Aaron tidak seperti Alfred yang menampakkan diri setiap hari. Sulit bagi kami untuk mendekati Aaron. Aku dan teman-temanku hanya bisa datang ke tempat yang sering dikunjunginya secara bergiliran.Hari ini, salah satu temanku mengirim pesan. Dia mendengar rencana Aaron yang selanjutnya. Aku memutar audionya."Keributan hari itu sangat besar. Kamu sudah bosan hidup ya?" Terdengar pula suara gelas pecah. Aaron yang membantingnya karena marah."Jangan marah, Pak. Keluarga gadis itu benar-benar merepotkan. Tapi, aku sudah memberi mereka pelajaran beberapa hari lalu. Mereka sudah pulang ke kampung halaman."Nada bicara Aaron menjadi lebih baik. "Bagus kalau begitu. Kuharap kamu bisa menebus kesalahanmu besok."Temanku tidak tahu apa yang dimaksud Aaron, tetapi aku tahu semuanya. Amarahku berkecamuk. Kalau bisa, aku pasti membunuhnya sekarang juga.Ketika melihat mataku memerah, teman-temanku terkejut dan menasihatiku untuk tidak melakukan sesuatu yang ilegal.Setelah mengawasi Aaron selama s
Kali ini, opini publik tidak bisa diredam lagi dengan uang. Berita ada di mana-mana. Bahkan, beberapa korban memberanikan diri untuk angkat bicara. Mereka menuntut Aaron dan lainnya.Namun, Grup Hompa tidak bisa dijatuhkan semudah itu. Sama seperti Alfred, Aaron juga memberi surat pernyataan bahwa dirinya menderita gangguan jiwa.Aaron mengatakan audio dan video yang ada adalah hasil editan. Dia dan Alfred bisa punya foto bersama juga karena pernah dirawat di rumah sakit jiwa yang sama.Para korban yang telah memberanikan diri untuk mengatasi trauma mereka malah dituduh memfitnahnya. Aaron berhasil membalikkan situasi dengan mudah. Kini, dia yang menjadi korban.Ketika melihat Aaron yang tampak berbangga diri di TV, aku menggertakkan gigiku dengan kesal. Bagaimana bisa bajingan ini mengucapkan hal yang begitu tidak tahu malu?Aku merasa enggan dan terus membuntuti Aaron. Kali ini, Aaron makin berwaspada dan mengutus pengawal mengikutinya.Ketika aku merasa tidak berdaya, temanku tiba-t
Ketika Aaron dibawa keluar dari kamar mandi dengan tandu, dia melihat putrinya dikerumuni. Seketika, dia melompat turun dan menyerbu ke kerumunan untuk melindungi putrinya."Jangan serang putriku! Serang saja aku! Ini salahku! Lepaskan putriku!" serunya.Aku merasa lucu melihat Aaron yang berteriak dengan sekujur tubuh dipenuhi luka. Apa dia sudah tahu arti dari sakit? Namun, rasa sakitnya ini masih tidak bisa dibandingkan dengan rasa sakitku!Putrinya masih hidup dengan baik, sedangkan putriku? Aku harus mengantar kepergian putriku dan menerima perundungan seluruh orang di rumah sakit jiwa. Ini sudah saatnya Aaron mendapatkan ganjaran yang setimpal.Kerumunan tidak ingin mendengar omong kosong Aaron. Mereka langsung maju dan menghajarnya habis-habisan. Kebetulan, ada reporter yang merekam adegan ini sehingga masalah ini kembali menjadi trending topic.Para netizen akhirnya menemukan petunjuk. Mereka menemukan rumah sakit yang mengeluarkan surat pernyataan bahwa Aaron dan lainnya mende
Setelah menerima telepon dari polisi, aku bergegas ke desa itu secepat mungkin. Begitu turun dari mobil, aku melihat tatapan penuh belas kasihan dari para polisi di sekitarku. Merasakan firasat buruk, aku meminta istriku menunggu di dalam mobil.Saat melangkah masuk ke rumah itu, aku melihat putriku yang dulunya ceria, kini terbaring tak berdaya di ranjang semen dengan ditutupi jaket polisi wanita yang ada di sana."Lili ...."Aku tidak percaya. Dengan lembut, aku memanggilnya, berharap dia akan bangun seperti biasa dan menjawabku. Namun, tidak ada respons sama sekali."Lili, bangun, ayo kita pulang .... Tidur di rumah, ya?" Aku mendekat ingin menggendongnya, tapi seorang polisi mencegahku."Pak Johnson, kami turut berduka ...." Tanganku gemetaran saat menggenggam polisi itu sambil bertanya, "Siapa pelakunya? Cepat tangkap orang yang membunuh putriku ...."Aku menggertakkan gigi dengan marah. Ingin sekali rasanya aku menemukan pelaku itu dan menghukumnya sekarang juga. Namun, polisi it
Setelah pulang dari kantor polisi, aku menutup perguruan bela diri dan meminta istriku untuk menelepon rumah sakit jiwa. Istriku menggelengkan kepalanya sambil berlinang air mata. Namun, aku menekan tangannya untuk memaksanya menelepon. Jika mereka bisa memanfaatkan celah ini, mengapa aku tidak?Setelah itu, aku pun menjadi "gila" dan didiagnosis sebagai penderita gangguan jiwa.Pada hari aku keluar dari rumah sakit, istriku menjemputku dan mengantarkanku ke pemakaman. Melihat putriku yang dulu ceria kini hanya menjadi sebuah foto di batu nisan, aku berjanji dalam hati untuk membalaskan dendamnya.Aku tidak ingin dia merasa ayahnya lemah. Kebaikan yang diajarkan ayahnya malah membuatnya terjebak dalam bencana. Bukan kebaikannya yang salah, tetapi kejahatan merekalah yang harus disalahkan.Seperti yang kuduga, Alfred kembali muncul. Kali ini, dia membawa beberapa orang tua di desa untuk memainkan drama mereka. Beberapa orang tua berakting jatuh dan terduduk di tanah. Dari kejauhan, terd
Mereka enggan menyerangku di dalam mobil karena takut merusak peralatan yang ada, jadi mereka mengurungku di sudut yang tersembunyi. Begitu melihatku, pria yang berperan sebagai orang tua renta itu langsung berdiri tegak. Ternyata dia hanya pria kurus yang lemah."Alfred, sudah kuduga pria ini bukan orang baik."Alfred menyipitkan mata, melempar puntung rokok yang baru dihisapnya ke arahku. "Mengacaukan rencana kita, ya? Mau balas dendam untuk putrimu? Jangan mimpi! Hajar dia sampai babak belur!"Pria yang bernama Pedro dan Gordon itu langsung menuruti perintahnya dan mulai menghajarku. Tangan dan kaki mereka yang kecil dan kurus hanya terasa seperti gigitan nyamuk di tubuhku. Aku menahan diri dan tidak bergerak. Tidak lama, keduanya malah terengah-engah."Kak Alfred, orang ini pengecut. Dia cuma berani sembunyi di sudut untuk mengintip kita," kata Pedro berusaha cari muka. Sambil tersenyum sinis, aku mengepalkan tinju diam-diam."Lihat saja, badannya besar tapi cuma pengecut! Beberapa
Saat aku benar-benar ingin membalas dendam, polisi akhirnya datang terlambat. Melihat kami berempat dengan wajah bengkak dan memar, polisi membawa kami semua ke kantor polisi. Dalam beberapa hari ini, kami sudah dua kali masuk kantor polisi, bahkan petugas yang sama datang lagi dengan tatapan prihatin."Johnson, aku tahu apa yang terjadi pada putrimu adalah pukulan berat bagimu, tapi kamu yang memulai perkelahian ini, jadi ...."Sebelum dia selesai bicara, aku mengeluarkan catatan medis yang sudah kupersiapkan dan meletakkannya di atas meja. Petugas itu, yang awalnya bingung, akhirnya tersenyum kecil setelah membaca isinya dan berkata, "Lepaskan mereka!"Ketiga orang itu yang sebelumnya berhasil keluar dari kantor polisi dengan alasan "gangguan mental", bingung melihat aku juga keluar tanpa masalah. Walaupun tak bisa berbuat apa-apa di kantor polisi, Alfred tetap mengancamku sebelum pergi.Saat pulang, istriku terkejut melihatku penuh luka. Aku berusaha menahan rasa sakit dan tidak mem
Kata-kataku membuat orang-orang di sekitar kaget. Mereka pun mulai mengeluarkan ponsel mereka untuk merekam kejadian ini. Kedua orang itu merasa sakit dan terpaksa melepaskan gadis itu, tetapi saat mereka menyadari siapa aku, ekspresi mereka berubah menjadi gugup."Siapa kamu? Berani-beraninya ikut campur dalam urusan keluarga kami? Kusarankan sebaiknya kamu jangan ikut campur, biar kami selesaikan masalah keluarga kami sendiri." Memang pantas Alfred menjadi pemimpin di desa itu. Dia malah duluan mempertanyakanku.Aku menatapnya dengan dingin. "Yakin gadis ini keluarga kalian? Coba sebutkan namanya dan tanggal lahirnya!""Tina," balas kedua orang itu dengan suara lemah. Begitu mendengarnya, gadis itu langsung mengeluarkan KTP yang dibawanya untuk ditunjukkan padaku.Aku bertukar pandang dengannya, lalu menyuruhnya menunjukkannya kepada semua orang di sekitar kami. Gadis itu yang kini benar-benar ketakutan, mengikuti arahanku dan menunjukkan KTP-nya kepada orang-orang di sekitar."Ini j
Ketika Aaron dibawa keluar dari kamar mandi dengan tandu, dia melihat putrinya dikerumuni. Seketika, dia melompat turun dan menyerbu ke kerumunan untuk melindungi putrinya."Jangan serang putriku! Serang saja aku! Ini salahku! Lepaskan putriku!" serunya.Aku merasa lucu melihat Aaron yang berteriak dengan sekujur tubuh dipenuhi luka. Apa dia sudah tahu arti dari sakit? Namun, rasa sakitnya ini masih tidak bisa dibandingkan dengan rasa sakitku!Putrinya masih hidup dengan baik, sedangkan putriku? Aku harus mengantar kepergian putriku dan menerima perundungan seluruh orang di rumah sakit jiwa. Ini sudah saatnya Aaron mendapatkan ganjaran yang setimpal.Kerumunan tidak ingin mendengar omong kosong Aaron. Mereka langsung maju dan menghajarnya habis-habisan. Kebetulan, ada reporter yang merekam adegan ini sehingga masalah ini kembali menjadi trending topic.Para netizen akhirnya menemukan petunjuk. Mereka menemukan rumah sakit yang mengeluarkan surat pernyataan bahwa Aaron dan lainnya mende
Kali ini, opini publik tidak bisa diredam lagi dengan uang. Berita ada di mana-mana. Bahkan, beberapa korban memberanikan diri untuk angkat bicara. Mereka menuntut Aaron dan lainnya.Namun, Grup Hompa tidak bisa dijatuhkan semudah itu. Sama seperti Alfred, Aaron juga memberi surat pernyataan bahwa dirinya menderita gangguan jiwa.Aaron mengatakan audio dan video yang ada adalah hasil editan. Dia dan Alfred bisa punya foto bersama juga karena pernah dirawat di rumah sakit jiwa yang sama.Para korban yang telah memberanikan diri untuk mengatasi trauma mereka malah dituduh memfitnahnya. Aaron berhasil membalikkan situasi dengan mudah. Kini, dia yang menjadi korban.Ketika melihat Aaron yang tampak berbangga diri di TV, aku menggertakkan gigiku dengan kesal. Bagaimana bisa bajingan ini mengucapkan hal yang begitu tidak tahu malu?Aku merasa enggan dan terus membuntuti Aaron. Kali ini, Aaron makin berwaspada dan mengutus pengawal mengikutinya.Ketika aku merasa tidak berdaya, temanku tiba-t
Aaron tidak seperti Alfred yang menampakkan diri setiap hari. Sulit bagi kami untuk mendekati Aaron. Aku dan teman-temanku hanya bisa datang ke tempat yang sering dikunjunginya secara bergiliran.Hari ini, salah satu temanku mengirim pesan. Dia mendengar rencana Aaron yang selanjutnya. Aku memutar audionya."Keributan hari itu sangat besar. Kamu sudah bosan hidup ya?" Terdengar pula suara gelas pecah. Aaron yang membantingnya karena marah."Jangan marah, Pak. Keluarga gadis itu benar-benar merepotkan. Tapi, aku sudah memberi mereka pelajaran beberapa hari lalu. Mereka sudah pulang ke kampung halaman."Nada bicara Aaron menjadi lebih baik. "Bagus kalau begitu. Kuharap kamu bisa menebus kesalahanmu besok."Temanku tidak tahu apa yang dimaksud Aaron, tetapi aku tahu semuanya. Amarahku berkecamuk. Kalau bisa, aku pasti membunuhnya sekarang juga.Ketika melihat mataku memerah, teman-temanku terkejut dan menasihatiku untuk tidak melakukan sesuatu yang ilegal.Setelah mengawasi Aaron selama s
"Nggak ada. Nggak usah panik begitu. Kamu terus menggagalkan rencanaku. Makanya, aku ingin memberimu hadiah spesial," ucap Alfred yang menatap kamera dengan ekspresi gila."Hentikan!" seruku.Alfred menggeleng, lalu meletakkan ponsel di tempat yang bisa menyorot istriku. Mereka menjambak rambut istriku, mengangkatnya, dan melayangkan tamparan dengan kuat. Mataku sontak memerah."Serang saja aku! Apa hebatnya menyerang wanita?""Nggak ada gunanya memprovokasiku. Aku nggak bakal terpengaruh."Alfred terus menampar istriku. Teriakan penuh kesakitan itu membuat hatiku sangat sakit. Sekelompok orang ini memang gila! Mereka bukan hanya membunuh putriku, tapi juga ingin menghancurkan istriku!Setelah beberapa tamparan, istriku terbaring di lantai dengan tidak berdaya.Aku bergegas ke lokasi. Begitu tiba, aku langsung memarkirkan mobil dan mencari istriku. Alfred tidak terkejut melihat kedatanganku.Aku sontak maju dan menendang Pedro serta Gordon yang menahan istriku. Ketika melihatku, istrik
Kata-kataku membuat orang-orang di sekitar kaget. Mereka pun mulai mengeluarkan ponsel mereka untuk merekam kejadian ini. Kedua orang itu merasa sakit dan terpaksa melepaskan gadis itu, tetapi saat mereka menyadari siapa aku, ekspresi mereka berubah menjadi gugup."Siapa kamu? Berani-beraninya ikut campur dalam urusan keluarga kami? Kusarankan sebaiknya kamu jangan ikut campur, biar kami selesaikan masalah keluarga kami sendiri." Memang pantas Alfred menjadi pemimpin di desa itu. Dia malah duluan mempertanyakanku.Aku menatapnya dengan dingin. "Yakin gadis ini keluarga kalian? Coba sebutkan namanya dan tanggal lahirnya!""Tina," balas kedua orang itu dengan suara lemah. Begitu mendengarnya, gadis itu langsung mengeluarkan KTP yang dibawanya untuk ditunjukkan padaku.Aku bertukar pandang dengannya, lalu menyuruhnya menunjukkannya kepada semua orang di sekitar kami. Gadis itu yang kini benar-benar ketakutan, mengikuti arahanku dan menunjukkan KTP-nya kepada orang-orang di sekitar."Ini j
Saat aku benar-benar ingin membalas dendam, polisi akhirnya datang terlambat. Melihat kami berempat dengan wajah bengkak dan memar, polisi membawa kami semua ke kantor polisi. Dalam beberapa hari ini, kami sudah dua kali masuk kantor polisi, bahkan petugas yang sama datang lagi dengan tatapan prihatin."Johnson, aku tahu apa yang terjadi pada putrimu adalah pukulan berat bagimu, tapi kamu yang memulai perkelahian ini, jadi ...."Sebelum dia selesai bicara, aku mengeluarkan catatan medis yang sudah kupersiapkan dan meletakkannya di atas meja. Petugas itu, yang awalnya bingung, akhirnya tersenyum kecil setelah membaca isinya dan berkata, "Lepaskan mereka!"Ketiga orang itu yang sebelumnya berhasil keluar dari kantor polisi dengan alasan "gangguan mental", bingung melihat aku juga keluar tanpa masalah. Walaupun tak bisa berbuat apa-apa di kantor polisi, Alfred tetap mengancamku sebelum pergi.Saat pulang, istriku terkejut melihatku penuh luka. Aku berusaha menahan rasa sakit dan tidak mem
Mereka enggan menyerangku di dalam mobil karena takut merusak peralatan yang ada, jadi mereka mengurungku di sudut yang tersembunyi. Begitu melihatku, pria yang berperan sebagai orang tua renta itu langsung berdiri tegak. Ternyata dia hanya pria kurus yang lemah."Alfred, sudah kuduga pria ini bukan orang baik."Alfred menyipitkan mata, melempar puntung rokok yang baru dihisapnya ke arahku. "Mengacaukan rencana kita, ya? Mau balas dendam untuk putrimu? Jangan mimpi! Hajar dia sampai babak belur!"Pria yang bernama Pedro dan Gordon itu langsung menuruti perintahnya dan mulai menghajarku. Tangan dan kaki mereka yang kecil dan kurus hanya terasa seperti gigitan nyamuk di tubuhku. Aku menahan diri dan tidak bergerak. Tidak lama, keduanya malah terengah-engah."Kak Alfred, orang ini pengecut. Dia cuma berani sembunyi di sudut untuk mengintip kita," kata Pedro berusaha cari muka. Sambil tersenyum sinis, aku mengepalkan tinju diam-diam."Lihat saja, badannya besar tapi cuma pengecut! Beberapa
Setelah pulang dari kantor polisi, aku menutup perguruan bela diri dan meminta istriku untuk menelepon rumah sakit jiwa. Istriku menggelengkan kepalanya sambil berlinang air mata. Namun, aku menekan tangannya untuk memaksanya menelepon. Jika mereka bisa memanfaatkan celah ini, mengapa aku tidak?Setelah itu, aku pun menjadi "gila" dan didiagnosis sebagai penderita gangguan jiwa.Pada hari aku keluar dari rumah sakit, istriku menjemputku dan mengantarkanku ke pemakaman. Melihat putriku yang dulu ceria kini hanya menjadi sebuah foto di batu nisan, aku berjanji dalam hati untuk membalaskan dendamnya.Aku tidak ingin dia merasa ayahnya lemah. Kebaikan yang diajarkan ayahnya malah membuatnya terjebak dalam bencana. Bukan kebaikannya yang salah, tetapi kejahatan merekalah yang harus disalahkan.Seperti yang kuduga, Alfred kembali muncul. Kali ini, dia membawa beberapa orang tua di desa untuk memainkan drama mereka. Beberapa orang tua berakting jatuh dan terduduk di tanah. Dari kejauhan, terd
Setelah menerima telepon dari polisi, aku bergegas ke desa itu secepat mungkin. Begitu turun dari mobil, aku melihat tatapan penuh belas kasihan dari para polisi di sekitarku. Merasakan firasat buruk, aku meminta istriku menunggu di dalam mobil.Saat melangkah masuk ke rumah itu, aku melihat putriku yang dulunya ceria, kini terbaring tak berdaya di ranjang semen dengan ditutupi jaket polisi wanita yang ada di sana."Lili ...."Aku tidak percaya. Dengan lembut, aku memanggilnya, berharap dia akan bangun seperti biasa dan menjawabku. Namun, tidak ada respons sama sekali."Lili, bangun, ayo kita pulang .... Tidur di rumah, ya?" Aku mendekat ingin menggendongnya, tapi seorang polisi mencegahku."Pak Johnson, kami turut berduka ...." Tanganku gemetaran saat menggenggam polisi itu sambil bertanya, "Siapa pelakunya? Cepat tangkap orang yang membunuh putriku ...."Aku menggertakkan gigi dengan marah. Ingin sekali rasanya aku menemukan pelaku itu dan menghukumnya sekarang juga. Namun, polisi it