Beranda / Romansa / SUNNY / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab SUNNY : Bab 11 - Bab 20

27 Bab

BAB 10

Ku rebahkan tubuhku ke ranjang nyaman di kamarku. Aku bersiap untuk tidur dan meletakkan hp di atas nakas sebelah tempat tidur. Aku memejamkan mata menuju dunia mimpi. Suara notifikasi pesan masuk dari hp ku berbunyi. Ku raba atas nakas untuk mengambil hp dan mengecek pesan.'Hi, Rain. udah tidur'Pesan dari mas Raka.'Ni otw pulau kasur mas' balasku. Tak berapa lama pesan baru masuk.'Besok mau jogging bareng gak? keliling komplek atau taman juga boleh'Ni ngajak ngedate atau apaan ya? kok ngajaknya jogging tapi cuma keliling komplek atau taman. Apa gak ada tempat romantis? ah, aku lupa kalau cowok yang lagi chating denganku ini ANTI ROMANTIC MAN. Aku akan ganti nama kontaknya menjadi anti romantic man mulai saat ini.Me : ' Terserah mas Raka aja. asal bilang jam berapa sama ketemuan dimana. maklum aku suka molor bangun kalau hari minngu, sebenarnya tiap hari juga sih hehehe' Anti Romantic Man : 'Jam 6 aku jemput di rumahm
Baca selengkapnya

BAB 11

Beberapa hari setelah aku dan mas Raka jogging bersama, mas Raka mengirim pesan mengajakku untuk makan siang bersama di  sebuah restoran. Dan tentu saja mas Rakaa sudah mempunyai izin dari Papa dan Eyang. Aku berasa seperti kendaraan saja yang harus memiliki izin jika ingin di ajak jalan. Aku bersiap mematutkan diri di depan cermin melihat penampilanku apakah sudah rapi atau ada yang kurang. Ini kan pertama kalinya aku diajak makan sama cowok jadi sebisa mungkin jangan sampai malu maluin. "Rain, cepat turun ke bawah sampai malam pun kalau tetap menatap cermin itu, kalian tidak akan jadi pergi untuk makan siang" Eyang berkacak pinggang di depan pintu kamarku yang ku buka sejak tadi. Aku tersenyum pada Eyang. "Bagus gak Eyang? " Sambil ku memperlihatkan sisi samping kiri kanan juga belakang bajuku. Dress warna biru selutut dengan lengan pendek yang kupadankan dengan flat shoes. "Dandananmu sudah oke Rain. Hanya percaya dirimu saja yang kura
Baca selengkapnya

BAB 12

Setelah beberapa hari tak ada kabar dari mas Raka, hari ini tiba tiba dia sudah datang ke rumah di saat aku masih tidur karena hari ini minggu. Aku harus menikmati sisa kebebasan bangun siang seperti ini karena sebentar lagi aku akan kuliah yang mana jadwal bangun pagi jadi kewajiban walau mungkin tak setiap hari. Dengan drama di bangunin Eyang tadi pake acara di semprot sprayer air dan aku yakin itu sprayer tanaman yang ada dalam ruangan, pagi seperti Eyang slalu mengurus tanamannya. "Mas, kalau kesini pagi tu kirim pesan dulu sebelumnya jadi aku gak harus terpaksa bangun kayak sekarang ini" Aku ikut bergabung dengan Papa dan mas Raka di sofa ruang tamu. Aku tak melihat Eyang ada disana, aku rasa Eyang pasti masih melanjutkan bertanam dan berkebun. "Rain, Apa kamu tidak tahu jam berapa sekarang ? ini sudah jam 10 lebih dan anak gadis baru bangun dan bilang ini masih pagi?" Aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. 
Baca selengkapnya

BAB 13

Aku berpamitan pada Eyang pagi ini untuk lari pagi keliling komplek seorang diri. Meski diawal Eyang melarangku tanpa pengawal, Aku mencoba melobi Papa untuk membujuk Eyang agar memberi izin. Setelah melalui perdebatan yang alot akhirnya  aku diberi izin juga untuk lari keliling komplek sendiri. Aku heran dengan Eyang yang terlalu takut banyak hal padaku, bukankah aku sudah dewasa secara umur. Apalagi sebentar lagi aku juga akan menjadi mahasiswa, bukankah itu sudah membuktikan bahwa aku bukan anak kecil lagi.   Sebenarnya aku punya rencana lain, tujuanku bukan untuk mengelilingi komplek pagi ini, tapi ingin bertemu Rara. Sudah hampir dua minggu aku tak dapat kabar dari Rara. Aku kirim pesan tak di balas begitu juga saat aku telepon, tak bisa aku hubungi. Jika bertanya kenapa aku tak langsung meminta izin pada Eyang untuk ke rumah Rara? Jawabannya adalah Eyang akan marah yang otomatis aku tak di beri izin untuk bertemu Rara. Tapi anehnya tiap Rara datang&nb
Baca selengkapnya

BAB 14

Sekitar jam tujuh malam mas Raka telah tiba di rumah untuk menjemputku. Mas Raka mengajakku makan malam di restoran terkenal, dan kali ini bukan restoran Jepang kesukaannya."Setelah kita makan nanti, mas mau ngajak Rain ke suatu tempat" Aku menoleh ke arah mas Raka yang sedang fokus menyetir."Memang mau kemana sih?" Tanyaku penasaran. "Rahasia" Aku menatap sebal ke arah mas Raka. "Nyebelin deh..." rungutku."Ntar juga tahu setelah kita sampai tempatnya" Aku tak bersuara lagi hingga kamin sampai restoran yang kami tuju.~ ~ ~ ~ ~Di restoran ini punya banayk varian makanan mulai dari lokal hingga manaca negara. Mas Raka menyodorkan buku menu ke arahku. Setelah memilih menu, kami di suruh untuk menunngu beberapa saat. Dan aku masih melanjutkan acara diamku."Masih ngambek ya sama mas?" Aku tak menghiraukan mas Raka."Jangan ngambekan entar cantiknya luntur gimana?" Aku menatap ke arah mas Raka dengan senyum segaris. Sejak kapan Anti R
Baca selengkapnya

BAB 15

Rara berlari kearah belakang rumah hantu, semakin aku mengikutinya semakin gelap rasanya. Aku berhenti ketika sekelebat bayangan seperti ingatanku atau entah apa ini. Aku melihat diriku dengan versi yang lebih kecil beberapa tahun dari sekarang berlari seperti di kejar orang dan aku terjatuh karena tersandung akar pohon yang tak terlihat jelas, penerangan yang samar samar menandakan tempat ini jauh dari pemukiman atau pun keramaian. Aku yang terlihat di depanku saat ini berusaha untuk berdiri sekuat tenaga. Meski lututku berdar@h tapi masih berusaha berlari kembali. Suara berisik ranting patah, langkah kaki yang semakin dekat, membuat jantungku berpacu dengan cepat seakan aku ikut berlari bersama aku yang aku lihat di depanku ini. Apa ini ingatanku. Aku tak mungkin ada di tempat seperti ini. Jika benar itu aku, bagaimana aku bisa dalam keadaan di kejar seperti itu?. Aku melihat aku di bayangan itu terjatuh untuk yang kedua kalinya, luka sebelumnya membuat kakiku tak bis
Baca selengkapnya

BAB 16

Aku terbangun dengan nafas tersengal sengal, seperti orang sedang berlari. Mencoba menenangkan diri dan mengatur nafas. Aku tak mengingat mimpi apa yang aku alami, apa ini ada hubungan dengan kejadian aku pingsan di taman hiburan.Hari sudah mulai gelap saat aku melihat kearah luar jendela, berarti aku sudah tidur cukup lama. Rasanya lapar sekali. seharian tidur tanpa makan membuatku lemas juga. Aku turun menuju ruang makan. Ini belum masuk jam makan malam, makanya tak ada apa apa di meja makan. Ku langkahkan kaki menuju dapur, beberapa asisten yang bekerja disini menyadari keberadaanku. "Cari apa non?" Tanya bi Santi. "Hhmm ada makanan yang bisa Rain makan gak, bi? Rain laper banget"  sambil aku tersenyum padanya. "Non tunggu saja di meja makan, sekarang bibi siapkan makanannya". "Makasih ya bi"Tak berapa lama aku duduk di meja makan, Bi Santi membawa dua piring makanan dan . "Wah, baunya enak banget, makasih ya bi". "Non Rain kayak apa aja, ini kan
Baca selengkapnya

BAB 17

"Rain?!"  Aku menoleh ke belakang, Sekertaris mas Raka yang aku ingat namanya "Mas Rendy?". Mas Raka memperkenalkan kami satu sama lain ketika aku di ajak mas Raka ke kantornya dulu. "Kamu ngapain kesini Rain? Mau ketemu Raka?" Tanya-nya yang membuat aku langsung menganggukan kepala. Dengan kode mas Rendy menyuruh dua security untuk melepaskan tanganku yang tadi di tarik mereka. Dengan cepat aku berlari kearah mas Rendy. "Aku ada urusan di luar, Kamu naik saja di lift ini" mas Rendy mengantarku pada lift khusus, di atas pintu lift tertulis 'CEO only' eh... aku tak yakin boleh memakai lift ini. "Apa gak pa- pa aku pake lift ini mas?" Tanyaku dengan raut wajah tak yakin. "Masuk aja Rain, kemudian tekan lantai paling atas. Kamu mas ingatkan ruangan Raka?" Aku harus mempercepat langkahku , sebelum para bodyguard yang lebih dulu menemukanku sebelum Aku menemukan mas Raka. "Rain masih ingat, Thanks ya mas Rendy. Hati hati di jalan" Aku segera menutup pintu lif
Baca selengkapnya

BAB 18

Suara detak jantuk dari patient monitor terdengar pertama kali di indraku. Aku yakin berada di Rumah Sakit dari bau yang menyeruak ke indra penciumanku juga warna ruangan yang dominan putih ini."Rain? Apa sudah bangun?" Ku lihat Papa bertanya menatapku di sampingnya ada Eyang juga. Ingin rasanyamenjawab namun tiba tiba rasa sakit menyerang kepalaku. Refleks ku pegang kepalaku. Aku yakin kain yang melilit din kepala ini adalah perban.Seorang dokter dan suster datang mendekati ku. Mereka memeriksa mata dan juga tubuhku. Kemudian Dokter mereka mengobrol dengan Papa dan juga Eyang."Jika ada yang sakit atau tidak nyaman bilang saja ya?" Itu yang di ucapkan Dokter sebelum keluar ruangan. Aku hanya memberikan anggukan sebagai jawaban."Pa.... Rain kenapa?" Papa mengernyitkan dahi menatapku. "Kamu gak gak pa pa kok Rain. Apa ada yang sakit?" aku mencoba mengumpulkan tenaga unuk berbicara."Pa, Apa Rain tidak waras atau sakit jiwa?" suaraku semakin lirih
Baca selengkapnya

BAB 19

Hari ini Papa menyuruh mas Raka datang menemuiku. Alasanku ingin bertemu mas Raka karena ingin meminta maaf tentang kejadian di taman hiburan dan aku datang ke kantornya hingga terjadi kecelakaan, Karena aku tak mungkin keluar jadilah mas Raka yang datang ke rumah sakit. Sekitar jam sepuluh siang mas Raka datang.  "Hai... Rain" sapa mas Raka sambil mengangkat tangan. Terlihat kaku saat mas Raka mengucapkan sambil memandang ke arahku juga ke arah Papa yang duduk di sofa sedang menontoh tv. Tadi mas Raka memasuki kamarku bareng Papa. Entah kebetulan atau Papa berbicara dulu dengan mas Raka. Ku lihat bibir mas Raka terluka dan sedikit memar yang masih tertinggal di wajah putihnya. "Pa... Papa gak maksud mau jadi pengawas Rain kan? Rain mau ngobrol berdua sama mas Raka doang loh Pa? boleh kan? Rain gak akan kabur kok" Aku menoleh ke Papaku yang seakan tak peduli dengan ucapanku. di anggap angin lalu atau radio rusak aku ini. "Pa.... please. bentar doang kok"
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status