Home / CEO / Menggapai Cinta Sang CEO / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Menggapai Cinta Sang CEO: Chapter 11 - Chapter 20

68 Chapters

11. Pesta Dansa

“Finally….” Suara Tim mengejutkan Matt. Ia mengalihkan pandangannya dari ponsel yang sedari tadi dipegangnya. Alisnya terangkat kala Maura tidak juga keluar. Tim menepuk jidatnya, masuk kembali ke dalam. “Ada apa lagi, Mauraaa…” Tim mencoba menahan emosi. Maura nyengir kuda, “Aku malu.” Tim meraih tangan Maura dan menggandengnya keluar.“Tadaaa….” Kali ini Maura, Tim, dan Kim muncul di hadapan Matt. Mata Matt berbinar melihat sosok di depannya. Maura benar-benar terlihat sangat berbeda. Tak akan ada yang menyangka jika gadis ini adalah korban bullying, perundungan, di kampus. Sebutan grossy, si kotor, label abadi yan
last updateLast Updated : 2021-04-08
Read more

12. Perjanjian

Maura merasa Matt terlalu lama menjemputnya sehingga begitu sosok Matt berdiri di depannya, Maura sengaja memanyunkan bibirnya. Berpura-pura marah pada Matt. Matt terkekeh melihat sikap Maura. Hatinya sangat senang. Maura yang cantik sekarang sedang marah padanya.“Lama sekali, Matt. Kamu sengaja ya?”“Maaf, aku harus berdandan dulu sebelum menjemput princess.” Maura menonjok bahu Matt pelan. Yang ditonjok pura-pura mengaduh kesakitan. Kemudian mereka berdua terbahak bersama.“Mau pulang sekarang?” Maura hanya mengangguk. Matt berjalan menuju mobil diiringi Maura.“Bagaimana pestanya?” pertanyaan Matt memecah keheningan di antara keduanya
last updateLast Updated : 2021-04-08
Read more

13. Terhempas

Maura menyapukan pandangannya ke seluruh sudut kamar pribadi Dave. Kamar yang sangat luas dengan dominasi warna hitam dan putih. Sebuah set meja kerja terletak di salah satu sudut kamar yang berdekatan dengan rak buku setinggi dinding. Sepasang meja kecil dengan lampu tidur yang bertengger manis di atasnya mengapit tempat tidur berukuran super. Di seberang tempat tidur, menempel pada dinding, terdapat cermin seukur dinding. Terdapat dua pintu di dalam kamar itu, entah apa yang ada di baliknya. Decak kagum tak jarang terdengar dari bibir Maura. Sampai-sampai ia tidak menyadari bahwa Dave sudah masuk ke dalam kamar, memandangi Maura dengan pandangan yang susah ditafsirkan. Yang pasti, sorot mata Dave menunjukkan bahwa laki-laki sedang dalam pengaruh alkohol.Dave berjalan mendekati Maura. Dilihatnya gadis itu terkejut dengan kehadirannya. Maura mundur perlahan untuk menghindari Dave. Dengan sigap, Dave merai
last updateLast Updated : 2021-04-08
Read more

14. Berat Hati

Maura bergegas menuju kamarnya. Dalam hati Maura bersyukur karena lingkungan asrama sedang sepi. Sesampainya di dalam kamar, Maura menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur. Ditatapnya langit-langit kamar selama beberapa saat. Maura mengubah posisi tidurnya, menelungkup dengan membenamkan wajah ke dalam bantal miliknya. Sejurus kemudian, tangisnya pun pecah lagi. Maura menumpahkan semua perasaannya melalui tangisan. Ia teringat ibunya. Membayangkan ibunya ada di sampingnya. Menyuruhnya merebahkan kepala di pangkuan lalu dengan pelan dan penuh sayang, ibunya akan membelai rambutnya. Sambil sesekali mengatakan hal-hal yang bisa menenangkan hatinya. Tapi di sini, di negeri yang sangat jauh dari rumahnya, Maura harus berjuang sendiri. Mengatasi kesedihan sendiri.Entah sudah berapa lama Maura menangis, tapi ia tidak peduli. Tadi ia sempat tertidur karena kelelahan. Begitu bangun, ia menangis lagi, meskipun k
last updateLast Updated : 2021-04-08
Read more

15. Buah Perjanjian

Maura mendengus, kesal, begitu resepsionis mengatakan bahwa Dave sedang ada meeting di luar. Maura diminta datang lagi keesokan hari di waktu yang sama. Maura meninggalkan kantor Dave dengan perasaan marah. Ia merasa dipermainkan oleh Dave. Namun, Maura buru-buru mengenyahkan pikiran negatif bahwa Dave mempermainkannya. Mencoba memahami bahwa pekerjaan Dave tentulah sangat banyak. Tak ingin membuang waktu, Maura bergegas kembali ke perpustakaan.Maura menaiki satu demi satu anak tangga sebanyak tiga tingkat sebelum masuk ke lobi. Ia melewati ruang dekan dan ruangan-ruangan kantor lainnya. Ujung dari deretan kantor itu adalah pertigaan yang masing-masing cabangnya mengarah pada perpustakaan, auditorium, dan ruang kelas. Maura menghentikan langkah ketika beberapa gadis menyuruhnya menepi. Dilihatnya sosok yang ingin ditemu
last updateLast Updated : 2021-04-08
Read more

16. Pindah

Beep… Beep…Maura meraih ponsel yang tergeletak di sisi kirinya. Nama Matt muncul di layar dengan dua pilihan ikon telepon dalam warna merah dan hijau. Maura sengaja menyapukan ujung telunjuknya ke arah ikon berwarna merah. Saat ini ia sedang di perpustakaan, mengerjakan tesisnya sehingga ia enggan terganggu dengan apa pun termasuk panggilan ke ponselnya. Tak menunggu lama setelah panggilan terputus, Maura menulis pesan singkat kemudian dikirim kepada Matt.Call me after five minutes, please. Pesan yang dikirim Maura langsung ditandai dengan centang dua.Maura bergegas mengemasi barang-barangnya dan menuju bagian peminjaman buku. Hari ini Maura meminjam cukup banyak buku karena ia berencana tidak keluar asrama selama beberapa hari ke depan. Maura ingin fo
last updateLast Updated : 2021-04-28
Read more

17. Rumah Dave

“Tuan David? Ponsel Matt bersama Anda?”“Ya. Ponsel Matt bersamaku. Ia melupakannya kemarin.” Alasan yang terdengar aneh bagi Maura. Bagaimana mungkin Matt seceroboh itu, lupa tidak membawa ponselnya.“Bagaimana aku bisa menghubungi Matt, Tuan?”Pertanyaan Maura membuat air muka Dave berubah. Matanya berkilat memancarkan rasa tidak suka. Gejolak cemburu menghantam hati Dave. Ya, Dave cemburu dengan kedekatan Maura dan Matt. Namun, lagi-lagi, otak Dave menyangkalnya. Kata-kata yang diucapkannya pada Maura kembali bergaung gaduh di kepala.“Jika Matt sudah datang biar dia menghubungimu.”“Baik, Tuan David. Terima kasih.” 
last updateLast Updated : 2021-04-28
Read more

18. Makan Malam

Maura mengerjapkan mata perlahan. Dipandanginya langit-langit kamar yang terasa asing. Dihimpunnya ingatan tentang apa yang telah dilaluinya hari ini. Setelah sepenuhnya ingat, termasuk tentang keberadaannya kini, Maura menggeliat beberapa kali. Digerakkannya kedua telapak kakinya, mencoba menghilangkan lelah yang bersarang di kaki bagian bawah. Kemudian Maura bangun dan kembali melakukan senam ringan. Kali ini fokus gerakannya pada bahu dan punggungnya yang terasa ada hambatan kala digerakkan.Jam dinding menunjuk angka enam dan tiga. Dari luar jendela semburat jingga tampak samar mewarnai langit yang masih berwarna biru. Maura mencoba menghitung berapa lama ia tertidur. Buku-bukunya yang berada dalam kardus telah ia pindahkan semuanya ke rak buku. Ruangan kosong dalam rak ia gunakan untuk menyimpan beberapa suvenir, sertifikat, dan alat tulis serta laptop. Tak ketinggalan foto keluarga dalam bingkai warn
last updateLast Updated : 2021-04-28
Read more

19. Pagi Pertama

Tok… TokMaura mengetuk dua kali pintu kamar Dave, namun tak ada jawaban dari dalam. Maura teringat pesan Dave tadi malam bahwa ia diizinkan masuk ke kamar Dave untuk membangunkannya di pagi hari. Maura membuka pintu dengan perlahan. Dilihatnya dari cermin yang dipasang di depan pintu kamar mandi, Dave masih tidur. Separuh badannya masih terbenam dalam selimut. Maura sejenak berpikir, apa yang harus dilakukannya lebih dulu, membuka tirai jendela atau langsung membangunkan Dave. Maura berjalan menuju jendela yang masih tertutup tirai. Sedikit disibaknya tirai untuk melihat keluar jendela. Matahari belum terbit karena ini masih pukul enam. Pandnagan Maura beralih ke Dave yang tidur telentang. Sebenarnya Maura tidak tega membangunkan Dave, tapi Dave memintanya untuk membangunkannya pukul enam karena ia ingin ke kantor lebih awal. Perlahan, Maura melepaskan tirai yang disibaknya sehingga membuat tirai i
last updateLast Updated : 2021-04-28
Read more

20. Revisi Perjanjian

Deru mobil terdengar memasuki halaman. Maura dan Bibi Tilda yang berada di dapur mencoba mencari tahu dengan melongok lewat jendela. Ternyata Matt yang datang. Namun Matt hanya seorang diri.“Kau tidak mendampingi Tuan, Matt?” tanya Bibi Tilda. Matt menggeleng. Wajahnya sedikit ditekuk. Entah siapa yang menyebabkannya demikian.Matt mengambil gelas lalu mengisinya dengan air dingin dari dispenser. Maura menghentikan kegiatannya demi mengamati gerak-gerik Matt. Matt meneguk air dalam gelas dengan terburu-buru seolah sudah berhari-hari ia tidak minum.“Haus?” Maura menatap Matt heran. Matt hanya mengangguk. Ditekannya lagi tuas air dingin pada dispenser.“Ada apa, Matt?” Maura masih penasaran. Matt masih bungkam. Ia terlalu asyik dengan
last updateLast Updated : 2021-04-29
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status