Home / Fantasi / Adiptara Family's / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Adiptara Family's: Chapter 31 - Chapter 40

43 Chapters

CHAPTER 31 Gelombang Bencana

       "Bagaimana, sudah menemukan lokasi Anya dan Rendi?"        Rayland bertanya dari balik telfon. Suaranya terdengar cemas, dan rasa khawatirnya membuncah tanpa ia sadari. Ini sudah hampir satu setengah hari dan kedua bocah itu masih belum ditemukan. Denyut di kepalanya kian bertambah. Sementara perasaan gundahnya semakin jadi.        Antonio menjawab, "belum, tuan."         Rayland mendengus jengkel, ingin marah tetapi tidak bisa melampiaskannya sekarang. Dari balik dinding transparan di belakangnya, semua kolega bisnis mengamati pergerakannya seolah tidak membiarkannya pergi tanpa menyelesaikan meeting mereka. Karena dirundung pekerjaan yang sama sekali tidak bisa ditinggalkan. Terpaksa, dia mengutus Antonio kembali ke Indonesia kemarin sore, setelah mendengar Anya dan adik lelakinya--Rendi--menghilang.
last updateLast Updated : 2021-06-22
Read more

CHAPTER 32 Penentu!

   Suara piring kaca berbunyi nyaring disertai pecahan yang saling bertebaran merebak, ketika jatuh dengan gerakan cepat menghantam lantai keramik di bawahnya. Dan tangan gemetar disertai wajah pias seorang wanita cantik menjadi latar mengerikan pagi ini. Tanpa meminta, sebulir air mata bening perlahan menerus turun dari sela manik indahnya, membelah pipinya yang seputih salju.       Tidak mungkin, pikirnya.       Seolah tidak mampu menahan bobot tubuhnya sendiri, Amora jatuh terduduk di atas lantai yang telah ditaburi pecahan kaca bekas piring. Kakinya terluka, tetapi dia tidak peduli, bahkan jika cairan merah kental berbau amis telah keluar merembes dari luka sayatannya, membuat kesan kontras dengan kulitnya yang putih, begitupun dengan lantai di bawahnya.      Telinganya seolah mendengung dengan suara melengking nyaring, saat mendengar kabar jika anggota keluarga
last updateLast Updated : 2021-06-23
Read more

CHAPTER 33 Welcome Home, Son!

       Dingin. Beku. Perasaan seperti itu yang akan segera terbesit, ketika melihat tumpukan putih bersih menghiasi seluruh tempat; pohon, jalan, tanah, dan bahkan rumah. Semua tertimbun putihnya salju. Sejauh mata memandang, hanya ada salju, salju, dan salju. Lalu diantara pemandangan salju yang tampak mencekam, sebuah pondok kecil mengeluarkan kepulan uap panas dari cerobongnya, menjadi satu-satunya rumah di sana. Terlihat kontras dengan suasana hutan yang tampak menyeramkan di kala malam hari.        Dari balik rumah, cahaya lilin minyak menjadi penerang di teras pondok. Meski temaram, tetapi dengan adanya cahaya kecil tersebut menandakan ada seseorang di sana. Menilik jauh ke dalam pondok, seorang gadis bertubuh mungil sedang terbaring kaku di atas ranjang berukuran sedang. Kemudian dari arah dapur, seorang pria berumur kisaran 60 tahun tengah memanaskan air dengan peralatan seadanya.  
last updateLast Updated : 2021-06-25
Read more

CHAPTER 34 Mari Kita Temukan Anya!

      Rasanya Rain ingin mengamuk; meremukkan kepala Rahman yang sedang tersenyum senang melihat kehadirannya. Selama ini, pria baya itu selalu ingin menangkap Rain lantas mengurungnya kembali. Tetapi mengingat Rain berada dalam pengawasan Mr. Steph, Rahman memilih mengurungkan niat. Dia tahu jelas siapa pria itu.     Manik Rain berubah kelam dan api amarah membakar jiwanya. Lalu tanpa peringatan, Rain melesat cepat menghampiri Rahman, meraih batang lehernya. Sayangnya, bahkan sebelum tangannya menyentuh apapun, pria itu sudah terlempar jauh ke arah padang rumput kemudian menghantam pohon di sisi jalan terdekat.     Segera, darah menyembur keluar dari dalam mulutnya.     "PAK RAINN!!"      Teriakan Lolita nyaris bersamaan dengan Ryuu. Mereka syok, serta wajah pias memutih menghiasi rupa mereka, tidak menyangka dengan kejadian yang ama
last updateLast Updated : 2021-06-26
Read more

CHAPTER 35 Bertemu

       Langkah kaki yang terdengar pelan beradu dengan suara gesekan ranting pun dedaunan kering, ketika terseret, terdengar bagai gema suara yang khas. Mengalun dengan aneh; srek ... srek. Seonggok tubuh manusia bergerak menyapu bersih dedaunan, ketika bokong hingga ujung kakinya menyentuh tanah, ditarik dengan kasar, sementara dia tidak sadarkan diri. Separuh tubuhnya telah kotor, celana panjangnya di penuhi bekas tanah, lalu sepatu hitamnya hilang sebelah, dan hanya menyisakan kaos kaki.         Dari jarak dua meter, tampak bangunan tua beratap flat di penuhi lumut, cat tembok terkelupas, beberapa bagian rusak, dan sekitarnya dirambati tanaman rambat. Pun, dipenuhi semak belukar berduri. Jika dilihat, berpikir dua kali adalah pikiran wajar sebelum mengunjungi tempat tersebut. Begitu kotor dan menakutkan. Bisa jadi, tempat itu adalah sarang destinasi ekperimen paranormal.
last updateLast Updated : 2021-06-28
Read more

CHAPTER 36 Berubah

                       Perih. Panas. Dan rasa sakit perlahan mulai merambati Antonio dari satu titik, kemudian menyebar hingga ke seluruh perutnya. Satu tembakan bisa ditahan, namun dua tembakan berikutnya menembus dada, memaksa Antonio untuk tersungkur ke lantai. Matanya berkunang, pandangannya mulai memburam, dan kesadarannya nyaris menghilang.       Dinginnya lantai seolah tidak berasa, ketika pipinya menghantam keramik di bawahnya. Sosok wanita yang selalu ia kenal ramah dan baik menjadi latar mengerikan, memegangi pistol yang masih mengepulkan asap panas, sedang berdiri mengarah kepadanya. Sejatinya, Antonio tidak menyangka akan kalah secepat ini. Bangun! pikirnya. Rayland masih membutuhkannya dan ia harus melakukan sesuatu, sebelum wanita ular itu melukai Rayland dan Anya. Mereka berdua baru saja bertemu. Tania tidak boleh menghancurkan setitik kebahagi
last updateLast Updated : 2021-06-29
Read more

CHAPTER 37 Awal Pertempuran Dua Saudara

        BRAK!!       BRAK!!       Darah mengucur deras, mengaliri hidung, mulut, bahkan telinga Rain. Pria itu meluruh lemas ke bawah lantai dengan penampilan mengerikan. Sekujur tubuhnya dipenuhi luka sayatan dan darah tidak berhenti merembes dari sana. Manik kelamnya menyorot sosok Rahman yang sedang duduk di kursi, sembari menyeringai setan melihat penderitaannya. Kedua tangannya dirantai begitupun lehernya. Kini, Rain tidak ubahnya seekor hewan penyiksaan.        Dua orang pria bertopeng berdiri di sisi Rahman, memegang senapan aneh dan sejak tadi hanya terdiam menyaksikan kekejaman Rahman kepada Rain. Kasih sayang seorang ayah seolah tidak ada dalam jiwanya, lantas menyiksa anak sendiri bukanlah masalah besar baginya.      Ketika mengetahui Ren telah terbunuh, Rahma
last updateLast Updated : 2021-06-30
Read more

CHAPTER 38 Mati atau Hidup

Satu jam sebelum Rayland tertangkap        Sejatinya, Lolita begitu malas menghampiri Rayland di kamar mandi. Inginnya hanya berdua saja dengan Ryuu lalu tidur setelahnya. Namun, seperti yang sudah-sudah, dia jelas tidak bisa menolak jika mengingat hanya dirinya yang paling memungkinkan untuk bergerak bebas. Jadi, tidak ada pilihan lain selain dia yang harus menghampiri pria itu.         Tiba di depan kamar mandi, Lolita mengetuk pintu hingga berulang kali dan Rayland di dalamnya sama sekali tidak merespon. Sampai ketukan ke empat, pintu akhirnya terbuka dan Rayland muncul di baliknya.     Satu detik!     Dua detik!     Tiga detik!     "Aaaaaaaa ...,"     Teriakan Lolita menggema. Bukan tanpa alasan, sebab nyatanya, orang yang muncul dari balik
last updateLast Updated : 2021-07-01
Read more

CHAPTER 39 Selamat Tinggal Rain

        Membelalak. Rahman seolah tidak mampu mengucapkan satu kata pun sekarang. Maniknya  melebar terkejut, melihat bagaimana ledakan yang nyaris menghempaskannya andai tidak segera memasang kuda-kuda pertahanan yang tepat. Tubuhnya jelas akan ikut terjebak dalam pusaran angin, membawa raganya terpental bersama yang lain.    Beruntung, sebab ia memiliki refleks yang bagus.    Mendongak. Kilat kemarahan di manik pria baya itu bertambah seiring mata gelapnya menatap sosok Anya;  melayang di udara dengan posisi yang tidak berubah sedikitpun. Tidak ada riak berarti di wajah gadis itu. Matanya masih membuka dengan iris sehitam arang tanpa setitik pantulan cahaya di sana. Yang dia lakukan hanya diam melayang dengan sorot luar biasa kosong. Bukankah seharusnya proses penengah hanya bisa terjadi saat tubuh pengguna dalam keadaan sadar?
last updateLast Updated : 2021-07-02
Read more

CHAPTER 40 Mengalah Bukan Berarti Kalah

         Tik!        Tik!        Anya termenung. Memejamkan mata merasai rintik hujan yang mulai membasahi wajah, nyaris seluruh tubuh. Dia berjongkok, menyamai tubuhnya dengan tumpukan tanah basah yang baru saja menenggelamkan tubuh Rain dalam kesunyian. Kesannya bagai mimpi, dan rasanya baru kemarin dia bertemu dengan sosok pria yang kini tengah terbaring damai dalam peraduan terakhirnya. Anya tidak menangis, sebab terlalu lelah dan ia ingin mengakhirinya.       Anya hanya ingin menerka, mencoba bertanya kepada diri sendiri, mengapa Rain pergi?      Mengapa pria itu memilih pergi setelah semua yang terjadi di antara mereka?      Tidak seperti yang Anya duga, nyatanya hujan tidak turun dengan deras. Gerimis yang semula muncul menghilang entah ke mana, t
last updateLast Updated : 2021-07-03
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status