Setelah sarapan pagi, Mas Wira langsung beranjak ke kamarnya. Aku menarik tangannya, menahan langkah Mas Wira. “Mas, kita ke museum cokelat yuk.” Baru saja Mas Wira membuka mulutnya untuk menjawab ajakanku. Papa Mas Wira tiba-tiba nyeletuk dari belakang kami. “Setujui aja maunya Fita, Mas. Sekalian kan jalan-jalan.” Aku mengerjap-ngerjapkan mataku. Tumben-tumbenan Papa Mas Wira bersuara, biasanya diem-diem bae kayak lagi sakit gigi. Ini lagi nggak berhalusinasi, kan? Mas Wira menatapku dengan tatapan pasrah. “Iya, Pa.” jawabnya singkat banget. Walaupun singkat, nggak bisa dipungkiri sih aku langsung tersenyum senang. Aku otomatis beryeay ria. “Hafiz i
Huling Na-update : 2021-05-18 Magbasa pa