“Pak Aiden, ini jadwal minggu lalu. Silakan dibaca.” Aku membungkukkan tubuhku dengan hormat, lalu menyerahkan dokumen dengan kedua tanganku.“Ide buruk apa lagi yang ada di benakmu?” Aiden mengambil dokumen dengan kening berkerut. Dia membaca dokumen sekilas. “Bagus, kamu menyelesaikannya dengan cukup baik. Mengenai kerja sama dengan Grup Canata, kamu dan Darren pantau bersama.”Aku mengangguk. “Oke, nanti aku akan cari Darren.”“Apa ada masalah lain lagi?” Aiden mengangkat-angkat alisnya sembari menatapku.“Uhuk, uhuk!” Aku menunjukkan senyuman ramah, lalu berdiri di depan meja Aiden. “Pak Aiden, apa memungkinkan kalau aku pinjam 2 orang darimu? Untuk masalah pribadi.”“Siapa?” Aiden meletakkan dokumen di tangan, lalu mengangkat kepala untuk menatapku.“Emm … seperti orang yang membantumu mencari data Mikael. Maksudku, orang yang bisa menyelidiki sesuatu.” Aku sengaja berbicara dengan bertele-tele.“Siapa yang ingin kamu selidiki?” Aiden berdiri, lalu menatapku. “Katakan, apa yang in
Kenapa Aiden menyelidiki masalah Monica? Apa dia ingin balas dendam untukku?Ketika kepikiran hal ini, hatiku terasa hangat, tetapi aku merasa semuanya tidak memungkinkan. Seharusnya Aiden tidak akan begitu baik terhadapku.“Kalau kamu ingin beri pelajaran kepada Monica, ini adalah sebuah kesempatan yang sangat bagus.” Darren memutar setir mobil, melaju ke arah Grup Canata.Aku menatap Darren dengan kaget. “Kalau begitu, bukannya kerja sama kita dengan Grup Canata akan ….”Aku memang ingin memberi pelajaran kepada Monica, tetapi aku juga tidak ingin Grup Faslim mengalami kerugian karena aku. Aku tidak ingin mendatangkan masalah dan kerugian untuk Aiden.“Haih!” Darren tersenyum. “Sudah bertahun-tahun aku bekerja dengan Pak Aiden. Aku bisa menebak apa yang dipikirkan Pak Aiden hanya dengan sekilas mata. Kalau Pak Aiden nggak bermaksud seperti itu, dia juga nggak akan mengutusmu untuk menangani kerja sama dengan Grup Canata.”“Apa maksudmu?” Aku tidak bisa mencerna.“Maksudku, sebenarnya
Tatapan Lucas membuatku merasa tidak nyaman. Darren pun tertawa, lalu berkata, “Inez bukan hanya kepala asisten saja, dia juga adalah adiknya Pak Aiden.”Ketika mendengar identitasku, senyuman di wajah Lucas langsung terkaku. Dia menatapku dengan sangat kaget. Terlintas rasa tidak percaya di dalam tatapannya. “Astaga! Ternyata putri dari Keluarga Faslim.”Saat aku melihat sikap genit Lucas, aku merasa apa yang dikatakan Darren tadi seharusnya benar.Sejak keluar dari ruang kerja Lucas, Darren mengoceh, “Dasar tua bangka! Menjijikkan sekali.”Aku juga menghela napas panjang. Lucas memang kelihatan arogan sekali. “Lucas masih belum tahu masalah kita nggak akan kerja sama dengan dia.” Darren membuka pintu mobil, lalu memasuki mobil. Setelah itu, dia membuka tutup botol air mineral, meneguk setengah botol. “Dia juga nggak tahu soal Grup Dorcas ingin mempermainkannya. Jadi, terserah dia mau ngapain.”Aku mengangguk. “Biarkan aku pikir bagaimana mengatasi masalah ini.”Mobil melewati sebuah
“Apa kamu butuh bantuanku?” Aiden mengangkat-angkat alisnya.Aku mengembus napas panjang. “Boleh nggak besok kamu telat setengah jam datangnya?”Aiden menatapku dengan tatapan mendalam, kemudian mengangguk.Keesokan harinya, aku datang sangat awal di restoran untuk menunggu Aiden. Selain aku, ada juga Evelyn yang bersikeras ingin mengikutiku.“Haih.” Evelyn melihat menu sambil mendekatiku. Suaranya sengaja direndahkan. “Kamu datang ke sini buat balas dendam. Apa perlu kamu berdandan secantik ini?”Aku merapikan gaun panjang berwarna kuningku. Gaun ini kubeli untuk acara wisuda waktu itu. Rambutku juga sengaja dibuat bergelombang. Aku mengeluarkan lipstik untuk mengoleskannya ke bibirku. “Setelah balas dendam, aku ada acara makan-makan lagi.”Evelyn menyipitkan matanya. Ekspresinya kelihatan sangat licik.“Sudahlah.” Aku mendorong Evelyn dengan tersenyum. “Bukannya … ada Aiden juga di sini? Aku nggak ingin selalu kelihatan polos.”Kami sudah menunggu lama di restoran. Akhirnya Monica da
“Aku cuma nanya dari mana asal mereka? Memangnya aku tanya apa yang ingin kalian lakukan sama aku?” Terlihat sedikit rasa hina di dalam tatapanku. Aku menoleh menatap ke sisi Monica.“Kamu ….” Monica sungguh merasa kesal. Dia melangkah maju selangkah. “Kalau bukan karena kamu, mana mungkin aku akan kehilangan pekerjaanku? Sekarang kamu malah mau memfitnahku? Hari ini aku akan beri pelajaran sama kamu.”Monica mengangkat tangannya hendak memukulku, tetapi tangannya malah diraih olehku. Aku menepis tangan Monica. Pada saat yang sama, terdengar suara tamparan kuat di wajah Monica.“Monica, apa kamu baik-baik saja?” Air mata menetes dari wajah Venus. Dia segera maju untuk memapah Monica. “Inez, kenapa kamu malah pukul dia?”“Kamu … kamu malah pukul aku?” Monica sungguh geram. “Aku nggak akan lepasin kamu.”“Kutunggu.” Aku kembali duduk di tempatku.Monica mengeluarkan ponselnya. Setelah menelepon, dia menunjukkan sikap lembutnya. “Sayang, kamu sudah sampai mana? Ada yang menindasku di sini
Aku berlagak bingung. “Kekasihmu? Tapi aku dengar dari Pak Aiden, kamu sudah punya istri, ‘kan? Istrimu itu anak dari Keluarga Dorcas, ya?”Kali ini tidak terlihat lagi ekspresi arogan di wajah Lucas. “Itu masalah pribadiku. Kamu mesti tahu ada bahan baku yang diperlukan Grup Faslim di tanganku. Jadi, jangan perhitungan lagi sama Monica dan … minta maaf sama dia.”“Minta maaf?” Aku menatap Lucas dengan kaget. “Kamu suruh aku minta maaf sama Monica?”Ekspresi Lucas menjadi muram dalam seketika. “Bahan baku di tanganku sangat dibutuhkan Grup Faslim. Asal kamu tahu, hanya aku yang punya bahan baku itu di Negara Halaria.”“Aku rasa Pak Lucas nggak usah terus menegaskan masalah itu.” Terdengar suara Aiden dari belakang. Aku spontan menatapnya dengan penuh gembira.Aiden melangkahkan kaki panjangnya kemari. “Orang yang bersalah itu Monica. Inez nggak akan minta maaf.”Boleh dikatakan bahwa Lucas sedang pamer di depan orang yang salah. Seketika, ekspresinya langsung berubah menjadi penuh sopa
Aiden menunduk untuk menatap Lucas. “Grup Faslim nggak akan bekerja sama dengan rekan yang nggak ingat budi.”“Apa maksudmu?”“Keluarga Dorcas sudah tahu alasan sebenarnya kenapa putri mereka bisa kehilangan kewarasannya. Sekarang mereka sedang perjalanan kemari.”“Apa?” Lucas menunjukkan ekspresi takut. “Keluarga Dorcas? Keluarga Dorcas? Bukan aku, bukan aku yang membuatnya gila, tapi Monica. Dia yang mencari istriku, lalu mengarang soal kehamilannya, makanya dia baru bisa gila.”“Kamu simpan saja kata-kata itu untuk dijelaskan kepada Keluarga Dorcas nanti.” Aiden menendang pergelangan kaki Lucas, lalu membalikkan tubuhnya untuk berjalan pergi.Aku menatap Monica dengan tatapan menantang. “Keluarga Dorcas nggak akan melepaskanmu.”“Bukan aku, bukan aku.” Monica melangkah mundur dengan ketakutan. “Aku hanya ingin mereka bercerai saja.”Aiden menggandeng tanganku. “Ayo, kita pergi. Kita ganti tempat saja. Kita beri ruang untuk Keluarga Dorcas saja.”Sebelum pergi, tatapanku tertuju pada
“Aku … aku nggak, ah.” Aku segera mengalihkan pandanganku, melihat ke sisi lain. “Kamu jangan sembarangan bicara.”“Aku nggak sembarangan bicara, kok.” Evelyn kelihatan sangat serius. “Inez, aku merasa aku cukup memahamimu. Kamu nggak bisa menyembunyikan apa pun dariku. Aku sudah bisa membaca semua yang ada di pikiranmu.”“A … apa?” Aku mengangkat tanganku, lalu menggaruk belakang leherku.Evelyn mendekati telingaku, lalu berkata dengan suara yang sangat kecil, “Kamu suka Aiden, ‘kan?”“Aku ….” Aku refleks hendak membantah, tetapi aku malah tidak bisa menjelaskannya.“Kamu nggak usah menyangkal.” Evelyn tersenyum licik. “Inez, aku tahu semua itu kenyataan.”“Aku ….” Lantaran isi hatiku berhasil dibaca Evelyn, aku merasa sangat canggung. “Evelyn, Aiden itu kakakku. Aku ….”“Memangnya kakak kandung?” Evelyn menatapku dengan kening berkerut.Aku menggeleng.“Jadi, memangnya nggak boleh?”“Aku … aku cuma ….” Aku terbata-bata. Pikiranku menjadi sangat kacau.“Aku tahu kamu suka sama Aiden.
“Dasar berengsek!” Regan melangkah maju, lalu menampar Jonathan. “Sudah aku bilang berapa kali, ubah sikap hidung belangmu!”“Aku ….” Jonathan mengangkat kelopak matanya untuk menatapku. “Aku juga nggak tahu kalau dia itu adiknya Pak Aiden. Kalau Pak Aiden menikahi kakak, gimana kalau aku menikah dengan Bu Inez saja?”Ucapan yang dilontarkan Jonathan sangat mengejutkan. Hal itu membuat orang merasa benar-benar tidak berdaya, seakan-akan ingin menghajarnya. Namun, ketika kepikiran menghajarnya malah hanya akan berujung pada masalah hukum, semua orang pun mengurungkan niatnya untuk memukulnya.“Nggak boleh!” Empat suara terdengar serempak.“Kamu kira kamu siapa? Malah ingin menikahi adiknya Pak Aiden? Apa kamu bisa dibandingkan dengan kakakmu?” Kening Regan berkerut.“Jonathan, bisa nggak kamu berpikir dulu sebelum bicara?” Risca sungguh kehabisan kata-kata.“Inez memang bukan adik kandungku, tapi aku sangat menjaganya.” Tiba-tiba Aiden mendekatiku. “Aku berharap dia bisa bersama orang y
“Siapa yang membuat cewek cantik bersedih?”Aku menoleh. Ketika melihat orang yang berjalan kemari, tiba-tiba aku merasa hidupku semakin terpuruk lagi.Malah ada Jonathan di sini, dia bagai seekor burung merak yang sedang mengepakkan sayapnya saja. Dia melangkah maju dengan penuh percaya diri, lalu berhenti di hadapanku. “Kenapa cewek secantik kamu malah bersedih?”Aku menatap gerakan mesum Jonathan dengan risi, tapi dia spontan tersenyum.Sepertinya pembagian gen ketiga anak Keluarga Kusnadi tidak merata. Risca pandai bersosialisasi, cerdas, dan cekatan. Bahkan Andre yang selalu diremehkan oleh mereka berdua, sebenarnya juga cukup cerdik. Satu-satunya yang berbeda itu adalah Jonathan, dia tidak ada bedanya dengan orang bodoh.Anthony mendekatiku dan mengulurkan tangannya berniat menyentuh wajahku. Aku segera menghindar ke belakang. Tatapanku penuh dengan rasa jijik. “Pak Anthony, tolong jaga sikapmu.”Jonathan gagal menyentuhku. Dia menatap tangannya yang berhenti di udara dengan terk
“Tentu saja.” Regan berkata dengan santai, “Keluarga Kusnadi sudah lama berkecimpung di dunia bisnis dan berhasil menjadi yang terdepan di industri ini berkat kekuatan kami. Aku tahu selama ini Pak Aiden selalu membeli bahan langka dari Negara Arkava dengan harga tinggi. Tapi kebetulan sekali, Grup Kusnadi juga memiliki material itu.”Darren yang duduk di sebelahku tiba-tiba tertawa kecil dengan nada mengejek. “Omong kosong!”“Kenapa?” Aku baru saja memasuki Grup Faslim, masih belum berhubungan soal suplai bahan.“Material langka yang kita beli memang hanya dimiliki Negara Arkava. Material-material ini justru dibutuhkan dalam riset kami. Oleh karena itu, setiap tahun kami harus membeli bahan baku senilai ratusan miliar dari Negara Arkava.”“Sebanyak itu?” Aku merasa syok.“Sudah tergolong sedikit.” Darren menurunkan kelopak matanya. “Orang-orang Negara Arkava itu benar-benar nggak punya prinsip dalam berbisnis. Mereka sering ingkar janji. Harga yang mereka berikan kepada kita bahkan 10
Aiden menjadi bintang utama dalam perjamuan malam ini. Regan terus menyanjungnya. Dia bertanya soal bisnis Aiden, lalu bertanya soal kehidupan pribadi Aiden. Hanya saja, tidak sekali pun dia mengungkit soal kerja sama.Aku dan Darren duduk di ujung, di area yang tidak diperhatikan orang-orang. Semuanya sungguh sesuai dengan harapanku. “Pak Aiden, kamu juga sudah nggak muda lagi. Apa kamu sudah punya kekasih?” tanya Regan secara tiba-tiba.Aku langsung menghentikan gerakan tanganku yang sedang mengambil makanan. Aku ingin mendengar jawaban Aiden.Namun setelah menunggu beberapa saat, aku tidak dapat mendengar suara Aiden. Aku spontan mengangkat kepalaku ingin melihat ekspresinya.Siapa sangka, saat aku mengangkat kepalaku, kebetulan tatapanku berpapasan dengan tatapan Aiden. Pada saat itu, aku langsung menundukkan kepalaku. Pikiranku sangat kacau. Kenapa Aiden melihatku?Terlintas lagi masalah itu di benakku. Aku segera mengambil sepotong daging dan mengunyahnya, berlagak tidak mengeta
“Ergh ….” Kali ini Darren tidak mengedipkan matanya lagi. Dia mengeluarkan ponselnya, lalu menekan mode speaker. “Pak Aiden, apa … kamu sudah mendengarnya?”“Emm.” Terdengar suara tawa Aiden dari ujung telepon. “Nggak usah nyanyi ataupun nari, dia terlalu kaku. Nggak enak untuk dipandang.”Aku ….Aiden memang pintar dalam menyindir. Selalu saja bisa menusuk hatiku. Mulutnya memang berbisa sekali.“Nggak usah siapin apa-apa. Cukup datang menjemputku saja.” Setelah panggilan diakhiri, aku langsung melihat ke pria kurang ajar itu. “Darren!”Darren melepaskan headset bluetooth-nya, lalu segera melangkah mundur. “Semua ini bukan salahku. Aku sudah beri isyarat kepadamu. Kamu sendiri yang nggak tangkap.”Pada jam 7 esok pagi, aku sudah mempersiapkan diri untuk muncul di bandara Kota Manthana. Aku datang menjemput bosku dengan tidak puas.Aiden menggerek koper berwarna hitam, lalu melangkah kemari dengan santai.Ketika Aiden melewati sisiku, dia melepaskan kacamata hitamnya, lalu berkata, “S
Tatapanku tertuju pada diri Andre. Aku sedang berusaha mencari tahu bagaimana Andre yang sebenarnya.Mungkin tatapanku terlalu kelihatan. Tiba-tiba Andre menyembunyikan ekspresi percaya dirinya, melainkan menatapku dengan mencemberutkan wajahnya. “Inez, jangan-jangan … kamu merasa aku sangat menyeramkan?”“Kenapa?” Aku sungguh kaget dengan pemikiran Andre.“Emm ….” Andre bagai seorang pria yang sangat pemalu. Dia menggaruk kepalanya. “Kamu merasa aku itu bermuka 2.”Aku melihat sendiri bagaimana sosok Andre ditindas waktu itu. Jadi, aku pun merasa salut terhadap Andre.“Bagaimana mungkin?” Aku tersenyum tipis. “Aku hanya akan merasa kamu sangat pemberani.”Aku mengatakan dengan tulus, tetapi sepertinya Andre masih tidak percaya. Dia bertanya lagi, “Benarkah? Apa benar kamu merasa seperti itu? Inez, pemikiranmu sangat penting bagiku.”Lantaran sikap Andre terlalu ramah, aku pun merasa agak bingung. “Kenapa?”“Karena ….” Andre tersenyum dengan canggung. “Aku menganggapmu sebagai teman te
Senyuman di wajah Regan tidak kelihatan lagi. Dia menurunkan kelopak matanya. Setelah berpikir beberapa saat, dia mengangkat kepalanya untuk menatap kami. “Kalau begitu, aku terus terang saja sama kalian. Masalah ini masih bisa didiskusikan, tapi aku nggak ingin diskusi sama kalian. Kalau Pak Aiden bisa datang langsung ke sini dan aku bisa melihat ketulusan hati kalian, bisa jadi transaksi ini bisa dilanjutkan.”Sejak keluar dari ruangan Regan, suasana hatiku dan Darren terasa penat.“Untung saja ada kamu yang bertanya secara langsung, barulah kita tahu apa yang dia inginkan. Sebelumnya aku pernah berbicara beberapa kali dengan Pak Regan, tapi dia selalu mengalihkan pembicaraan. Aku juga nggak tahu bagaimana menghadapinya lagi.”Ini pertama kalinya aku merasa kegagalan dalam pekerjaanku. Suasana hatiku juga tidak bagus. “Si Regan ini memang licik sekali.”“Semuanya juga tahu, tapi apa lagi yang bisa kita lakukan?” Darren menghela napas panjang, lalu berkata dengan nada bercanda, “Kalau
Kedua mataku berkilauan. “Benarkah?”“Tentu saja benar.” Nada bicara Evelyn terdengar arogan. “Ibuku terus suruh aku pulang untuk mengunjunginya.”Saat penerbangan ke Kota Manthana, Darren menjelaskan secara ringkas mengenai kondisi di sana.“Sekarang satu-satunya yang bisa menyuplai bahan baku polimer yang kita butuhkan adalah Grup Kusnadi. Pemilik Grup Kusnadi, Regan Kusnadi, adalah target utama kunjungan kita kali ini.”Keluarga Kusnadi di Kota Manthana? Hatiku langsung berdebar. Tidakkah semuanya terlalu kebetulan?“Apa alasan rekan kerja sebelumnya nggak berhasil mendapatkan orderan?” tanya aku dengan nada menguji.“Kondisi agak rumit.” Darren mengerutkan sedikit keningnya. “Mengenai detailnya, aku juga belum mengatakannya dengan jelas, tapi ada yang bisa aku pastikan, Pak Regan sengaja persulit kita.”“Kenapa?” Aku merasa syok. “Bukannya kalau harganya cocok, transaksi bisa dijalankan?”“Dunia bisnis nggak segampang yang kamu kira.” Darren menghela napas. “Bahan baku polimer kita
“Kamu ….” Aku menatap ekspresi dingin di wajah Aiden. Tiba-tiba hatiku terasa penat. Aku juga tidak tahu ada apa dengan diriku, hanya saja aku malah ingin menangis.Aku membalikkan tubuhku berjalan meninggalkan ruangan Aiden. Aku berdiri di depan pintu sembari menarik napas dalam-dalam. Kemudian, aku melihat sekilas pintu ruangan yang sudah tertutup rapat.“Dasar manusia nggak punya hati!” sindir aku dengan nada sinis.Setelah kembali ke ruang kerjaku, suasana hatiku masih terasa tidak bagus. Hanya saja, rekan kerjaku malah kelihatan sangat bersemangat. “Astaga! Coba kalian lihat ada berita heboh apa hari ini!”“Apa?” Leila bagai takut ketinggalan berita saja, langsung berdiri di tempat.“Grup Canata bangkrut!”“Apa?” Kali ini, aku tidak bisa bersikap tenang lagi. Aku segera berjalan ke belakang Ariana, lalu menatap ke layar komputernya.“Grup Canata terungkap menjual produk nggak memenuhi standar. Selain itu, Lucas dari Grup Canata, membangun bisnisnya dengan dukungan istrinya. Sekara