Share

Bab 24

Penulis: Raina_K
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-26 18:37:17
Aku menatapnya.

Hugo pun berkata lagi, "Mereka bahkan sekelas."

Winnie berkata, "Aku sudah mengamati semua anak di kelas kami, hanya Peter yang dijaga dengan paling baik!"

"Pada saat itu, aku berpikir, alangkah baiknya kalau ibunya Peter bisa menjadi ibuku!"

Dia tersenyum dengan manis sambil berkata, "Sekarang, keinginanku menjadi nyata."

Anak ini benar-benar patuh dan manis.

Hatiku yang dingin pun mendapatkan kehangatan berkat ucapannya.

Aku tersenyum sambil menatap wajahnya yang imut dan berkata, "Selamat, ya."

Winnie tersenyum, lalu melanjutkan makan.

"Karena aku sudah setuju untuk menjadi ibunya, aku harus bertanggung jawab mengantarkan dan menjemputnya, seperti seorang ibu yang sesungguhnya, 'kan?"

Aku menatap Hugo sambil berkata, "Ada siapa pun di sekolah, aku tetap akan pergi."

Hugo mengangguk sambil berkata, "Kalau begitu, mohon bantuanmu, ya."

"Nggak masalah, aku seharusnya melakukannya," kataku.

...

Aku mengira bahwa Winnie akan menjadi lebih baik karena dia sudah banyak bica
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 25

    Guru di Taman Kanak-Kanak pun datang untuk menjelaskan. "Ini ibunya Winnie Marvin. Hari ini, dia secara khusus datang untuk mengantarkan Winnie, jadi jangan salah paham.""Nggak mungkin!" Tanpa berpikir panjang, Peter berseru, "Dia jelas-jelas ibuku!""Jangan asal bicara." Aku menyela, "Aku nggak pernah melahirkan seorang putra sepertimu."Peter seketika tercengang.Guru yang berada di satu sisi juga menasihati Peter. "Kamu sudah lupa, ya? Sebelumnya, saat dia datang menjemputmu, kamu bilang kamu nggak kenal dengannya."Hari ini, mengapa Peter malah tiba-tiba mengatakan bahwa dia putra dari wanita ini?Aneh sekali.Melihat aku naik mobil dan pergi tanpa ragu-ragu, Peter merasa senang!Ibunya benar-benar tidak menginginkannya lagi!Dengan begitu, ke depannya, dia bisa hidup bahagia dengan Luna!Kekesalan Peter saat dia melihatku langsung menghilang, digantikan dengan kegembiraan.Baguslah!Akhirnya, dia bisa terbebaskan dari ibu yang menyebalkan ini!Peter merasa sangat senang, dia pun

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 26

    Ada banyak sekali pasien di unit rawat inap.Ada banyak sekali pasien yang bahkan terpaksa tinggal di koridor karena tidak ada ruangan kosong.Kondisi mereka juga kebanyakan lebih parah dan sudah tinggal lebih lama di tempat ini.Banyak dari orang-orang ini sudah berada di rumah sakit saat aku diopname.Saat aku keluar dari rumah sakit, mereka masih tinggal di tempat ini.Ketika aku berjalan masuk, aku langsung bertemu dengan beberapa orang yang familier.Seorang pria tua bertanya padaku, "Bukannya kamu sudah keluar, ya? Kenapa kamu datang ke sini lagi?""Beberapa hari yang lalu, aku jatuh dari tangga, 'kan?" Aku nggak menyembunyikan hal ini. Lagi pula, aku juga ingin tahu apakah mereka menyaksikan atau merekam adegan itu atau tidak.Namun, aku juga tidak bisa memberi tahu mereka segalanya. "Pada saat itu, tangganya sangat licin, sepertinya ada yang menumpahkan sesuatu di sana.""Aku hanya ingin lihat apakah ada kamera pemantau di sekitar. Kalau ada, mungkin saja pelakunya terekam.""A

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 27

    Kalau begitu, aku akan memiliki seorang putri yang manis dan pengertian ....Putri ini juga akan mencintaiku dengan tulus.Sambil memikirkan hal ini, seulas senyuman tersungging di bibirku. "Baiklah."Hugo mengalihkan tatapannya dan melanjutkan pekerjaannya. "Sepertinya kamu belum sempat beres-beres, ya."Aku pun berdiri dan berkata, "Aku akan pergi beres-beres."...Kamarku berada di ujung timur lantai dua.Kamar ini sangat luas dan bahkan memiliki ruang ganti pribadi. Pencahayaannya juga sangat baik, dilengkapi dengan sebuah balkon yang sangat besar.Pada saat ini, jendela kamar terbuka, sehingga cahaya matahari menyinari ranjangku, membuatku merasa sangat hangat.Aku tidak langsung beres-beres, melainkan berbaring di atas ranjang sambil menikmati keheningan dan ketenangan batin yang jarang aku dapatkan ini.Pada saat inilah aku tiba-tiba menyadari, alangkah baiknya jika aku bisa hidup seperti ini seumur hidupku.Setelah beristirahat sejenak, aku baru menarik koperku ke ruang ganti.

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 28

    Orang itu berkata, "Aku gurunya Peter. Sekarang sudah jam pulang, tapi Peter masih belum dijemput.""Aku ingin bertanya, apakah ada masalah di rumah?" tanya guru itu dengan sopan.Sebelum aku bercerai dengan Stanley ....Bukankah Luna selalu sangat aktif dalam menjemput Peter setiap hari?Namun, baru saja aku bercerai dengan Stanley ....Luna malah langsung mengabaikan anak itu?Aku merasa agak terkejut, tetapi ....Mereka sudah tidak berhubungan lagi denganku, jadi tentu saja aku tidak akan ikut campur dalam urusan mereka."Aku ibunya Winnie Marvin, nggak ada hubungannya dengan Peter," jawabku sambil tersenyum. "Jadi, Ibu sudah salah sambung."Guru itu langsung meminta maaf padaku. "Maaf sudah mengganggu.""Nggak apa-apa," kataku sebelum mengakhiri panggilan itu.Baru saja aku berjalan masuk ke lift, ponselku berdering lagi. Kali ini, ada panggilan masuk dari Stanley.Aku pun menerima panggilan ini.Stanley bertanya dengan canggung, "Bisakah kamu pergi menjemput Peter?"Aku bisa melih

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 29

    Winnie duduk di sisi Hugo dan menepuk-nepuk tempat duduk di sampingnya sambil berkata, "Ibu, duduk di sini!"Aku pun duduk di sampingnya.Winnie memiringkan badannya untuk menatapku dan berkata, "Ayo buat permohonan."Aku menatap cahaya lilin yang kelap-kelip, memejamkan mataku dan berdoa dalam diam.'Semoga kondisi Winnie bisa pelan-pelan membaik.''Semoga kami bisa selalu hidup bahagia.'Kemudian, aku membuka mataku dan meniup lilin tersebut dengan kuat.Winnie langsung mendekatiku dan menempelkan tubuhnya denganku. "Apa yang Ibu doakan?"Baru saja aku ingin menjawab ....Hugo malah tidak ingin aku merasa serbasalah, dia langsung berkata, "Winnie, doa yang diucapkan nggak akan terkabul, loh."Anak kecil tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Winnie pun berkata dengan kecewa, "Baiklah kalau begitu."Melihatnya memonyongkan bibirnya dengan imut, aku tidak bisa menahan diri dari tersenyum. Aku pun memotong sepotong kecil kue dan berkata, "Ayo makan dulu."Winnie menggembungkan pipinya d

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 30

    Dari ujung telepon lainnya, terdengar suara Stanley yang penuh amarah.Aku melirik sekilas ke layar ponselku dan baru menyadari bahwa aku belum memblokir nomor teleponnya Stanley. Aku pun bertanya, "Kalau nggak?"Mendengar nada bicaraku yang santai, Stanley langsung naik darah. Dia menggertakkan giginya dan berkata, "Tahukah kamu, karena kamu nggak pergi menjemputnya, seorang anak kecil sepertinya harus menunggu sendirian di gerbang sekolah hingga jam sembilan malam?"Aku menjawab dengan tenang, "Tuan Stanley, kamu sepertinya menyalahkan orang yang salah.""Sekarang, Luna barulah ibunya.""Sedangkan aku ...."Aku berdiri dan berjalan ke balkon, lalu memandang ke kejauhan.Di kegelapan malam, yang terlihat hanyalah bintang di langit dan lampu rumah di kejauhan.Aku melanjutkan ucapanku dengan tenang. "Aku hanya orang asing baginya."Stanley menarik napas dalam-dalam dan bertanya, "Kamu masih menyalahkan kami?""Nggak," jawabku dengan santai. "Aku hanya sudah punya hidup yang baru.""Jad

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 31

    "Seperti dengan Ibu, oke?"Winnie terlihat agak serbasalah.Aku pun melemparkan sebuah godaan untuknya. "Kalau Winnie setuju, malam ini, Winnie bisa tidur di kamar Ibu."Winnie menatapku, lalu menoleh dan menatap kamar yang besar dan luas itu.Dia pun berkata, "Oke!"Setelah menggosok gigi ....Winnie meletakkan gelas dan sikat giginya di kamar mandi di kamarku. Kemudian, dia berjalan ke pintu kamar dan mengulurkan tangannya pada Hugo. "Ayah."Hugo tercengang sejenak. Dia berjongkok dengan ekspresi tidak percaya. Dia bahkan mengira bahwa telinganya bermasalah. "Winnie bicara dengan aku, ya?"Winnie menatap aku yang berdiri di belakang Hugo, lalu berkata dengan susah payah, "Ya."Hugo langsung menggendong Winnie.Awalnya, saat dia mengetahui bahwa Winnie menderita autisme, dia membawa Winnie ke dokter untuk menerima berbagai perawatan.Namun, Winnie masih saja tidak bersedia untuk berbicara.Pada saat itu, dia berpikir, dia hanya memerlukan agar Winnie bisa hidup dengan baik.Kemudian,

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 32

    Winnie jelas-jelas sangat sedih. Sambil terisak tangis, dia berkata, "Saat aku bangun, aku nggak melihat Ibu. Kukira Ibu nggak menginginkanku lagi."Aku menggenggam tangannya dan berjalan ke ruang tamu.Winnie duduk dengan patuh di sofa sambil terus menangis.Aku menyeka air matanya dan berkata dengan lembut, "Semuanya salah Ibu, Ibu bangun kepagian, jadi Ibu mau mempersiapkan sarapan untuk Winnie. Ibu bahkan lupa kalau Winnie akan bersedih kalau Winnie nggak melihat Ibu."Winnie menatapku dengan matanya yang berkaca-kaca sambil bertanya, "Benarkah begitu?""Tentu saja." Aku berusaha membujuknya. "Jadi, Winnie jangan menangis lagi, ya?"Winnie menahan air matanya dan mengangguk dengan pelan.Kemudian, dia melemparkan diri ke pelukanku dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Tapi, Ibu akan kelelahan kalau Ibu bangun pagi-pagi untuk memasak. Aku harap Ibu bisa tidur lebih lama."Mumpung sudah ada yang mempersiapkan sarapan, aku juga tidak perlu merebut pekerjaan orang lain lagi.Aku pun men

Bab terbaru

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 50

    Aku berkata lagi, "Luna, kamu seharusnya paham, 'kan?"Setelah Rendy bangkrut, Luna bisa meninggalkannya.Luna lebih memilih untuk menjadi wanita simpanan Stanley, jadi artinya dia sama sekali tidak bisa hidup miskin.Jika Stanley benar-benar tidak menginginkannya lagi, dia hanya bisa membawa putranya pergi menjadi wanita simpanan pria kaya lainnya dengan susah payah, supaya pria itu menghidupinya.Selain itu ....Pria lainnya tidak tentu akan benar-benar mencintainya dan ingin menjalani hidup yang baik dengannya, seperti Stanley.Oleh karena itu, Luna akan berusaha sebisanya untuk tetap berada di sisi Stanley."Annie Judith!" Luna tidak menyangka bahwa aku akan mengancamnya. Ekspresinya pun seketika menjadi sangat masam.Aku mendesaknya dengan tenang. "Waktuku terbatas."Luna menggertakkan giginya. Saat aku berbalik, dia tiba-tiba berseru, "Maaf!"Aku pun berbalik lagi dan berkata, "Siapa yang bersalah, dia yang harus minta maaf, bukan?"Luna sangat tidak menyukaiku, tetapi demi masa

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 49

    "Aku nggak suka mendengarnya."Mendengar ucapan Winnie, aku pun mengangkat kepalaku.Aku seketika melihat putranya Luna yang sedang berdiri di atas seluncuran sambil menatapku.Tatapannya tidak sejernih mata anak kecil pada umumnya, melainkan memancarkan kedewasaan yang sama sekali tidak cocok untuk anak seusianya.Pada saat ini, tatapannya penuh akan kebencian.Awalnya, aku berencana untuk menjaga jarak dengan mereka.Kecuali jika aku mendapatkan bukti untuk mengungkapkan sifat aslinya Luna, aku tidak akan menghubungi mereka lagi.Namun, mereka malah terus muncul di hadapanku.Mungkin karena aku selalu menoleransi provokasi dan penindasan mereka ....Mereka sepertinya menganggap bahwa aku mudah untuk ditindas.Mereka bahkan ingin menindas Winnie.Huh!Kalau aku tidak melawan ....Mereka sepertinya akan makin menjadi-jadi.Aku menyingkirkan ekspresi dingin di wajahku dan berkata pada Winnie dengan lembut, "Tapi, kalau orang lain menindasmu dan kamu malah menghindar ....""Orang itu aka

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 48

    Peter tidak bisa memikirkan alasannya.Dia hanya samar-samar merasa bahwa sejak ibunya yang dulu dan Stanley bercerai, segalanya berubah ....Peter kembali ke kamarnya dengan sedih dan mengeluarkan tabletnya. Begitu dia membuka WhatsApp, dia langsung melihat foto yang diunggah Luna.Dia pun membuka foto tersebut.Luna mengunggah foto dirinya menggendong kakaknya Peter.Mereka tersenyum lebar, jelas-jelas sedang bermain dengan sangat senang di taman hiburan.Peter kembali menangis dengan sedih.Saat dia ingin mengirimkan foto ini pada ayahnya, foto ini malah tiba-tiba menghilang .......Ada banyak sekali anak kecil di taman hiburan.Sebelumnya, Hugo sibuk bekerja, jadi dia jarang sekali punya waktu untuk menemani Winnie bermain di luar.Oleh karena itu, begitu Winnie melihat berbagai atraksi di taman hiburan, matanya berkilau. Dia menggenggam tanganku dan berlari ke sana kemari.Akhirnya, dia menentukan sebuah taman kecil dan berkata pada Hugo, "Ayah, aku mau main ini!"Hugo pun membay

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 47

    Hugo memang bukan suamiku dan Winnie juga bukan putri kandungku.Namun, di sisi mereka, aku perlahan-lahan mulai mengetahui seperti apa hubungan orang tua dan anak yang sehat....Hari ini, Winnie ingin menikmati waktu bersama sebagai keluarga.Oleh karena itu, Hugo secara khusus tidak meminta sopir untuk ikut pergi.Hugo yang akan mengemudi sendiri.Aku duduk di belakang untuk menemani Winnie.Winnie bersandar padaku dengan manja sambil terus memainkan bajuku dengan jari tangannya.Aku menepuk bahunya dengan lembut sambil berpikir dengan tenang bagaimana aku harus meminta agar dia bersedia untuk berbicara dengan orang-orang selain aku dan Hugo.Setelah ragu-ragu untuk sangat lama, aku baru mencoba untuk bertanya, "Winnie, bisakah Ibu meminta bantuan Winnie?"Mendengar ucapanku, Winnie langsung duduk dan menatapku dengan matanya yang berkilau. "Bantuan apa?"Dia sepertinya sangat menantikan untuk membantuku melakukan sesuatu.Aku pun menjawab dengan pelan, "Emm, bisakah kamu mencoba un

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 46

    Peter tercengang di tempat. Namun, dia tetap bertanya, "Kenapa?"Sebelumnya, Luna selalu membawanya ke mana-mana.Sekarang, mengapa Luna berubah?"Karena kamu nakal," jawab Luna sambil tersenyum dengan sinis.Bagaimanapun, dia adalah orang dewasa.Dia bisa menghadapi seorang anak kecil dengan sangat gampang.Dia berkata dengan dominan, "Saat kamu sakit, aku nggak menemanimu di rumah sakit karena kondisiku kurang sehat, tapi kamu langsung keberatan.""Kamu bahkan mengadu pada ayahmu, supaya ayahmu membenciku.""Kalau begitu, tentu saja aku juga nggak akan membiarkanmu hidup nyaman, mengerti?" Ucapan Luna menjadi makin jahat.Peter mengangguk dan berkata, "Kalau begitu, aku akan berubah. Apa pun yang terjadi, aku nggak akan memberi tahu Ayah lagi, oke?"Dia hanya berharap agar Luna bisa memperlakukannya dengan lebih baik."Sudah telat." Setelah Luna siap-siap, dia langsung membawa putranya ke luar.Peter ingin mengikuti mereka, tetapi dia didorong dengan kuat oleh Luna, sehingga dia terj

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 45

    Setelah duduk, pelayan toko membawakan menu untuk kami dan kami pun memesan makanan.Winnie menyerahkan menu padaku, aku pun menunjuk tulisan di menu itu sambil memberitahunya isi setiap pangsit.Dia mengangguk sambil berkata, "Enak, ya."Kemudian, aku bertanya, "Mau makan yang mana?"Winnie mengedipkan matanya sambil menjawab, "Mau makan semuanya."Aku pun menyerahkan menu pada Hugo dan membiarkan Hugo untuk membuat keputusan.Hugo juga menyayangi Winnie, jadi dia langsung berkata pada pelayan tersebut, "Masing-masing satu porsi, ya."Pelayan itu juga bersikap sangat baik. "Baik."Setelah pelayan itu pergi, Winnie memelukku sambil bertanya, "Ibu, tahukah kamu?""Kata teman-teman sekelasku, dua hari ini, Peter kasihan sekali.""Sudah jam pulang sekolah, tapi ibu barunya nggak mau pergi menjemputnya.""Setiap hari, dia harus menunggu di depan gerbang hingga lewat pukul sembilan ...."Anak kecil ini hanya ingin bercerita tanpa maksud tertentu.Winnie bergumam, "Menurut Ibu, kenapa dia be

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 44

    Stanley tiba-tiba merasa bahwa Luna sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia menyayangi Peter.Luna seketika terbangun. Dia menatap Stanley dengan matanya yang berkaca-kaca dan bertanya, "Kamu menyalahkanku, ya?"Stanley menjawab dengan sabar, "Nggak."Melihat Stanley memang tidak menunjukkan maksud untuk menyalahkannya, Luna baru membuang napas dengan lega.Stanley berkata, "Tapi ...."Luna seketika merasa gugup.Stanley berkata lagi dengan santai, "Kamu sepertinya sama sekali nggak memedulikan Peter."Luna bergegas berkata, "Aku juga nggak tahu kenapa, tapi pengaruh kehamilanku sangat besar. Begitu kalian keluar, aku langsung ketiduran ...."Namun, Stanley malah tetap menatap Luna dengan tatapan dominan sambil berkata, "Tapi, saat kami pulang, kamu bahkan nggak menanyakan kondisi Peter."Mendengar ucapan Stanley, Luna baru menyadari bahwa dia sudah melakukan sebuah kesalahan besar.Meskipun dia sudah berhasil menyingkirkan Annie dan merebut posisi Annie ....Peter masih sangat penting

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 43

    "Mengerti?"Winnie tertawa dengan bahagia. Dia memeluk leherku dan berbisik di telingaku, "Ibu memang paling baik!"Aku pun memeluknya erat-erat sambil berkata, "Winnie juga sangat baik."Winnie langsung melepaskan diri dari pelukanku, lalu menarik tanganku sambil berlari ke lantai atas. "Ayo, Ibu, aku sudah nggak sabar mau mandi!"...Kamar Winnie dilengkapi dengan sebuah bak mandi.Hari ini, dia ingin berendam di bak mandi. Jadi, saat aku mengambil air untuknya, aku terus memperhatikan suhu airnya.Sedangkan Winnie mengeluarkan teman mandinya, yaitu sebuah mainan bebek dan beberapa binatang lainnya, dan memasukkan semuanya ke dalam bak mandi.Kemudian, dia mencari piama untuk dirinya sendiri.Setelah sibuk melakukan hal-hal ini, keningnya sudah berkeringat, tetapi matanya berkilau.Airnya juga sudah siap.Winnie masuk ke dalam bak mandi dan berbaring dengan patuh. Dia menjulurkan kepalanya dan menatapku.Aneh sekali.Aku tidak melakukan banyak hal untuk anak ini, bahkan kurang dari s

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 42

    Mendengar pertanyaan Peter, Stanley terdiam sejenak sebelum menjawab, "Karena dia ...."Pergi keluar untuk mempersiapkan kejutan untukmu.Sebelum Stanley menyelesaikan ucapannya, dia tiba-tiba menyadari bahwa ada yang aneh ....Luna selalu mengatakan bahwa dia tidak boleh kelelahan semasa kehamilannya. Kalau tidak, perkembangan janinnya akan terpengaruh.Namun ....Sepertinya, pergi berbelanja di luar juga melelahkan, bukan?Artinya ....Luna tidak keberatan jika dia harus kelelahan untuk pergi bersenang-senang di luar.Namun, dia tidak ingin menjaga Peter.Melihat Stanley yang ragu-ragu untuk menjawab, Peter bertanya dengan bingung, "Ayah, ada apa dengan Ibu Luna?""Nggak apa-apa," jawab Stanley.Peter adalah putra Stanley satu-satunya, jadi Stanley tentu saja harus lebih memperhatikan putranya ini. "Nanti, saat kita pulang, kita beri tahu Ibu Luna, ya. Besok, sesibuk apa pun dia, dia tetap harus pergi menjemputmu. Oke?"Peter menjawab dengan puas, "Oke!"Kemudian, dia bergumam, "Aku

DMCA.com Protection Status