Merahasiakan keinginannya bertemu dengan Josh, entah kenapa Azka ingin bertemu dengan Josh berbicara dari hati ke hati. Azka sangat yakin jika Josh tidak akan di hukum lama, itu artinya adalah dirinya hanya hidup tenang beberapa waktu dan waktu berikutnya tidak tahu akan ada apa lagi. Waktu berikutnya bisa saja anak-anaknya sudah lahir dan membutuhkan perhatian lebih, Azka hanya tidak mau sesuatu terjadi pada anak-anaknya.
“Lo jadi berangkat ke persidangan?” menatap Brian yang masih fokus pada layar dihadapannya.“Apa gue ada pilihan?” Azka terdiam mendengar pertanyaan balik Brian, “aku nggak akan menyangka jika panggilan yang dilakukan resepsionis dan pembicaraan singkat bisa membawa aku menjadi saksi.”Brian tahu semuanya, setelah Azka menceritakan pada Rifat. Tim pengacara mereka mendatangi Brian, mengajaknya berbicara. Azka sedikit aneh karena dari pihak Josh tidak ada yang mendatangi Brian, mengajaknya berbicara atau apalah itu. Tidak mungkin Br“Kamu yakin?” Rifat menanyakan hal yang sama lagi.Azka mengangguk tidak tahu sudah ke berapa kalinya, keinginannya bertemu dengan Josh memang tidak bisa dihalangi lagi. Azka sendiri tidak tahu kapan bisa bertemu dengan mantan kekasihnya ini, sama sekali tidak ada bayangan untuk bertemu dan membicarakan apa. Rifat dan kuasa hukumnya sudah menanyakan hal yang sama berulang mengenai keinginan Azka, sampai sekarang belum berubah.“Orang tuamu tahu?” tanya Rifat lagi.Azka menggelengkan kepalanya “buat apa mereka tahu, Om? Nggak usah tahu mereka lagian ini hanya bertemu.”“Tapi, Ka....”“Om, aku sudah menikah bahkan dua wanita yang aku nikahi jadi nggak usah takut kalau aku bahkan kembali sama dia.” Azka meyakinkan juga tidak tahu yang ke berapa kalinya dengan memotong kata-kata yang akan keluar dari Rifat.“Om hanya takut kamu....” Rifat tidak melanjutkan kata-katanya dengan mengusap wajahnya kasar.Azka menat
Persidangan dengan saksi rahasia bernama Brian berjalan lancar, Brian sendiri menjawab pertanyaan yang diberikan dengan terbuka. Azka yang melihat melalui ponsel bisa menilai jika sahabatnya ini berada di pihaknya, hembusan nafas lega yang artinya meninggalkan Wulan. Wulan masih memiliki jadwal sidang sebagai korban, Azka sudah meminta pada Rifat dan tim pengacara agar dirinya bisa menghadiri persidangan. Tidak lama kemudian pesan masuk di ponselnya, membuat senyum lebar di bibirnya tercipta, permohonannya bertemu dengan Josh dikabulkan.Azka mendapatkan kesempatan bertemu dengan Josh, memikirkan apa saja yang akan dibicarakan. Hembusan nafas panjang membuat Azka semakin pusing dibuatnya, jantungnya berdetak kencang saat membayangkan pembicaraan apa yang akan mereka berdua lakukan.“Tinggal Wulan nanti yang akan keluar?” tanya Rena duduk dihadapan Azka.“Ya, semoga semuanya baik-baik saja.” Azka menjawab dengan menatap kedua matanya, “kapan jadwal un
Sepanjang hari memikirkan perkataan Brian, memilih memasuki ruangannya sebelum memutuskan pulang dan membuka kembali rekaman yang dikirim. Melihat dan mendengar dengan seksama, berharap tidak ada sesuatu yang terlupakan. Azka hanya mendengar semua pertanyaan dan jawaban yang diberikan pada Brian, hembusan nafas terdengar kasar saat selesai menonton. Kata-kata Brian benar ada sesuatu yang aneh, terutama pertanyaan yang diberikan, mengusap kedua wajahnya kasar saat apa yang ditakutkannya benar adanya.Azka memikirkan jika Josh hanya bermain-main atas rasa sakitnya, tidak terima dengan keputusan Azka yang menikah diam-diam atau memiliki hubungan dengan wanita. Menyandarkan dirinya di kursi dengan memejamkan matanya, semua hal yang berhubungan dengan Josh membuatnya pusing.“Aku lihat tadi kamu jalan kearah sini,” ucap Wulan membuka pintu dengan membawa bungkus makanan.“Belum pulang?” tanya Azka menatap Wulan yang berjalan menuju sofa.Wulan
Bangun dalam keadaan segar membuat langkah Azka menjadi ringan, kedua istrinya bekerja sama dengan baik. Azka tersenyum kecil membayangkan apa yang terjadi semalam, Rena memilih tidur terlebih dahulu sedangkan Azka dan Wulan terus berlanjut sampai mereka benar-benar lelah.“Segar sekali,” sindir Rena membuat Azka tersenyum kecil.“Semua berkat kelapangan dadamu.” Azka menatap dengan tatapan terima kasih.“Kalau aku mau kamu pisah dari dia bagaimana?” tanya Rena dengan ekspresi datarnya.Azka menatap Rena penuh selidik “kenapa kamu berubah pikiran?”Rena mengangkat bahunya “aku hanya bertanya dan andaikan diminta memilih siapa yang akan kamu pilih?”“Aku nggak akan memilih kalian.” Azka berkata dengan nada tingginya membuat Rena terkejut, “kamu yang memberikan ijin dan aku melakukannya karena apa yang kamu minta, jadi terlambat kalau kamu membatalkan semuanya.”“Aku lelah, semua nggak semudah apa yang aku ba
Membelalakkan matanya mendengar kata-kata gila yang keluar dari bibir Josh, menatap tidak percaya. Josh sendiri hanya duduk tenang dengan senyum lebarnya, Azka tahu jika apa yang dikatakan tidak main-main.“Kamu gila? Aku sudah menikah.” Josh mengangkat alisnya, “lalu kenapa? Tidak akan membuat kamu berdosa lagian istri tercintamu itu tidak akan tahu.”“Aku sedang berkunjung disini, ini bukan tempat yang tepat buat kita...” Azka menghentikan kata-katanya saat merasa ada yang salah.“Aku meminta area privat, kamu tahu harganya cukup mahal dan aku bilang ke mereka kalau kamu yang akan membayar ini semua.” Azka membelalakkan matanya “Kamu tidak akan jatuh miskin hanya membayar ini semua.”“Aku nggak akan melakukan hal gila ini.” Azka menatap tajam pada Josh.Josh mengangkat bahu santai, “setidaknya saat ini kamu sudah mengeluarkan uang untuk ini, kamu tidak akan mendapatkan apapun dari pertemuan ini jika tidak mengikuti
“Lalu kamu percaya sama kata-kata dia?” tembak Wijaya menatap malas pada Azka.Azka mendatangi rumah Wijaya setelah bertemu dengan Josh, rasa tidak percaya menghampiri dirinya saat Josh mengatakan tentang Rena. Tanggapan mereka berdua tampak santai seakan bukan hal penting, tanggapannya juga seakan berita yang Azka sampaikan hanya angin lalu.“Kalau memang benar terus kamu gimana? Bukannya kamu mencintai Rena?” tanya Tania balik dan Azka hanya diam.“Omongan orang yang sudah buat anak kamu hilang kok dipercaya.” Wijaya berkata santai “Kamu habis ngapain sama dia?”Azka menatap tidak percaya dengan pertanyaan opanya, “memang ngapaian?”Wijaya mengangkat bahu “Bisa jadi kan kamu habis ngapa-ngapain sama dia sampai dia kasih informasi itu.” Azka terdiam mendengar kata-kata opanya “Perkataanku memang benar adanya, kamu dengan bundamu itu nggak jauh beda yaitu mudah masuk dalam jebakan orang yang dicintai, sekarang terserah sama kamu lebih mempercayai dia atau orang yang kamu cintai.”“Opa
“Apa yang dikatakan dia tidak benar.” Rifat berkata singkat.“Opa aja tahu kalau apa yang dia katakan nggak benar, kamu masih aja bisa masuk dalam jebakannya.” Wjjaya memutar bola matanya malas pada Azka.“Kamu akan mempertahankan mereka berdua?” Azka mengalihkan pandangan pada Tania yang menatapnya lembut.“Nggak mungkin aku melepaskan salah satu diantara mereka berdua.” Azka mengatakan dengan tegas.“Segala resiko harus kamu hadapi dan kami tidak akan ikut lagi.” Tania mengatakan dengan suara tegasnya.Diam, mencerna kata-kata Tania. Perkataan yang memang benar adanya, tapi dirinya masih terbayangkan kata-kata yang keluar dari bibir Josh. Tidak tahu dan seharusnya tidak terjadi sama sekali Azka mencurigai Rena, wanita yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.“Apa nggak bisa kamu memilih salah satu diantara mereka berdua?” pertanyaan Wijaya membuat Azka mengerutkan keningnya “keluarga kita hanya setia pada
Wanita yang dicintainya bisa melakukan hal gila, tidak bisa menyalahkan karena posisinya jauh lebih salah. Membuat Rena menjadi kedua meskipun menikahinya secara sah di agama dan negara, hanya saja sebagai wanita Rena tidak terima dengan apa yang Azka lakukan.Semua kata-kata yang Rifat katakan membuatnya terkejut, selama ini Josh membantunya dalam menemukan cinta sebenarnya. Wulan yang dianggap hanya sebagai pelarian dirinya dan pemuas ranjang, tidak lebih dari wanita yang sebenarnya memiliki peran penting dalam kehidupan Azka. Perasaan bersalah kembali hadir ketika mengingat anaknya tidak bisa diselamatkan, tapi tetap tidak bisa menyalahkan siapapun.“Kamu sudah tahu semuanya, sekarang keputusan ada di tanganmu.” Rifat membuyarkan lamunan Azka.Menghembuskan nafas kasar dengan memejamkan matanya, Rifat hanya diam memandang apa yang Azka lakukan. Suasana diantara mereka menjadi sunyi, tidak ada yang membuka suara sama sekali setelah Rifat mengataka
Azka benar-benar tidak membayangkan kehidupannya sekarang menjadi seperti sekarang, hidup bersama dengan kedua wanita dan juga anak-anak yang lucu. Rena mengikuti semua perkataan Azka, tidak bisa membohonginya dengan bertemu diam-diam. Azka bahkan sudah memberikan ancaman juga pada orang tua Rena agar tidak memudahkan pria itu dekat dengan putrinya.Azka tahu secara nasab putrinya ini tidak pada dirinya, dimana hanya pada Rena nasabnya jatuh. Awalnya terjadi perdebatan dan akhirnya dengan terpaksa menggunakan namamya untuk akta, bagaimanapun ini semua demi ke depan sang anak.“Kamu nggak ke Wulan?” tanya Rena sambil menggendong putrinya.“Nanti.” Azka menjawab singkat.“Wulan pasti butuh bantuan apalagi anak kalian baru beberapa bulan.” Rena mengingatkan Azka.“Kamu tenang saja Wulan bisa mengatasinya.” Azka menjawab singkat.Tidak ada suara diantara mereka kembali, Azka sendiri tidak ped
Azka tahu dan sadar jika anak yang dilahirkan Rena bukan darah dagingnya, tapi tidak membuat perasaan cemas dan takutnya hilang. Azka takut terjadi sesuatu pada Rena saat melahirkan, ketakutan yang sama saat Wulan berada didalam walaupun pastinya berbeda.“Rena kuat, jadi tenang saja.” Bima menepuk bahu Azka pelan agar tidak terlalu cemas.“Kamu doakan saja, kalau Rena tahu kamu begini pasti kepikiran,” tambah Via membuat Azka akhirnya duduk disamping Via.Tidak ada yang tahu masalah rumah tangganya, kecuali Rifat dan orang tua bundanya. Azka meminta mereka untuk merahasiakan semuanya, tidak mau kedua orang tuanya tahu dan biarkan tetap menganggap anak Rena adalah cucunya. Orang tua Rena sendiri tidak banyak berubah dalam bersikap, tidak mau ambil pusing dengan apa yang dilakukan mereka karena bagi Azka adalah rumah tangganya. Tidak lama pintu terbuka membuat semua berdiri termasuk Azka, mendatangi dokter yang menatap mereka dengan senyum lebarnya.
Proses Josh keluar tidak membutuhkan waktu lama, Azka tidak mau membuang waktu menjemput pria itu, cukup sudah dirinya memberikan kebaikan dengan menarik laporan bersama dengan Wulan. Rena terkejut dengan keputusan yang Azka buat dengan Wulan, tapi sekali lagi tidak bisa berbuat banyak. Kehamilan Wulan sudah diketahui banyak orang, tidak kecuali orang tua Rena. Sikap mereka pada Wulan tidak banyak berubah, tapi Azka tidak peduli dan setiap keluarga Rena datang ke rumah itu artinya pintu penghubung akan dikunci dan kunci ada di Azka. Orang tua Rena sendiri tidak meminta maaf atas apa yang telah mereka lakukan pada anaknya, sedangkan Azka berusaha untuk membuat Rena nyaman bersamanya dan juga perasaan Azka tidak bisa lepas dari Rena, meskipun wanita itu telah menyakitinya. Rena sendiri juga tidak merubah sikapnya, masih perhatian dengan Azka dalam hal apapun seperti biasa.“Wulan kerja?” tanya Rena yang hanya diangguki Azka. “Minta dia temani aku, takut tiba-tib
“Aku menarik gugatan pada Josh.” Azka mengatakan dengan nada datar dan sikap dinginnya.Rifat mengangkat alisnya mendengar perkataan Azka, “sudah kamu pikirkan dengan benar dan dalam?”Azka mengangguk “Menarik gugatan bukan karena aku masih memiliki perasaan sama dia, tapi aku merasa salah memasukkan orang yang tidak bersalah.”Rifat menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan Azka, “alasan masuk akal, lalu bagaimana dengan rumah tanggamu? Orang tua kalian sudah tahu?”“Oma opa sudah tahu?” tanya Azka tanpa menjawab pertanyaan Rifat.Memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan Azka, tanpa ada niat pria itu menjawab pertanyaannya. “Menurut kamu mereka sudah tahu? Nggak mungkin aku nggak melaporkan semua perkembangan kasusmu sama mereka.” Rifat menjawabnya malas. “Kamu nggak ada niatan berbicara sama kedua orang tuamu itu?”“Nanti kalau semua selesai.” Rifat memutar bola matanya malas “Lagian Endi pasti
“Itu kata-kata Rena?” tanya Rifat yang diangguki Azka.Pagi-pagi setelah sarapan, langsung menuju rumah Rifat menceritakan semuanya. Kedatangannya membuat Rifat mengerutkan keningnya, tidak menunggu waktu lama langsung menceritakan semua yang Rena katakan.“Lantas bagaimana? Semua terserah sama kamu.” Rifat melanjutkan kata-katanya.“Pantas saja Brian diminta menjadi saksi kunci, pada saat itu memang berbicara dengan Josh.” Azka berkata sambil memikirkan semuanya.“Itu tidak penting, sekarang apa yang akan kamu lakukan? Josh nggak mungkin didalam sana dengan tuduhan yang tidak dilakukannya, tapi kalau Josh bebas kamu bisa kembali menjadi yang dulu.” Rifat memandang penuh selidik pada Azka yang hanya diam.“Aku nggak akan tergoda sama dia.” Azka mengatakan dengan penuh keyakinan.“Lalu kemarin?” Rifat memberikan tatapan penuh selidik membuat Azka terdiam “Terpaksa demi sebuah rahasia.”“Memang itu.” Azka men
“Bukannya sekarang kamu seharusnya ada di Rena?” Wulan menatap Azka bingung.Azka menarik Wulan kedalam pelukannya, membuat dirinya terkejut atas apa yang Azka lakukan tiba-tiba. Membelai punggungnya perlahan membuat pelukannya semakin erat, perasaannya saat ini tidak bisa dinilai oleh apapun, lebih pada perasaan bersalah saat memeluk Wulan. Azka juga sebenarnya tahu kalau Wulan terlibat didalamnya hanya saja anaknya yang tidak berdosa harus hilang tiba-tiba karena apa yang mereka lakukan, terutama dirinya dan itu semakin membuat hatinya sesak..“Lebih baik selesaikan dengan Rena, tidak baik sebelum tidur masalah belum selesai.” Wulan berkata lembut membuat Azka terdiam “Kesanalah pasti Rena membutuhkanmu.”Wulan melepaskan pelukan Azka darinya, memegang kedua pipi Azka membuat mereka saling menatap satu sama lain. Membelai kedua pipi Azka tanpa melepaskan tatapan mereka, membuat Azka menyadari satu hal Wulan mencintai dirinya dengan tulus. Perasaan
Memasuki rumah langsung disambut Rena yang mendatanginya dan mencium punggung tangannya, melihat ini semua membuat Azka tidak percaya pada apa yang dikatakan Rifat dan juga Josh. Sudah membuat keputusan untuk menerima Rena apapun kondisinya, kecuali ayah sebenarnya dari bayi ini meminta hal yang tidak bisa Azka hentikan.“Aku mau mandi dan langsung tidur,” ucap Azka saat memasuki kamar.“Aku akan siapkan bajumu.” Rena mengatakan dengan lembut yang hanya diangguki Azka.Memikirkan banyak hal dalam kamar mandi, membuat Azka tidak tahu harus bersikap seperti apa dihadapan Rena. Azka sangat tahu jika Rena cukup cerdas dalam menilai sesuatu, setidaknya berbicara dengan Rena adalah hal utama. Memilih untuk mempercepat mandinya agar bisa berbicara langsung dengan Rena, keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya.“Kamu lagi banyak beban pikiran.” Rena membuka suara pertama kali membuat Azka menatap sekilas kear
Wanita yang dicintainya bisa melakukan hal gila, tidak bisa menyalahkan karena posisinya jauh lebih salah. Membuat Rena menjadi kedua meskipun menikahinya secara sah di agama dan negara, hanya saja sebagai wanita Rena tidak terima dengan apa yang Azka lakukan.Semua kata-kata yang Rifat katakan membuatnya terkejut, selama ini Josh membantunya dalam menemukan cinta sebenarnya. Wulan yang dianggap hanya sebagai pelarian dirinya dan pemuas ranjang, tidak lebih dari wanita yang sebenarnya memiliki peran penting dalam kehidupan Azka. Perasaan bersalah kembali hadir ketika mengingat anaknya tidak bisa diselamatkan, tapi tetap tidak bisa menyalahkan siapapun.“Kamu sudah tahu semuanya, sekarang keputusan ada di tanganmu.” Rifat membuyarkan lamunan Azka.Menghembuskan nafas kasar dengan memejamkan matanya, Rifat hanya diam memandang apa yang Azka lakukan. Suasana diantara mereka menjadi sunyi, tidak ada yang membuka suara sama sekali setelah Rifat mengataka
“Apa yang dikatakan dia tidak benar.” Rifat berkata singkat.“Opa aja tahu kalau apa yang dia katakan nggak benar, kamu masih aja bisa masuk dalam jebakannya.” Wjjaya memutar bola matanya malas pada Azka.“Kamu akan mempertahankan mereka berdua?” Azka mengalihkan pandangan pada Tania yang menatapnya lembut.“Nggak mungkin aku melepaskan salah satu diantara mereka berdua.” Azka mengatakan dengan tegas.“Segala resiko harus kamu hadapi dan kami tidak akan ikut lagi.” Tania mengatakan dengan suara tegasnya.Diam, mencerna kata-kata Tania. Perkataan yang memang benar adanya, tapi dirinya masih terbayangkan kata-kata yang keluar dari bibir Josh. Tidak tahu dan seharusnya tidak terjadi sama sekali Azka mencurigai Rena, wanita yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.“Apa nggak bisa kamu memilih salah satu diantara mereka berdua?” pertanyaan Wijaya membuat Azka mengerutkan keningnya “keluarga kita hanya setia pada