dalam rumah mencari keberadaan Lily. "Lily mana?" Bagas mencari ke sekeliling rumah dan tak menemukan siapa-siapa di sana. "Kemana dia?" Bagas mencari lagi ke belakang rumah. Ia pun bernafas lega saat melihat sosok Lily yang sedang menggendong anaknya. "Lily..." Mendengar panggilan Bagas, Lily pun menoleh. Bagas segera berlari ke arahnya. Ia membungkuk di hadapan Lily sambil memegang kedua tangannya. Lily yang sedang menggendong bayinya sedikit tersentak kaget karena perlakuan Bagas yang tiba-tiba. "Ada apa?" "Pindah ke rumahku untuk sementara. Aku—" belum selesai bicara, Lily menginterupsi kalimat Bagas dengan gelengan kepala. "—kenapa?" "Aku bisa hadapi. Kamu
last updateLast Updated : 2023-01-27
Read more

Rencana Bagas

Rayyan kembali ke kantornya dengan keadaan tak tenang. Ia kembali memikirkan perbincangan dirinya dan Bagas tadi pagi. Tentang niat Lily dan Bagas yang akan menikah, tentang anak yang dibicarakan juga oleh Nayya, tentang kemungkinan dirinya tak bebas bertemu dengan anak-anaknya kelak. Kembali ia merenungi, sejauh apa ia terlalu banyak melangkah maka yang ia lakukan kali ini sangatlah fatal. Ia menyesal membuang berlian semahal Lily hanya untuk meraih perak di depan matanya. Pikirannya yang kalut ternyata membawa perubahan pada sikapnya di depan anak buah. Berkali-kali ia salah menangkap maksud sekretarisnya. Beruntung ada Abi yang siap mendengarkan keluh kesah sang sekretaris. "Sedang memikirkan apa? Pekerjaan yang kau lakukan salah semua." Abi datang, duduk dengan angkuh di depan Rayyan yang masih terdiam sejak ia datang. "Aku akan mengadukan pada—" "Jangan bertingkah menyebalkan hari ini. Aku sedang tidak ingin berkelahi," jawab Rayyan yang ditanggapi tidak suka dari Abi. "Kau
last updateLast Updated : 2023-01-31
Read more

Rahasia di balik pernikahan

Hari pernikahan pun tiba. Bagas dan Lily dipersatukan kembali menjadi sepasang kekasih lalu menikah atas nama cinta. Keduanya tertawa bahagia saat mereka telah sah menjadi pasangan suami istri yang seharusnya mereka rasakan sejak dulu. Jodoh memang tak pernah kemana tapi dia ada dimana kau membutuhkannya. Sekian tahun Bagas sabar menjalani kisah cintanya yang berliku-liku, kini semuanya terbayarkan setelah ia berhasil melewatinya. Cinta pertama dan terakhirnya untuk Lily terjawab sudah. "Selamat ya, Lily sayang. Semoga langgeng." Tya mengucapkan selamat pada sahabatnya yang kini berdiri di pelaminan menyambut tamunya. Ia tersenyum bahagia melihat Lily kembali tersenyum setelah duka yang menyelimutinya satu tahun lalu. "Terima kasih Tya." Berbagai ucapan selamat pun mengalir untuk Lily, tak terkecuali dari Rayyan yang terdiam di balik kemudi depan gedung acara pernikahan. Ia datang bersama Abi dan telah berjanji untuk tidak mengacau jalannya acara pernikahan termasuk mengucapkan se
last updateLast Updated : 2023-02-01
Read more

Pergi sementara

Rayyan dan Abi seperti biasa bertemu di ruang rapat sebelum membahas pekerjaan setiap harinya. Abi sering memberi Rayyan wejangan seputar kepemimpinan yang akan ia pegang nantinya sebelum dirinya lepas jabatan. Di tengah perbincangan, tiba-tiba saja ponsel Abi berdering. Abi melirik nama pemanggilnya dan ternyata adalah Lily. "Halo Lily, apa kabar?" sapa Abi. Lily pun menjawab, "Kabar baik Abi. Aku hanya ingin bilang, kalau aku akan pulang kampung bersama Bagas untuk sementara. Dia selalu mengajak aku ke Bandung. Mengenai isi flashdisk yang kau berikan kemarin, apakah ada kemungkinan aku bisa bertemu keluarga Ardiwira?" Abi melirik ke arah Rayyan yang terdiam menatap dirinya. Dahinya berkerut, mencoba memahami apa yang sedang dibicarakan oleh si penelpon. "Kamu pikirkan kembali saja, aku tak pernah memaksanya." Abi kembali melirik Rayyan. Ia ingin bicara banyak tapi Rayyan sepertinya sedang menunggu dirinya bicara. "Aku sudah pikirkan baik-baik. Nanti setelah aku pulang dari Ban
last updateLast Updated : 2023-02-09
Read more

Mencari tahu

Rayyan tanpa terduga nekat mendatangi rumah Tya dengan membawa bungkusan yang berisi perlengkapan bayi. Ia berdiam diri cukup lama hingga akhirnya Tya datang dari arah berlawanan lalu masuk ke dalam rumah seperti biasa. Rayyan menghadang jalan Tya dan meminta sahabat Lily untuk berhenti sejenak. "Tya, Lily masih ada di dalam? Aku ingin—" Tya berbalik. Dilihatnya wajah datar Rayyan dengan sedikit guratan di dahinya. Rayyan terlihat lebih tua dari usia aslinya. "Sayang sekali. Lily sudah pergi sejak siang tadi." Jawaban Tya membuat bahu Rayyan merosot. Ia seperti kehilangan semangat hidup. Ia berbalik hendak pergi dari rumah Tya, kembali pulang ke rumahnya. Namun belum sampai lima langkah, Tya memanggilnya. "Kau mau menitipkan sesuatu untuknya?" tanya Tya dengan suara lantang. Rayyan berhenti lalu perlahan berbalik. Ia mengangguk pelan dan senyumannya pun mengembang. "Titipkan saja padaku. Asal bukan makanan, aku bisa antarkan di akhir pekan." "Aku membawa pakaian dan perlengkapa
last updateLast Updated : 2023-02-12
Read more

Ancaman

Keadaan rumah tangga Lily berjalan dengan bahagia. Ia bersama orang yang tepat, Bagas. Pria yang dulu adalah mantan kekasihnya itu amat sangat mencintai Lily hingga rela menunggunya pisah dari Rayyan dan akhirnya menikah dengannya. Dulu sebelum Lily bercerai dari Rayyan, Bagas pernah punya firasat jika suatu hari nanti wanita kesayangannya itu akan kembali ke pangkuannya. Ia yakin dengan hal itu. Kini, firasat itu terbukti menjadi kenyataan. Lily resmi menjadi istrinya walau harus dengan status berbeda. "Kamu kapan pindah permanen ke Bandung?" tanya ibunda Bagas yang sudah tujuh kali terus menanyakan hal yang sama. Bagas melirik Lily yang nampak tak peduli dengan pertanyaan untuk suaminya. "Heh, ditanyain kok diam saja?" "Belum ada izin penuh dari kantor. Bagas masih diperlukan di Jakarta. Mungkin hanya tiga hari dalam seminggu berada di Bandung," jawab Bagas setengah tak percaya diri karena ucapannya. "Kalau gitu, jangan ajak Lily bolak-balik Jakarta Bandung. Biar dia menetap di s
last updateLast Updated : 2023-02-13
Read more

Ikut campur

Nayya berdecak kagum saat mematut di depan cermin. Pakaian dan riasan yang ia kenakan tak hentinya ia puja setinggi langit. Begitu pula dengan perhiasan yang juga dikenakannya. Semuanya model terbaru dan terbaik yang pernah ia miliki. Cantik dan juga berkelas. "Bagaimana, Mas? Bagus bukan?" tanya Nayya memamerkan kalung dan juga cincin permata yang belum pernah dilihat kepada Rayyan suaminya. "Bagus," jawab Rayyan malas. Pria itu mengangkat tubuhnya dan berjalan bagai tak ada gairah hidup. Perlahan tubuh itu menghilang masuk ke kamar mandi dan Nayya hanya memandanginya dengan wajah tak peduli. "Nanti jemput aku di tempat biasa ya sayangku. Aku mau pergi dulu." Nayya berteriak dari luar. Rayyan tak menjawabnya. Nayya pun berteriak lagi, "Sayang, kamu dengar kan apa yang aku katakan?" "Aku ada rapat sampai malam. Minta bantuan supir papa saja," balas Rayyan. Nayya menghentakkan kakinya. Ia kesal. Niatnya menyuruh Rayyan untuk menjemput karena ingin ia pamerkan ke teman-temannya. La
last updateLast Updated : 2023-02-15
Read more

Interogasi

Rayyan mendengus kesal. Tangannya ditarik masuk ke dalam sebuah toko besar bertuliskan nama merk pakaian terkenal yang menjadi kesukaan Nayya. Ia berdiri mematung di depan sebuah etalase pakaian tanpa bergeming sedikitpun. Sedangkan Nayya berjalan kesana kemari mencari sesuatu yang sepertinya tidak ada di toko itu. "Aku harus kembali ke kantor sore ini. Ada rapat besar menanti. Kalau kamu masih ingin belanja, aku berikan saja kartu kreditnya. Kamu belanja sendiri," keluh Rayyan. Ia membuka dompet lalu menyerahkan begitu saja kartu kredit miliknya kepada Nayya. Namun anehnya, Nayya menolak dan mengembalikan lagi kartu kredit itu. "Yang aku butuhkan bukan kartu kredit kamu, Mas. Kamu sadar tidak? Kamu jarang ada waktu sama aku." Nayya bersuara sedikit keras hingga pengunjung toko menoleh pada mereka berdua. "Tapi tidak dengan hari kerja." "Hari libur juga kamu tidak pernah ada waktu untuk aku. Beberapa bulan kamu selalu pergi ke luar rumah saat akhir pekan. Apa kamu pikir aku tidak
last updateLast Updated : 2023-02-19
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status