"Noah, where else are we going??" "Home, Princess." "Home? What do you mean by home?" Aila memandang tajam ke arah Noah yang memasang ekspresi kaku. Sekarang jelas sudah bagi gadis itu bahwa keputusan yang dia ambil tadi untuk mengikuti Noah adalah salah. "Berhenti, Pak!" serunya ke arah supir taksi. "Tolong berhenti di sini." "Jalan terus! Jangan berani-berani berhenti," sergah Noah, tidak mau mengalah. Tidak cukup sampai di situ, lelaki itu lalu menarik pergelangan tangan kanan Aila lalu mencengkeramnya, membuat cincin yang melingkar di jari manis gadis itu, bisa dia lihat dengan jelas. "Apa ini, Princess?" desisnya marah. "Cincin apa ini? "Noah, itu—" "Tadi sewaktu aku berada di dalam kamar hotel, bibimu meneleponku. Rupanya ibu kandungmu baru saja menghubungi, memberi tahunya soal kabarmu. Kalau hanya itu, aku bisa paham, Princess. Tapi, apa ini? Kabar apa yang kuterima ini? Apa benar kalau kamu sudah menikah? Hah?!"
Baca selengkapnya