Semua Bab Budak Cinta Mrs. CEO: Bab 21 - Bab 30

53 Bab

Gelang Besi

Sebuah pemandangan yang mencengangkan kembali muncul dari arah tangga. "Hart ...?" decak Liana penuh tanya, situasi yang ia lihat menjadi pukulan tersendiri baginya. Hart turun dari lantai dua dengan pengawalan dan borgol melingkar pada pergelangan tangan. Liana berdiri, setiap orang menoleh ke arah tangga setelat melihat ekspresi kaget yang terpampang pada wajah wanita cantik itu. Ali sama terkejutnya, gelang besi yang dikenakan Hart jelas menandakan jika pemuda itu telah melakukan sesuatu yang salah. Tidak ingin menebak-nebak dan menyimpulkan sendiri. Ali langsung bergegas ke arah mereka, menunggu di ujung tangga dengan deretan pertanyaan dalam kepala. "Apa dia dalangnya?" lirih Viana yang belum mampu berdiri. Dalam hati ia ingin sekali melayangkan tamparan telak pada wajah tegas Hart. "Aku tidak tahu, tapi tangannya diborgol," jawab Riana yang masih duduk di samping Viana, tidak ingin meninggalkan adiknya sendiri di teng
Baca selengkapnya

Tipu Daya Hart

"Jika saja Liana belum memberimu tamparan, maka saya pastikan tanganku ini yang akan melakukannya. Apa mungkin kau telah tahu rencana pembunuhan ibu dan mengatur pembunuhanku?" Kini giliran Viana yang melontarkan pertanyaan sulit, lebih terdengar seperti sebuah tuduhan."Maaf, Nona. Sepertinya dia hanya bertindak sebagai informan. Kami telah melucuti alat komunikasi satu arah yang dia gunakan.""Kalau begitu, cepat bawa dia pergi dan jebloskan ke dalam sel tahanan! Atau tembak mati saja sekalian," kata Viana begitu kesalnya.Apa yang disarankan Viana tidak mungkin dilakukan saat itu, terutama tentang menembak mati Hart."Kami tidak bisa membawanya pergi sebelum Isac dan timnya kembali. Jika sebuah kelompok menghadang, kemungkinan kami tidak akan bisa melawan dengan jumlah yang terbatas," jelas detektif yang bertubuh tinggi."Kami butuh sebuah ruangan untuk menahannya sementara, ditakutkan dia akan berontak atau kabur saat kita sedang lengah,"
Baca selengkapnya

Rencana Melarikan Diri

"Siapa kau?" tanya Hart menatap heran.Namun, pertanyaan Hart hanya dibalas senyuman, wanita itu sekilas menatap wajahnya lalu kembali fokus membuka borgol.Dia mahir, hanya butuh beberapa detik saja untuk melepas borgol dari tangan Hart."Sekarang, kau bisa bergerak leluasa. Aku Aura."Aura menggantung borgol di depan wajah Hart dengan jemarinya, memiringkan kepala dan tersenyum pada Hart.Meski dengan tangan diborgol, seharusnya pemuda itu masih bisa kabur, meskipun hal itu akan memperlambat larinya."Apa rencanamu?" tanya Hart."Tentu saja mengeluarkan kamu dari sini.""Tidak semudah itu, aku tahu di depan ada seseorang yang berjaga.""Akan kualihkan perhatiannya. Saat itu keluarlah lalu segera masuk ke dalam salah satu kamar pengawal. Kamar-kamar itu memiliki jendela, kau bisa keluar dari sana," tutur Aura menjelaskan rencananya."Bagaimana denganmu?""Begitu kau masuk ke kamar pengawal, akan kual
Baca selengkapnya

Penyamaran

Lalu kenapa Seth menuruti permintaan Hart untuk membuka borgolnya tanpa ada penolakan sedikit pun?Vin juga tidak mencegah tindakan yang dilakukan rekannya."Jadi ... kalian ingin mendengarkan yang mana dulu?""Tentu saja kami ingin informasi," tegas Seth."Kalian tidak ingin mendengar permintaanku dulu?" tawar Hart. Ia berdiri, membersihkan debu yang penempel pada bagian belakang celananya."Baiklah. Katakan keinginanmu!" Seth tidak ingin debat dan tawar menawar dengan Hart."Pelayan yang mengantarkan minuman untukku namanya Aura. Aku minta kalian melepaskan dia.""Artinya kecurigaanku tidak salah," ujar Vin, menatap Seth dan Hart bergantian."Kau punya rencana?" tanya Seth sebelum mempertimbangkan permintaan Hart."Ya ... ini hanya untuk jaga-jaga saja. Aku kalian tetap merahasiakan penyamaranku.""Mengenai hal itu, kami tetap harus menyampaikannya pada Isac," timpal Vin."Itu tidak masalah selama kalian
Baca selengkapnya

Bukan Penjahat

"Denyut nadinya melemah," ungkap Polisi di belakang. Seth menoleh, memukul pintu mobil dengan lengan kanan, lalu menggigit pangkal telunjuk dari telapak yang dikepal, hanya itu yang bisa ia lakukan. "Sialan!" Seth menancap gas, mengarahkan mobilnya ke belakang, membanting setir dan berputar balik. Mereka tidak bisa menunggu arus lalu linya kembali normal. Seth menabrak pembatas jalan, melaju di atas trotoar. Tidak berhenti menekan klakson agar orang yang berjalan segera menghindar. Beruntung ia seorang polisi, tanda yang ia letakkan di atap mobil mencegah siap pun menahannya. Setelah beberapa meter, Seth kembali masuk ke jalan utama. Ia berhasil melewati penyebab kemacetan. Dari sana arus kembali normal, detektif itu kembali menancap gas, melaju kencang dan meliuk-liuk di antara kendaraan. Seth masuk pekarangan rumah sakit tanpa mengurangi laju kendaraan. Berhenti mendadak tepat di depan lobi rumah sakit. Tanpa mematika
Baca selengkapnya

Kabar Kematian Hart

Seth langsung berdiri. "Bagaimana hasilnya, Dok?" tanyanya dengan perasaan gugup. "Sayang sekali, dia tidak akan bisa sadar dalam waktu dekat," ungkap dokter menyayangkan. "Tapi ... dia selamat kan, Dok?" tanya Seth memastikan. "Dia telah melewati masa kritis. Butuh waktu beberapa hari agar kondisinya benar- benar pulih." "Kami mengerti. Terima kasih, Dok," ucap Seth sedikit lega. Meski Hart tidak akan bisa bangun untuk beberapa hari, tapi setidaknya lelaki itu berhasil lolos dari maut. Usai berpesan pada Mira untuk memastikan keamanan Hart dan merahasiakan kabarnya, Seth bersama Herry memutuskan untuk kembali ke kediaman Veronica. *** "Seth, bagaimana? Apa dia selamat?" seru Vin menyambut rekannya yang baru saja tiba melewati pintu masuk. Seth masih berjalan masuk, belum memberi jawaban hingga ia berdiri di dekat sofa tempat Isac duduk. "Sayang sekali, dokter tidak bisa menyelamatkannya," terang Seth, t
Baca selengkapnya

Pewaris

Riana yang biasanya tenang terlihat gusar. Wanita itu berdiri, merasa ada yang aneh."Raka, apa maksudnya ini?" tanya Riana mengamati pengawal yang mengitari mereka.Raka meletakkan koper pada meja di depannya, duduk sebelum membuka dan mengeluarkan berkas dari dalam sana."Duduklah, Riana!" desak Raka, melemparkan map ke tengah meja."Apa ini?" Viana meraihnya."Bacalah!" tuntut Raka, bersandar dengan meletakkan satu kaki di atas kaki lainnya.Viana membaca kata demi kata, baris demi baris tulisan yang tertera pada berkas yang diberikan Raka. Semakin lama, kerutan pada kening yang dipoles riasan tebal tampak semakin parah.Baris paling bawah tertera nama Veronica Elisa, lengkap dengan tanda tangannya."Tidak mungkin, ini pasti bohong!" raung Viana, menghempaskan mapnya ke atas meja.Riana penasaran dengan apa yang baru saja dibaca adiknya. Wanita itu meraih map berisi beberapa lembar kertas, sedikit berserakan."
Baca selengkapnya

Berkemas

"Mungkin kau salah dengar, Liana," kilah Hart."Aku juga mendengarnya. Katakan saja, siapa dirimu!" timpal Viana menuntut."Akan kujelaskan, nanti. Untuk sekarang sebaiknya kalian berkemas, tinggalkan rumah ini sebelum orang-orang Raka datang dan mengusir paksa," saran Hart, masih berusaha menghindar dari pertanyaan Liana.Pengawal terakhir telah diamankan dan dibawa ke luar. Tersisa Seth dan Vin petugas yang masih berada dalam rumah, Isac keluar lebih awal mengawal Raka."Tidak apa-apa kalau kami tinggal, Hart?" tanya Seth."Tidak masalah. Jangan buat Isac menunggu lama. Biar aku dan Ali yang memastikan keamanan mereka," ungkap Hart seraya berjalan mendekati Vin dan Seth."Terima kasih, Hart. Berkatmu ....""Berkatmu aku bisa selamat. Seharusnya aku yang berterima kasih pada kalian," sambung Hart memotong ucapan Seth, menjulurkan tangan untuk bersalam dengan dua detektif yang telah bekerja sama dengannya."Kalau butuh bantuan,
Baca selengkapnya

Masa Lalu Hart

"Ali, cepat duduk!" panggil Viana tak sebaran.Mendengar seruan Viana, Ali bergegas memilih tempat. Kebetulan sofa di samping Hart kosong, di sanalah ia mendarat."Paman mau kopi?" tawar Miya dengan sikap sopan.Ali menoleh sekilas. "Boleh. Tolong ya," balasnya.Hart menyeduh kopi dari cangkir tipis klasik. Usai menelan dua tegukan, Hart meletakkan kembali keramik itu di atas piring kecil seraya bertanya, "Apa yang mau kalian tahu?" lirihnya."Semua tentangmu," tegas Viana."Semuanya? Ini akan lama, sebaiknya besok saja," usul Hart."Aku tidak akan bisa tidur kalau belum mendengar ceritamu." Sudah hampir tengah malam, tetapi Viana tetap kekeh supaya Hart segera menceritakan tentang dirinya."Baiklah," putus Hart usai menghela nafas panjang.Dari mulut lelaki itu, meluncurlah sepenggal kisah tentang dirinya, tentang misteri yang selama ini sembunyikan dari Liana dan Ali.***Olympus merupakan ibu kota dari B
Baca selengkapnya

Janji Lama

Untuk sesaat Hart terdiam sebelum menjawab, "Hanya yang pertama," pungkasnya.Jelas, Liana dapat mengerti maksudnya. Yang pertama ialah segala yang terjadi di malam pertama, ketika Liana baru saja menyeret Hart ke rumah itu. Termasuk kepura-puraan Hart yang mencoba kabur, hanya sebagai pelengkap sandiwara. Lelaki itu tahu bahwa ada kamera pengintai di beberapa sudut rumah."Liana, aku pernah bertemu ayahmu. Hari itu Alchides berkunjung ke desa, datang dengan sahabatnya, ayahmu. Om Jhon adalah satu-satu orang yang tahu tentang status Alchides dengan ibuku. Beliau bercerita tentangmu, membuatku mengucapkan sebuah janji. Dia seolah tahu apa yang akan terjadi di masa depan," lanjut Hart bercerita."Saya ingat hari di mana mereka akan berangkat, Jhon memintaku untuk tetap tinggal. Rupanya itu alasannya," papar Ali."Janji?" Liana penasaran tentang janji yang dibicarakan Hart."Saat itu, entah aku yang terlalu naif atau ayahmu yang percaya hari ini akan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status