All Chapters of Sang Pewaris Pertama: Chapter 861 - Chapter 870

Pria botak itu mengerutkan keningnya dan mencibir sambil mengancam,“Anak muda, apakah kamu tahu dimana ini? Kamu berani menolak membayarnya? Percaya atau tidak, aku akan melemparkanmu ke sungai bersama ibu mertuamu!”Mendengar ancaman itu, Martha tidak bisa lagi duduk diam. Dia bangun dengan cepat dan berteriak pada Philip,“Philip, kamu punya uang sekarang, jadi mengapa kamu tidak memberikannya? Apakah kamu benar-benar ingin melihatku dibuang ke sungai?”Martha sangat marah. Philip, si brengsek ini benar-benar menolak membayarnya?Tidak bisakah dia mengatakan bahwa tidak ada yang akan meninggalkan tempat ini tanpa membayar?!“Diam!”Philip berbalik untuk memelototi Martha dan berkata,“Kaulah yang berhutang uang kepada mereka. Mengapa aku harus membayarnya? Jika kamu ingin pergi dari sini dalam keadaan utuh, maka diamlah!”Dengan kalimat itu, Martha pun menelan kalimat berikutnya.Ya, hidupnya ada di tangan Philip sekarang.Jika dia memprovokasinya sekarang, semuanya akan berakhir untuk

Philip berkata dengan acuh tak acuh,“Kamulah yang mengatur penipuan ini, jadi tentu saja aku harus mengalahkanmu di permainanmu sendiri.”Ekspresi Baloo tenggelam saat dia berkata dengan dingin,“Mengapa aku harus mempercayaimu?”100 miliar. Jika itu benar, dia akan menghasilkan banyak uang!Philip tidak menjawab tetapi memutar nomor dan melemparkan teleponnya ke Baloo. “Apakah kamu tahu Theo Zander?”Theo Zander?Dia dan Theo tidak pernah bertemu.Baloo terkejut dan berkata dengan cemberut,“Apa maksudmu?”“Kamu akan mengetahuinya saat mengangkat telepon itu,” kata Philip dengan tenang.Baloo menjawab panggilan itu dan suara Theo terdengar dari ujung sana,“Baloo, aku akan menjamin Tuan Clarke.”Theo Zander benar-benar menjamin si berandalan ini!Baloo tiba-tiba panik. Siapa pemuda ini?Dia menatap bandar itu. Keduanya bertukar pandangan sekilas dan artinya cukup jelas.“Oke! Buka!” Baloo meraung.“Aku ingin melihat di mana kamu bisa mendapat kepercayaan diri untuk bertaruh angka kecil!”

Kakek buyut?Philip mengambil kotak brokat kecil dari tangan Cynthia, meliriknya, dan membukanya.Philip terkejut!Ini dia!Dia dengan cepat menutup tutup kotaknya, menatap Cynthia dengan bingung, dan bertanya, “Bagaimana kabar kakek buyut?”Cynthia menggelengkan kepalanya dengan ekspresi campur aduk dan tak berdaya di matanya. Dia berkata,“Kesehatan kakek buyut telah memburuk baru-baru ini. Dokter mengatakan tidak ada banyak waktu tersisa. Dia ingin menemuimu.”“Oke, aku akan mencari waktu untuk pergi ke Fernvale.”Philip terdiam sejenak dan mengangguk sebagai jawabannya.Dia juga ingin tahu tentang kecelakaan ibunya. Mungkin kakek buyut tahu sesuatu.“Ngomong-ngomong, tuan muda ketiga dari keluarga Hane, Klein Hane, akan datang malam ini. Menurut sumber yang dapat dipercaya, alasan pertama kedatangannya adalah untuk kedua keponakannya, dan yang lainnya adalah untuk kamar dagang bawah tanah. Kamu harus bersiap-siap.” Cynthia mengingatkannya.Tuan muda ketiga dari keluarga Hane, Klein

Pada saat ini, Klein benar-benar tidak bisa mengendalikan dirinya lagi dan nada suaranya menjadi jauh lebih dingin. Philip telah mempermalukannya berulang kali. Itu benar-benar menjengkelkan!Wynn hanya duduk di sana dengan tenang dan tidak punya niat untuk campur tangan sama sekali. Dia sepertinya mengerti apa yang akan dilakukan Philip.Ketika mereka pertama kali masuk, seluruh ruangan pribadi itu didominasi oleh Klein Hane. Sekarang, situasinya benar-benar terbalik dengan Philip yang memegang kendalinya sekarang. “Haha, Tuan Hane, jangan marah. Aku hanya orang yang tidak berbudaya. Mari berhenti bertele-tele dan berbicara langsung pada intinya.”Philip melirik sekilas ke wajah Klein yang cemberut dan berkata,“Tuan Hane, kurasa kita tidak perlu menyebutkan tujuan sebenarnya dari undangan makan malam ini. Semua orang seharusnya sangat menyadarinya. Karena kita semua sama, mengapa terus membuang-buat waktu di sini? Bukankah lebih baik kita langsung ke topik utama?”Klein menatap Phili

Setelah mendengar ucapannya, Philip memutuskan untuk tidak pergi. Dia menarik kursi, duduk, dan berkata,“Sepertinya kamu memiliki keluhan yang tidak terucapkan. Katakanlah. Aku mendengarkan.”Klein berkata dengan sungguh-sungguh,“Sederhana saja. Kamu harus menerima hukumannya.”“Apakah aku mendengarnya dengan benar?”Philip tertegun selama beberapa detik ketika mendengar kata-kata itu. Kemudian, dia berkata dengan ekspresi mengejek,“Apakah kamu berbicara kepadaku tentang hukuman? Dalam hal ini, aku percaya bahwa keponakanmu yang tidak berguna itu seharusnya sudah ditangkap sejak lama.”Klein mengerutkan kening dan menjawab,“Kamu tidak perlu khawatir tentang itu. Jika kamu melakukan kejahatan, kamu harus menanggung konsekuensinya.”Dia tahu dalam hatinya bahwa meskipun keponakannya mungkin berperilaku buruk, dia tetap keponakannya. Sebagai pamannya, dia harus membalaskan dendamnya!Philip menggelengkan kepalanya tanpa daya atas desakan Klein.“Apakah masalah ini salahku atau kesalahan k