Amara berusaha keras agar bibirnya merekahkan senyum. Meski saat itu dia sungguh ingin meninggalkan kantin dan berada sejauh mungkin dari Reuben. “Mungkin saya baru mengambil mata kuliah itu dua semester lagi, Pak.”Amara tahu bahwa Reuben tidak terlalu suka disapa “Pak” jika tidak berada di kelas. Kendati demikian, gadis itu tahu bahwa dia harus memasang jarak sejak awal. Amara tidak boleh memberi celah yang bisa disalahartikan oleh Reuben. Lelaki itu sudah matang dan menawan, diidamkan banyak mahasiswi. Bahkan di saat itu, ada sekelompok mahasiswi di meja lain yang berbisik-bisik sembari melirik ke arah mereka. Namun mau bagaimana lagi, Amara tidak memiliki setitik pun ketertarikan pada sang dosen.“Oh, begitu,” kata Reuben. “Kamu ada kuliah jam berapa, Mara?”“Jam sepuluh, Pak.”Andai Ji Hwan adalah Reuben, alangkah indahnya dunia ini. Beban yang sedang menggelayuti Amara pasti akan musn
Last Updated : 2021-08-10 Read more