Home / Romansa / Panggil Aku Thania / Chapter 11 - Chapter 15

All Chapters of Panggil Aku Thania: Chapter 11 - Chapter 15

15 Chapters

11. Alysa

"Baiklah! Aku akan melepas dua puluh persen sahamku," kata Andrew dengan tegas.Ruang meeting mendadak menjadi sunyi. Para pemegang saham yang memang sengaja dikumpulkan untuk membahas kemunduran perusahaan ini sempat kacau, sebelum Andrew mengatakan hal yang mengejutkan tersebut."Aku akan melepas dan menjual dua puluh persen nilai saham yang kuperoleh, jika dalam tiga bulan tidak ada peningkatan signifikan dalam masa kepemimpinanku! Bagaimana menurut para pemegang saham semuanya. Aku dan team yang kubentuk, akan berjuang sekuat tenaga. Percayakan pada kami!" lanjutnya memohon dengan membungkuk memberi hormat."Baiklah. Kami selaku teman-teman seperjuangan Harrison juga tak ingin usaha keluarga teman kami secara turun temurun ini bangkrut di tangan anaknya sendiri. Kami akan memberimu waktu. Tapi tidak lebih dari dua bulan. Bekerja keraslah, Andrew. Buktikan bahwa kau Leigh sejati!"Demikian pertemuan itu berakhir. Andrew bertindak cepat. Dia
Read more

12. Kekasih Gelap

"Alysa, sepertinya aku mulai menyukaimu. Gadis cerdas, tegas sepertimu." kata Andrew menyeringai."Ikutlah denganku, kita harus merayakannya." kata Andrew, menarik pinggang gadis itu dalam pelukannya."Bukankah ini terlalu cepat, Tuan."Andrew tersenyum, " Tidak. Ini bahkan terlalu lambat untuk menyadari seorang dewi penyelamat ada di sampingku selama ini." katanya sambil mengecup bibir gadis itu."Tuan Andrew." kata gadis itu, terbawa hasratnya. Ketika tangan-tangan Andrew mulai nakal menjelajah bagian tubuhnya. Andrew menghentikannya ketika mendengar suara ketukan di pintu."Sean!" serunya ketika seorang pria masuk ke dalam ruangannya."Apa ada yang perlu dibicarakan?"Sean melihat kehadiran Alysa, dan membatalkan niatnya."Tidak. Aku hanya ingin menyapamu." katanya, "Apakah semuanya berjalan lancar? "Ya, semuanya lancar. Karena aku mempunyai seorang malaikat penyelamat." Andrew memandang Alysa dan t
Read more

13. Pulang

Sepagi itu, Nichole sudah duduk di meja makan. Tangannya meremas-remas tisu yang telah lusuh. Matanya terlihat sembab.  "Tumben sepagi ini kau sudah datang, kak." Thania membuka percakapan.  "Ada yang ingin aku ceritakan pada mom." jawabnya singkat. Thania cuma melirik mata sembab kakaknya, tak berani berkata apapun. Disambarnya roti panggang yang sudah disiapkan ibunya. Dan berangkat. "Mom," " Semalam Andrew tak pulang. Aku mempunyai firasat buruk tentang ini." "Apalagi perusahaannya sedang kacau saat ini." kata Nichole dengan tangis yang kembali meledak. Mrs. Smith memeluk putri sulungnya, menepuk punggungnya lembut. "Dia adalah pria pilihanmu. Apapun itu bertahanlah, demi anak dalam perutmu." Tiba-tiba terdengar panggilan di ponselnya. "Nichole, kau ada di mana sayang?"  "Aku bersama mom. Di rumahku." "Syukurlah. Aku kira terjadi sesuatu padamu." "Apa yang kau la
Read more

14. Perangkap

"Para pekerja telah siap dengan biji-biji kopi terbaik kita, Andrew. Mereka telah siap untuk mulai memproduksi bubuk kopi terbaik dari panen terbaik perkebunan kita." lapor Alysa menyambut kedatangan Andrew pagi itu."Bersiaplah, kita akan memastikan segalanya lancar sesuai keinginan sekarang." kata Andrew sambil berjalan menuju mejanya, mengambil sebuah berkas, dan berjalan kembali keluar. "Aku menunggumu di mobil.Alysa mengangguk, dan tak lama kemudian dia telah membawa tas dan sebuah map di tangannya berlari-lari kecil mengejar Andrew berusaha mengimbangi langkahnya.Terdengar suara hi heels menghantam lantai dengan cepat. Andrew tersenyum, berhenti untuk menunggu wanita itu."Lain kali tak perlu berlari seperti itu." kata Andrew."Maaf, aku hanya ingin kita berjalan bersama.""Baiklah."Tak lama kemudian mobil telah melaju di jalanan berbatu menuju pabrik. Di depan bangunan tinggi itu, para pekerja telah berbaris menyambut kedatang
Read more

15. Pulihnya Suatu Kepercayaan

"Baiklah Andrew, aku akan mendukung apapun yang kau lakukan, asalkan tidak melanggar hukum atau membahayakan dirimu. Ingat itu sekali lagi." kata Alysa membalikkan badannya dan menatap Andrew.Tatapan mata Andrew telah berubah kembali lembut seperti semula. Tatapan mata yang meluluh lantakkan hati Alysa. "Baiklah, Andrew kau harus memeriksa pelanggan-pelanggan ayahmu, membuatnya menjadi sebuah daftar." kata Alysa."Benar. Kita harus segera membuat daftar kunjungan." kata Andrew yang bergegas kembali ke mejanya.Saat itulah tiba-tiba Sean mengetuk pintu ruangannya."Andrew, para pemegang saham berkumpul kembali di ruang meeting. Segeralah ke sana. Sebelum mereka bertambah panik dan marah." kata Sean, pandangan matanya melirik dengan tajam pada Alysa yang mejanya berada di sampingnya."Baiklah, keluarlah aku akan segera menyusul." jawabnya."Aku tahu, mereka pasti memprotes setelah tahu produk di pasaran sangatlah buruk.""Se
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status