Share

Bab 3

Penulis: Dzakiya Khansa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-22 15:53:32
Aku benar-benar tidak tahu kenapa setelah Yani mendorongku masuk ke dalam kamar mandi waktu itu, pintunya langsung terkunci dari dalam dan tidak bisa dibuka. Semuanya terjadi begitu mendadak dan ponselku tertinggal di luar. Sampai sekarang, jeritan Yani masih terngiang di telingaku.

Aku terus berteriak meminta pertolongan sampai tenggorokanku berdarah, sebelum akhirnya kelelahan dan pingsan. Saat aku sadar kembali, polisi yang sedang menginterogasiku mengatakan bahwa pintunya terkunci dari dalam. Kakakku nyaris mencekikku di tempat saat mendengar itu.

Kini, tubuhku memang telah terbakar, meski tidak sepenuhnya menjadi abu. Namun jika identitasku berhasil ditemukan, mungkin Kakak akan merasa sedikit lega, 'kan? Namun sekarang, fokus mereka adalah memecahkan kasus ini.

Timmy menarik napas dalam-dalam, "Maaf, aku terlalu banyak bicara. Akhir-akhir ini kamu sibuk sekali. Pulanglah dan istirahat."

Kakakku tidak menjawab. Dia hanya langsung berbalik dan turun ke lantai bawah. Namun saat itu, ponselnya kembali berbunyi. Nomor tak dikenal. Biasanya kakakku langsung menutup telepon seperti itu, tapi kali ini panggilan terus berulang-ulang.

Setelah beberapa kali, akhirnya sebuah pesan singkat masuk.

[ Halo, saya staf dari bank. Bu Suzanne belum melunasi cicilan rumah bulan ini dan sudah melewati batas akhir pembayaran. Kami telah mencoba menghubungi dan mendatangi rumahnya, tapi tidak berhasil menemukan orang yang bersangkutan. ]

[ Setelah memeriksa data, kami menemukan bahwa Anda adalah kakaknya. Mohon bantu menginformasikan bahwa jika keterlambatan ini berlanjut, akan memengaruhi catatan kreditnya. ]

Ekspresi kakakku langsung berubah menjadi sangat kelam setelah membaca pesan itu. Dengan penuh amarah, dia langsung menelepon balik, "Dengar, aku nggak ada hubungan apa pun sama manusia nggak berguna itu!"

"Uangnya mau dibayar atau nggak, aku nggak peduli! Jangan hubungi aku lagi! Kalau kalian telepon lagi, aku akan melaporkan kalian!"

Timmy yang sudah hampir masuk ke kantornya, kembali mundur dengan berat hati sambil mengusap keningnya yang terasa tegang. "Suzanne utang apa?"

"Itu bukan urusanku," jawab kakakku dingin sambil menatapnya tajam. "Pak Timmy, kalau kamu masih mau pecahkan kasus jasad terbakar ini, lebih baik jaga ucapanmu."

Kerutan di dahi Timmy semakin dalam. Namun kali ini, dia hanya menghela napas panjang, lalu berbalik kembali ke dalam kantornya.

Saat itu, suara tangisan pria dari lantai bawah terdengar jelas.

"Pak, tolong bantu aku! Adik perempuanku hilang! Pagi-pagi dia bilang mau pergi jalan-jalan sama temannya, tapi sampai sekarang belum pulang. Teleponnya juga nggak bisa dihubungi. Aku ... aku nggak bisa hidup tanpa dia!"

Timmy segera bergegas turun, sementara kakakku yang sepertinya teringat sesuatu, mengikuti di belakangnya.

"Jangan panik dulu. Tolong tunjukkan foto adikmu. Lebih bagus lagi kalau ada foto yang memperlihatkan dia tersenyum sambil menunjukkan giginya," ujar Timmy dengan suara tegas.

Permintaan itu jelas mengarah pada sesuatu, tetapi pria itu terlalu cemas untuk menyadarinya. Sambil menangis, dia buru-buru membuka ponselnya, "Orang tua kami sudah lama meninggal, satu-satunya yang kupunya cuma dia. Kalau terjadi sesuatu sama dia, gimana aku bisa menghadapi mereka di alam sana nanti?"

Aku tersenyum pahit sambil melayang untuk melihat fotonya. Gadis di foto itu terlihat sangat imut. Dia memeluk leher kakaknya sambil membuat tanda V dengan satu tangan dan wajahnya terlihat gembira.

Aku juga pernah mengalami masa-masa seperti itu ....

Timmy dan kakakku saling bertukar pandang dengan ekspresi terkejut. Setelah beberapa saat, Timmy berkata dengan perlahan, "Hari ini kami menerima jasad seorang korban yang terbakar parah, identitasnya belum bisa dikenali. Tapi ... ada tanda pada giginya ...."

Ya, gigi gadis di foto itu juga hilang sebagian.

"Adikku!!!"

Pria itu langsung histeris mendengar pernyataan tersebut. Dia terduduk di lantai sambil menangis tersedu-sedu, "Kalau benar begitu, gimana aku harus hidup ke depannya?!"

Kakakku mengerutkan kening lebih dalam dan memalingkan wajah. Aku tahu apa yang dia pikirkan. Melihat kasih sayang antara kakak dan adik lainnya hanya akan membuat dia semakin merasa jijik padaku.

Timmy menghela napas, "Turut berduka cita. Tapi untuk memastikan identitasnya, kami masih membutuhkan lebih banyak detail tentang adik Anda."

Setelah itu, dia memberi isyarat kepada salah satu petugas yang ikut turun, "Lakukan pencatatan lengkap."

Namun jelas terlihat, kakakku enggan tetap berada di situ. Hanya saja, sebagai seorang ahli forensik, dia tahu bahwa setiap kata yang diucapkan pria itu mungkin menjadi petunjuk penting dalam mengungkap kasus ini.

Dia harus mendengarnya. Bahkan merekamnya untuk didengar berulang kali. Itu adalah kebiasaannya yang unik untuk membuat jasad "berbicara".

"Adikku, dia ...." Pria itu membuka mulutnya dengan hati yang remuk, tetapi seolah kehilangan kemampuan untuk melanjutkan. Saat itu, ponselnya berdering.

Bab terkait

  • Dokter Forensikku, Kakakku   Bab 4

    Ternyata itu sebuah panggilan video. Foto profil yang muncul adalah foto gadis yang tadi baru saja diperlihatkan! Pria itu langsung membeku, kedua tangannya gemetar sampai-sampai tak bisa menekan tombol jawab. Akhirnya, Timmy yang membantunya."Kak!" Dari ujung telepon, suara gadis itu terdengar cemas. "Maaf ya, bikin kamu khawatir. Aku dan teman-teman kecopetan di mal tadi, tapi untung banget polisi cepat tanggap dan membantu kami. Sebentar lagi aku pulang!"Emosi yang berubah dari kesedihan yang mendalam hingga kebahagiaan yang luar biasa, membuat pria itu langsung jatuh pingsan. Polisi yang berdiri di dekatnya buru-buru melempar pena dan buku catatan, lalu segera menekan titik akupresur di bawah hidung pria itu."Kak! Kamu kenapa, Kak? Kamu di mana?!" Gadis di ujung telepon tampak ketakutan, wajahnya pucat."Maaf, begini ceritanya ...." Timmy mengambil alih telepon dan menjelaskan singkat."Oh begitu. Terima kasih ya, Pak Polisi, sudah repot-repot," jawab gadis itu dengan sedikit ma

  • Dokter Forensikku, Kakakku   Bab 5

    "Lepaskan! Itu pasti cuma trik rendahan untuk mengalihkan perhatianku. Kamu ini kepala kepolisian, tapi malah bisa tertipu sama trik begini? Kalaupun memang ada masalah, itu salahnya sendiri!"Kakakku terus meronta sepanjang jalan. Namun, Timmy yang berbadan besar dan kuat menahannya dengan mudah, membuatnya tidak bisa melepaskan diri."Ayolah, anggap saja ini sebagai formalitas penyelidikan. Gimanapun, panggilan itu datang dari ponselnya. Kau sudah lama kerja di kepolisian dan pasti tahu bahwa ada kewajiban hukum yang harus kamu penuhi!"Aku melayang di belakang mereka, hatiku terasa semakin hancur. Itu bukan aku, Kakak. Saat aku disekap, ponselku sudah dirusak di depan mataku. Orang yang sekarang menelepon dan membuatmu semakin benci itu benar-benar bukan aku. Karena aku ... sudah mati.Ketika mereka memasuki kantor, suara tangisan dari gagang telepon menjadi lebih keras. Suaranya terdengar gemetar dan menyeramkan. Seorang polisi di dekatnya meringkuk dengan tidak nyaman. "Kenapa mak

  • Dokter Forensikku, Kakakku   Bab 6

    Timmy buru-buru memberikan ponsel dan MP3 itu kepada kakakku untuk dilihat. Namun, kakakku menepisnya hingga jatuh ke tanah dengan marah."Kamu benar-benar nggak ngerti apa yang kubilang?! Aku sudah bilang, apa pun yang terjadi sama dia, nggak ada hubungannya denganku! Sekarang, aku mau pergi menemani adikku nonton film. Kalau kamu masih terus memaksaku, aku akan ....""Darren!" Timmy turun dari mobil dan berteriak keras memanggil nama lengkap kakakku."Kematian Yani membuatmu terus hidup dalam penderitaan, aku bisa mengerti itu." Mata Timmy memerah karena marah, tinjunya mengepal semakin erat. "Tapi sekarang Suzanne mungkin dalam bahaya! Memastikan keamanannya adalah tugas kita sebagai polisi. Ini dua hal yang sama sekali berbeda!""Lihatlah dirimu sekarang! Di mana sosok ahli forensik yang selalu tenang itu?"Kakakku hanya tertawa dingin. "Kalau menurutmu ada orang lain yang lebih tenang, suruh saja dia yang membantu menyelesaikan kasus ini. Aku nggak mau lagi."Dia mengeluarkan kart

  • Dokter Forensikku, Kakakku   Bab 7

    "Tarah! Kak, tebak ini apa!" Fifi berlari kecil ke dapur sambil membawa sebuah mangkuk kecil untuk merebus sup.Kakakku sebenarnya sudah tahu, tapi dia tetap berpura-pura terkejut dan tersenyum, "Apa itu? Wanginya enak sekali.""Ini sup akar ginseng yang kumasak untukmu." Fifi membuka tutup mangkuk itu dengan wajah penuh perhatian. "Akhir-akhir ini kamu sering lembur, tubuhmu pasti capek. Kamu harus menjaga kesehatanmu.""Maaf ya, Fifi. Akhir-akhir ini Kakak jarang meluangkan waktu untukmu." Kakakku menerima mangkuk kecil yang diambilkan Fifi, terlihat sangat tersentuh.Fifi menopang dagunya dengan kedua tangan. "Nggak apa-apa, Kak. Cepat diminum." Kakakku mengangguk dan mulai menyeruput sup itu. Saat itulah, bel pintu berbunyi. Fifi sedikit mengernyitkan dahi.Kakakku segera meletakkan mangkuk itu. "Kamu pasti capek habis jalan-jalan. Duduk saja, aku yang buka pintunya.""Permisi, maaf mengganggu, Pak Darren!" Orang di luar pintu mengenakan kaus oblong dan celana pendek. Di tangannya

  • Dokter Forensikku, Kakakku   Bab 8

    Kurir itu menyerahkan sebuah kotak seukuran buku catatan kepada kakakku. "Ini paket Anda, tolong tanda tangan di sini.""Fifi, kamu beliin sesuatu untukku, ya?" Kakakku menandatangani paket itu, lalu membawanya kembali ke dalam rumah.Mata Fifi sempat menunjukkan sedikit keraguan, tetapi dia tetap tersenyum manis. "Nggak, Kak. Sebenarnya aku memang berencana menggunakan uang beasiswa untuk membelikan hadiah untukmu, tapi aku belum sempat memilih.""Uangmu itu simpan saja untuk masa depan, buat jadi mas kawin nanti. Jangan dihabiskan untuk hal-hal yang nggak perlu di Kakak." Barulah kakakku memperhatikan nama pengirim di paket itu. Nama itu adalah namaku.Wajah kakakku langsung berubah menjadi dingin. Dia membuka pintu lagi dan melemparkan paket itu keluar tanpa ragu. Aku melayang di dekatnya, menyaksikan semua itu. Rasanya seperti ada ribuan jarum menusuk hatiku Mungkin ... mati sebenarnya lebih baik.Kakakku kembali ke meja makan.Dengan wajah penasaran, Fifi bertanya, "Kenapa dibuang

  • Dokter Forensikku, Kakakku   Bab 9

    Sekarang, tidak akan ada lagi yang mengganggunya. Namun, Fifi menunjukkan ekspresi cemas dan memanggilnya dengan hati-hati, "Kak, apa Suzanne benar-benar dalam masalah?""Hmph, bahkan kalau dia dalam masalah, lalu kenapa? Bajingan seperti itu pantas mendapatkan akhir yang buruk, bukankah begitu?"Kakakku meniup tangan Fifi untuk memastikan tangannya tidak sakit. "Sudah malam. Pergi istirahat, aku yang akan bereskan meja ini.""Nggak, Kak. Kamu sudah lelah sekali belakangan ini. Hal kecil seperti ini biar aku saja yang urus."Fifi langsung membawa mangkuk sup ke dapur. Namun begitu dia tiba di dapur, ekspresinya langsung berubah menjadi dingin dan kejam, seperti sedang memikirkan sesuatu dengan cepat.Sementara itu, kakakku merasa sangat tersentuh oleh perhatian Fifi. Saat itulah, ketukan pintu kembali terdengar. Namun kali ini, ritmenya sangat berbeda ... pelan, lambat, dan terasa sangat aneh.Fifi segera keluar dari dapur, dengan ekspresi waspada di matanya."Biar aku yang buka pintun

  • Dokter Forensikku, Kakakku   Bab 10

    Udara di ruangan itu mendadak terasa membeku. Kakakku tertegun, matanya penuh kebingungan saat berbalik, "Mana mungkin ....""Aku nggak melakukannya, Kak!" Fifi menggelengkan kepala dengan mata penuh air mata. "Kakak harus percaya padaku.""Bukti sudah jelas! Semua sandiwara ini nggak akan mengubah kenyataan!" teriak Timmy dengan marah.Namun, melihat ekspresi tak berdaya Fifi, kakakku langsung mengesampingkan keraguannya, lalu berbalik dan memeluknya untuk menenangkan, "Aku percaya padamu. Jangan takut ....""Pfft!" Sebuah pisau bedah kecil tiba-tiba ditancapkan ke dada kakakku."Sial!" Timmy yang melihat punggung kakakku goyah, langsung panik dan mengeluarkan pistolnya. "Fifi, jangan bergerak!"Kakakku menatap Fifi dengan wajah penuh ketidakpercayaan. "Ken ... kenapa ....""Karena aku mencintaimu, Kak." Fifi buru-buru mencabut pisau dari dadanya dan mengarahkannya ke leher kakakku, senyumnya berubah menjadi kejam."Dulu, akulah yang duluan menyukaimu. Tapi siapa sangka kakakku merebu

  • Dokter Forensikku, Kakakku   Bab 11

    "Kamu bisa lihat sendiri giginya bermasalah, 'kan? Tahu kenapa?" Timmy melemparkan setumpuk laporan ke arah kakakku dengan penuh amarah."Karena dia bekerja terlalu keras selama bertahun-tahun! Usianya masih muda, tapi imunitas tubuhnya menurun drastis sampai terkena leukemia!"Kakakku tiba-tiba mengangkat kepalanya dengan air mata yang mengalir deras. "Apa kamu bilang?""Tapi dia nggak pernah berniat untuk mengobati dirinya sendiri. Ketidakpercayaan dan dinginnya sikapmu membuatnya lebih putus asa daripada penyakit itu sendiri!"Timmy memandangnya dengan penuh penghinaan, lalu melemparkan sebuah kotak paket ke hadapannya. "Tahu apa yang ada di dalam ini? Surat kepemilikan rumah atas namamu dan seluruh tabungannya!""Bahkan saat dia menyerah sama pengobatan, dia masih memikirkanmu, kakak yang berengsek ini! Kamu malah membuangnya begitu saja! Apa yang membuatmu pantas menerima semua ini?!"Di tengah teriakan penuh amarah Timmy, kakakku berdiri dengan tatapan kosong. Setelah itu, dia me

Bab terbaru

  • Dokter Forensikku, Kakakku   Bab 11

    "Kamu bisa lihat sendiri giginya bermasalah, 'kan? Tahu kenapa?" Timmy melemparkan setumpuk laporan ke arah kakakku dengan penuh amarah."Karena dia bekerja terlalu keras selama bertahun-tahun! Usianya masih muda, tapi imunitas tubuhnya menurun drastis sampai terkena leukemia!"Kakakku tiba-tiba mengangkat kepalanya dengan air mata yang mengalir deras. "Apa kamu bilang?""Tapi dia nggak pernah berniat untuk mengobati dirinya sendiri. Ketidakpercayaan dan dinginnya sikapmu membuatnya lebih putus asa daripada penyakit itu sendiri!"Timmy memandangnya dengan penuh penghinaan, lalu melemparkan sebuah kotak paket ke hadapannya. "Tahu apa yang ada di dalam ini? Surat kepemilikan rumah atas namamu dan seluruh tabungannya!""Bahkan saat dia menyerah sama pengobatan, dia masih memikirkanmu, kakak yang berengsek ini! Kamu malah membuangnya begitu saja! Apa yang membuatmu pantas menerima semua ini?!"Di tengah teriakan penuh amarah Timmy, kakakku berdiri dengan tatapan kosong. Setelah itu, dia me

  • Dokter Forensikku, Kakakku   Bab 10

    Udara di ruangan itu mendadak terasa membeku. Kakakku tertegun, matanya penuh kebingungan saat berbalik, "Mana mungkin ....""Aku nggak melakukannya, Kak!" Fifi menggelengkan kepala dengan mata penuh air mata. "Kakak harus percaya padaku.""Bukti sudah jelas! Semua sandiwara ini nggak akan mengubah kenyataan!" teriak Timmy dengan marah.Namun, melihat ekspresi tak berdaya Fifi, kakakku langsung mengesampingkan keraguannya, lalu berbalik dan memeluknya untuk menenangkan, "Aku percaya padamu. Jangan takut ....""Pfft!" Sebuah pisau bedah kecil tiba-tiba ditancapkan ke dada kakakku."Sial!" Timmy yang melihat punggung kakakku goyah, langsung panik dan mengeluarkan pistolnya. "Fifi, jangan bergerak!"Kakakku menatap Fifi dengan wajah penuh ketidakpercayaan. "Ken ... kenapa ....""Karena aku mencintaimu, Kak." Fifi buru-buru mencabut pisau dari dadanya dan mengarahkannya ke leher kakakku, senyumnya berubah menjadi kejam."Dulu, akulah yang duluan menyukaimu. Tapi siapa sangka kakakku merebu

  • Dokter Forensikku, Kakakku   Bab 9

    Sekarang, tidak akan ada lagi yang mengganggunya. Namun, Fifi menunjukkan ekspresi cemas dan memanggilnya dengan hati-hati, "Kak, apa Suzanne benar-benar dalam masalah?""Hmph, bahkan kalau dia dalam masalah, lalu kenapa? Bajingan seperti itu pantas mendapatkan akhir yang buruk, bukankah begitu?"Kakakku meniup tangan Fifi untuk memastikan tangannya tidak sakit. "Sudah malam. Pergi istirahat, aku yang akan bereskan meja ini.""Nggak, Kak. Kamu sudah lelah sekali belakangan ini. Hal kecil seperti ini biar aku saja yang urus."Fifi langsung membawa mangkuk sup ke dapur. Namun begitu dia tiba di dapur, ekspresinya langsung berubah menjadi dingin dan kejam, seperti sedang memikirkan sesuatu dengan cepat.Sementara itu, kakakku merasa sangat tersentuh oleh perhatian Fifi. Saat itulah, ketukan pintu kembali terdengar. Namun kali ini, ritmenya sangat berbeda ... pelan, lambat, dan terasa sangat aneh.Fifi segera keluar dari dapur, dengan ekspresi waspada di matanya."Biar aku yang buka pintun

  • Dokter Forensikku, Kakakku   Bab 8

    Kurir itu menyerahkan sebuah kotak seukuran buku catatan kepada kakakku. "Ini paket Anda, tolong tanda tangan di sini.""Fifi, kamu beliin sesuatu untukku, ya?" Kakakku menandatangani paket itu, lalu membawanya kembali ke dalam rumah.Mata Fifi sempat menunjukkan sedikit keraguan, tetapi dia tetap tersenyum manis. "Nggak, Kak. Sebenarnya aku memang berencana menggunakan uang beasiswa untuk membelikan hadiah untukmu, tapi aku belum sempat memilih.""Uangmu itu simpan saja untuk masa depan, buat jadi mas kawin nanti. Jangan dihabiskan untuk hal-hal yang nggak perlu di Kakak." Barulah kakakku memperhatikan nama pengirim di paket itu. Nama itu adalah namaku.Wajah kakakku langsung berubah menjadi dingin. Dia membuka pintu lagi dan melemparkan paket itu keluar tanpa ragu. Aku melayang di dekatnya, menyaksikan semua itu. Rasanya seperti ada ribuan jarum menusuk hatiku Mungkin ... mati sebenarnya lebih baik.Kakakku kembali ke meja makan.Dengan wajah penasaran, Fifi bertanya, "Kenapa dibuang

  • Dokter Forensikku, Kakakku   Bab 7

    "Tarah! Kak, tebak ini apa!" Fifi berlari kecil ke dapur sambil membawa sebuah mangkuk kecil untuk merebus sup.Kakakku sebenarnya sudah tahu, tapi dia tetap berpura-pura terkejut dan tersenyum, "Apa itu? Wanginya enak sekali.""Ini sup akar ginseng yang kumasak untukmu." Fifi membuka tutup mangkuk itu dengan wajah penuh perhatian. "Akhir-akhir ini kamu sering lembur, tubuhmu pasti capek. Kamu harus menjaga kesehatanmu.""Maaf ya, Fifi. Akhir-akhir ini Kakak jarang meluangkan waktu untukmu." Kakakku menerima mangkuk kecil yang diambilkan Fifi, terlihat sangat tersentuh.Fifi menopang dagunya dengan kedua tangan. "Nggak apa-apa, Kak. Cepat diminum." Kakakku mengangguk dan mulai menyeruput sup itu. Saat itulah, bel pintu berbunyi. Fifi sedikit mengernyitkan dahi.Kakakku segera meletakkan mangkuk itu. "Kamu pasti capek habis jalan-jalan. Duduk saja, aku yang buka pintunya.""Permisi, maaf mengganggu, Pak Darren!" Orang di luar pintu mengenakan kaus oblong dan celana pendek. Di tangannya

  • Dokter Forensikku, Kakakku   Bab 6

    Timmy buru-buru memberikan ponsel dan MP3 itu kepada kakakku untuk dilihat. Namun, kakakku menepisnya hingga jatuh ke tanah dengan marah."Kamu benar-benar nggak ngerti apa yang kubilang?! Aku sudah bilang, apa pun yang terjadi sama dia, nggak ada hubungannya denganku! Sekarang, aku mau pergi menemani adikku nonton film. Kalau kamu masih terus memaksaku, aku akan ....""Darren!" Timmy turun dari mobil dan berteriak keras memanggil nama lengkap kakakku."Kematian Yani membuatmu terus hidup dalam penderitaan, aku bisa mengerti itu." Mata Timmy memerah karena marah, tinjunya mengepal semakin erat. "Tapi sekarang Suzanne mungkin dalam bahaya! Memastikan keamanannya adalah tugas kita sebagai polisi. Ini dua hal yang sama sekali berbeda!""Lihatlah dirimu sekarang! Di mana sosok ahli forensik yang selalu tenang itu?"Kakakku hanya tertawa dingin. "Kalau menurutmu ada orang lain yang lebih tenang, suruh saja dia yang membantu menyelesaikan kasus ini. Aku nggak mau lagi."Dia mengeluarkan kart

  • Dokter Forensikku, Kakakku   Bab 5

    "Lepaskan! Itu pasti cuma trik rendahan untuk mengalihkan perhatianku. Kamu ini kepala kepolisian, tapi malah bisa tertipu sama trik begini? Kalaupun memang ada masalah, itu salahnya sendiri!"Kakakku terus meronta sepanjang jalan. Namun, Timmy yang berbadan besar dan kuat menahannya dengan mudah, membuatnya tidak bisa melepaskan diri."Ayolah, anggap saja ini sebagai formalitas penyelidikan. Gimanapun, panggilan itu datang dari ponselnya. Kau sudah lama kerja di kepolisian dan pasti tahu bahwa ada kewajiban hukum yang harus kamu penuhi!"Aku melayang di belakang mereka, hatiku terasa semakin hancur. Itu bukan aku, Kakak. Saat aku disekap, ponselku sudah dirusak di depan mataku. Orang yang sekarang menelepon dan membuatmu semakin benci itu benar-benar bukan aku. Karena aku ... sudah mati.Ketika mereka memasuki kantor, suara tangisan dari gagang telepon menjadi lebih keras. Suaranya terdengar gemetar dan menyeramkan. Seorang polisi di dekatnya meringkuk dengan tidak nyaman. "Kenapa mak

  • Dokter Forensikku, Kakakku   Bab 4

    Ternyata itu sebuah panggilan video. Foto profil yang muncul adalah foto gadis yang tadi baru saja diperlihatkan! Pria itu langsung membeku, kedua tangannya gemetar sampai-sampai tak bisa menekan tombol jawab. Akhirnya, Timmy yang membantunya."Kak!" Dari ujung telepon, suara gadis itu terdengar cemas. "Maaf ya, bikin kamu khawatir. Aku dan teman-teman kecopetan di mal tadi, tapi untung banget polisi cepat tanggap dan membantu kami. Sebentar lagi aku pulang!"Emosi yang berubah dari kesedihan yang mendalam hingga kebahagiaan yang luar biasa, membuat pria itu langsung jatuh pingsan. Polisi yang berdiri di dekatnya buru-buru melempar pena dan buku catatan, lalu segera menekan titik akupresur di bawah hidung pria itu."Kak! Kamu kenapa, Kak? Kamu di mana?!" Gadis di ujung telepon tampak ketakutan, wajahnya pucat."Maaf, begini ceritanya ...." Timmy mengambil alih telepon dan menjelaskan singkat."Oh begitu. Terima kasih ya, Pak Polisi, sudah repot-repot," jawab gadis itu dengan sedikit ma

  • Dokter Forensikku, Kakakku   Bab 3

    Aku benar-benar tidak tahu kenapa setelah Yani mendorongku masuk ke dalam kamar mandi waktu itu, pintunya langsung terkunci dari dalam dan tidak bisa dibuka. Semuanya terjadi begitu mendadak dan ponselku tertinggal di luar. Sampai sekarang, jeritan Yani masih terngiang di telingaku.Aku terus berteriak meminta pertolongan sampai tenggorokanku berdarah, sebelum akhirnya kelelahan dan pingsan. Saat aku sadar kembali, polisi yang sedang menginterogasiku mengatakan bahwa pintunya terkunci dari dalam. Kakakku nyaris mencekikku di tempat saat mendengar itu.Kini, tubuhku memang telah terbakar, meski tidak sepenuhnya menjadi abu. Namun jika identitasku berhasil ditemukan, mungkin Kakak akan merasa sedikit lega, 'kan? Namun sekarang, fokus mereka adalah memecahkan kasus ini.Timmy menarik napas dalam-dalam, "Maaf, aku terlalu banyak bicara. Akhir-akhir ini kamu sibuk sekali. Pulanglah dan istirahat."Kakakku tidak menjawab. Dia hanya langsung berbalik dan turun ke lantai bawah. Namun saat itu,

DMCA.com Protection Status