Home / Romansa / You Make Me High / 25. Keras Kepala

Share

25. Keras Kepala

Author: Liliay
last update Last Updated: 2022-06-25 09:48:33
Hingar bingar yang ada di dalam Club memang selalu berhasil membuat Bianca melupakan dunia luar sejenak. Meski tempat itu berisik dan penuh manusia berengsek, tapi Bianca menemukan rasa aman di dalam ketika berada di dalamnya. Dia memang manusia yang masa bodoh dengan etika atau bahkan dosa. Karena itu, Bianca tetap berani datang meski Ravindra sudah melarang.

Sarah yang melihat kehadiran Bianca langsung menghampiri. Wanita berusia hampir empat puluh itu masih tetap cantik dengan tubuhnya yang sexy.

"Kirain gue nggak bakalan liat lo lagi, Bi."

Bianca tersenyum sinis. Tangan kanannya membawa rambutnya yang terurai tersampir sepenuhnya ke pundak kanan. Memperlihatkan punggung wanita itu yang backless.

Kesan sexy dan liar memang sangat melekat pada image Bianca.

"Gue belum mati jadi lo masih bisa liat gue," balas Bianca santai.

Si cantik itu lantas melewati Sarah, menghampiri bartender yang sepertinya baru. Karena Bianca baru pertama kali melihatnya.

"Lo nggak keliatan kemarin, dan
Liliay

Hai readers, terima kasih banyak sudah membaca cerita ini. kalian bisa follow ig @alteregolili untuk tahu banyak info dari author, ya.

| Like
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • You Make Me High   26. Menginap

    Adiwijaya adalah salah satu keluarga konglomerat yang terpandang. Bisnis hotel yang sudah memiliki nama di kalangan masyarakat membuat nama mereka juga sering kali menjadi sorotan. Apapun yang dilakukan oleh keluarga Adiwijaya tidak pernah lepas dari perhatian publik. Termasuk pertunangan antara Ravindra dan Melodi yang berasal dari keluarga Rahadi. Salah satu keluarga yang memiliki pengaruh dalam dunia penerbangan. Karena itu, meski Ravindra tidak suka dengan Melodi, dia masih harus menjaga nama baik mereka. Ravindra tidak bisa sembarangan berjalan dengan wanita lain dan mengabaikan sang tunangan. Orang tuanya bisa-bisa menguburnya hidup-hidup kalau sampai ada berita tak mengenakkan yang bisa mempengaruhi citra keluarga mereka. Melodi memperhatikan Ravindra yang bolak-balik melihat ponsel, terlihat sangat sibuk. Padahal sekarang sedang makan malam kelurga, dan lelaki cerdas itu tidak pernah memegang ponsel biasanya. "Ada masalah, Kak?" bisik Melodi. Ia juga melirik pada para oran

    Last Updated : 2022-06-28
  • You Make Me High   27. Only For Me

    "Ravindra?" Lelaki itu menenggelamkan tangannya pada saku celana. Memberi kode pada Sarah untuk pergi dengan gerakan kepala. Wanita yang merupakan 'Mami' di tempat itu menurut tanpa membantah. Langsung pergi tanpa pamit, meninggalkan Bianca dengan raut bingung yang kentara. Ravindra duduk di tempat kosong yang tadinya milik Sarah. Lelaki itu memesan vodka pada bartender. "Harusnya bilang dulu kalau mau ke sini," ucap Ravindra dengan nada dingin. Berbeda dengan intonasi bicara seperti biasanya. Kali ini pria itu terlihat tak suka. "Pasti nggak bakal boleh kalau gue bilang dulu," jawab Bianca. Wanita itu menunduk, menatap jemari kukunya yang tertaut satu sama lain. Ada getaran aneh yang menjalar ke seluruh tubuh ketika Ravindra sudah berada di sisinya. Terlebih ketika pria itu diam seperti ini, seakan memberikan hukuman pada Bianca. Ravindra menenggak satu gelas kecil vodka, dan Bianca memperhatikan itu. Sexy dan panas. Dua kata yang mampu menggambarkan penampilan Ravindra malam i

    Last Updated : 2022-06-28
  • You Make Me High   28. Mimpi

    Tidak ada lagi suara dalam mobil yang Ravindra kendarai. Bianca sibuk men-scroll akun sosmed, sedangkan Ravindra sendiri fokus menyetir mobil. Lelaki itu sangat berhati-hati karena jalanan yang licin, hujan yang semula gerimis sekarang cukup deras. Membuat jarak pandang Ravindra semakin kecil. Tiba-tiba ada dering masuk di ponsel Ravindra. Lelaki itu merogoh saku celana, lalu melihat ke kursi belakang. "Tolong ambilin hape di belakang, Bi," katanya. Bianca mendengus, tapi tetap melakukannya. Ia meraih ponsel di kursi belakang dengan susah payah. Bahkan Bianca harus mengangkat sedikit tubuhnya dari kursi dan berputar menghadap ke belakang. "Ngapain naruh hape di belakang gini, sih. Jadi susah, kan, ngambilnya," gerutu Bianca dengan sebal. Wanita itu mengangkat sebelah alisnya. Ada nama Melodi dan fotonya yang manis. Sangat imut dan polos, sangat disayangkan Ravindra mengabaikan perasaan wanita ini. "Dari Melodi, nih." Bianca menyerahkan ponsel pada Bianca. Ravindra berdecak seba

    Last Updated : 2022-07-04
  • You Make Me High   29. That's Not Love

    Decakan kembali terdengar ketika ponsel putih itu berdering nyaring. Seingatnya Bianca tidak memasang alarm semalam. Karena dirinya memang sudah berniat untuk tidur seharian. Jadi, ini pasti adalah dering ponsel. Bianca bersumpah akan mengutuk kalau sampai ini bukan hal yang penting. Dia baru saja tidur pukul empat pagi tadi. Ia masih sangat mengantuk untuk dipaksa bangun. "Hallo?" ujarnya malas. "Baru bangun?" Terdengar suara Ravindra yang renyah dari seberang telepon. Bianca mendengus, ini benar-benar nggak penting. "Gue matiin karena pertanyaan lo nggak penting." Bianca dengan kesal berniat mematikan sambungan, tetapi perkataan Ravindra langsung mengurungkan niatnya. Bahkan matanya yang masih memejam langsung terbuka lebar. "Cepat kemasi barang, hari ini kamu pindah ke penthouse." Bianca mengerjapkan mata, ia melihat kembali layar ponsel sekilas kemudian kembali menempelkan pada telinga. "Penthouse? Lo beneran beli penthouse buat gue?" "Hm." "Gue nggak mau pindah," balas Bi

    Last Updated : 2022-07-04
  • You Make Me High   30. Terima Kasih

    Bagi Melodi yang mengartikan perasaannya adalah cinta, perkataan Ravindra tentu sangat menyakitkan. Gadis dengan wajah manis itu menunduk, menatap rok merah muda yang ia kenakan. Kemudian tanpa mengatakan apapun berdiri dan keluar dari ruangan Ravindra. Lelaki itu menghela napas. Seharian nanti pasti akan banyak pesan masuk dari Mamanya. "Bapak ngomong apa kok muka Non Melodi langsung sepet gitu?" tanya Ilham yang baru masuk ke dalam ruangan Ravindra. "Ketuk pintu dulu kalau mau masuk," ketus Ravindra sebelum berdiri dan kembali ke meja kerja. Ia berdecih melihat makanan yang tadi di bawa Melodi. "Makan ini terus kalau sudah habis tolong foto wadahnya dan kirim ke saya." "Again?" Sejujurnya ini bukan yang pertama bagi Ilham diminta memakan masakan Melodi. Dia tidak tahu kenapa atasannya itu selalu menolak makan padahal tidak ada racun di dalam masakan Melodi. Meski tidak terlalu enak tapi rasanya juga tidak mengecewakan. "Lakuin aja cepetan. Saya nggak mau lembur hari ini, jadi

    Last Updated : 2022-07-04
  • You Make Me High   31. Dominan but Sweet

    Bianca memekik ketika dengan cepat Ravindra menarik tubuhnya ke atas pangkuan. Kedua tangan lelaki itu terselip di antara pinggang dan leher Bianca. Sama sekali tak memberi akses untuk wanita itu mundur. Lidah hangat milik Ravindra kembali melesak maju diantara bibir Bianca yang bercelah. Mengecap dan juga menarik di titik yang tepat, menimbulkan suara decapan yang sungguh erotis. Bianca merasa pusing, ciuman Ravindra membuatnya menginginkan lebih. Gairah dalam tubuhnya semakin memuncak dengan perlakuan Ravindra. Pinggang rampingnya diusap dengan lembut, namun, bibir Ravindra bergerak dengan ambisius. Tidak ada lagi kelembutan dalam permainan lidah mereka, karena Ravindra sekarang bahkan menekan tubuh mereka agar semakin mendekat. Bianca membawa tangannya meremas rambut Ravindra. Menyalurkan perasaan yang kini ia rasakan. Bagian bawahnya terasa sudah sangat basah dan berkedut. Ia ingin segera merasakan tubuh keras Ravindra dalam dirinya. Ini sangat gila dan memabukkan. Namun, sep

    Last Updated : 2022-07-04
  • You Make Me High   32. Siapa?

    "Lama-lama kamu juga bakalan paham semua tentang aku," ujar Ravindra kemudian terkekeh. Merasa lucu dengan ungkapan yang Bianca lontarkan. Ravindra menarik salah satu kursi dan membiarkan Bianca untuk duduk. Kemudian ia menaruh bokong di sebelah wanita cantik itu. Dengan sangat penuh perhatian, Ravindra menuangkan segelas air putih. Bianca langsung meminumnya karena dia sendiri sudah haus. "Mau makan yang mana dulu?" tawar Ravindra. Bianca mengedarkan pandangan ke seluruh meja. Bingung harus makan yang mana karena semuanya terlihat enak. Pilihannya jatuh pada ikan bakar dan juga sate. "Mau itu sama itu." Ravindra mengangguk. Kemudian menaruh satu centong nasi ke piring Bianca dan mendekatkan lauk yang wanita itu inginkan. "Makan yang banyak." "Lo nginep di sini?" Bianca mulai menyuapkan sesendok nasi dan sate. Matanya memejam merasakan bumbu kacang yang sangat menyatu dengan dagimg empuk. Sangat nikmat dan membuat Bianca semakin semangat untuk makan. "Iya. Itu barang yang kamu

    Last Updated : 2022-07-04
  • You Make Me High   33. Sugar Daddy

    Bianca membentuk huruf O dengan mulutnya ketika tahu Ravindra sedang menerima telepon. Wanita itu kemudian berlalu pergi dengan membiarkan pintu kamar Ravindra terbuka. "Nanti aku jemput jam sepuluh. Udah dulu, ya." Ravindra tidak tahu siapa yang mendengarkan suaranya di telepon, tapi rasanya dia ingin mengubur diri sendiri sekarang. Bisa panjang urusannya kalau sampai hal ini terdengar di telinga Mamanya. Ada beberapa notif pesan beruntun yang muncul ketika Ravindra sudah mematikan smbungan telepon. Mungkin itu adalah Melodi, tapi Ravindra enggan untuk langsung membalas. Maka, lelaki itu memilih turun ke bawah dan mengantarkan koper Bianca ke kamarnya. "Ini pakaiannya, semalam lupa mau ngangkat ke sini." Bianca yang sedang sibuk bermain ponsel mengangguk dan langsung menghampiri. Membuka koper dan memilih pakaian mana yang ingin dia kenakan. "Sorry untuk tadi, gue nggak tau kalau lo lagi telponan. Gue ketuk pintu nggak dibuka-buka, sih." Ravindra menatap arah walk in closet yang

    Last Updated : 2022-07-04

Latest chapter

  • You Make Me High   41. Kedatangan Melodi

    Ravindra menggeram kesal sekaligus gemas. Merasakan tangan lembut Bianca meremas miliknya di bawah sana membut darah Ravindra berdesir. Sebagai pria normal jelas dia ingin melakukannya. Jika ingin mengikuti nafsu Ravindra pasti sekarang sudah menyeret Bianca dan membuatnya tak bisa menjauh dari tempat tidur. Hanya saja, jika Ravindra melakukan itu maka dia sama saja dengan pria berengsek lain yang memperlakukan Bianca sebagai wanita pemuas nafsu. "Jangan keterlaluan, Bi," peringat Ravindra dengan suara dalam. Namun, Bianca bukanlah tipe wanita penakut yang akan menuruti Ravindra begitu saja. Dia sudah terlanjur kesal dan malu. "Lo yang jangan keterlaluan," balas Bianca kesal. Lalu mendorong tubuh Ravindra menjauh sebelum akhirnya masuk ke dalam bar. Meninggalkan Ravindra yang menatap kepergiannya dengan wajah mengeras. "Bapak ada di sini?" Ketika mendengar suara tanya dalam Bahasa, Ravindra menoleh ke belakang. Menemukan Ilham, sekretarisnya, yang sedang berjalan ke arahnya. Ali

  • You Make Me High   40. Are You Sure?

    "Bi?" Bianca pura-pura tak dengar, dia lebih sibuk scroll beranda sosial medianya dengan tak minat. Masih kesal dengan Ravindra yang menghancurkan suasana begitu saja dengan kalimatnya yang ajaib. Ingin tapi tak bisa? Hah, dasar gila! Belum pernah Bianca menemui pria yang menolak melakukan hubungan sex padahal sudah turn on. Terlebih si wanita juga menginginkan hal yang sama. Bianca berdecak dan sedikit menjauh ketika tangan hangat Ravindra menyentuh pundaknya. Rasa kesal Bianca membuat kamar presiden suite ini terasa seperti kamar kos yang kecil. Sangat memuakkan. "Bi, jangan marah. Aku cuma nggak mau ngelakuin hal itu tanpa cinta," kata Ravindra menjelaskan. Lelaki dengan rambut hitam dan hidung bangir itu meringis. Tahu kalau jawabannya mungkin tidak masuk akal. Namun, sungguh. Dia benar-benar tidak mau menyatukan tubuh mereka sebelum ada cinta di hati Bianca. Karena Ravindra tidak mau hubungan mereka ke depannya hanya berbalut nafsu. "Bullshit! Kalau gitu kenapa nyari pelac

  • You Make Me High   39. Godaan yang Panas

    Kedatangan Ravindra ke Korea Selatan sebenarnya karena ada urusan hotel yang harus dia selesaikan. Hanya saja, dia pikir untuk liburan setelah menyelesaikan pekerjaan bukan lah sesuatu yang buruk. Karena itu, Ravindra membawa Bianca juga untuk ikut dengannya. "Berapa lama kita di Korea nanti?" tanya Bianca setelah menyesap wine dari gelas dengan gagang tinggi yang cantik. Wanita dua puluh delapan tahun itu melihat ke jendela, tersenyum bahagia. Tak menyangka kalau dia bisa meniki pesawat dan bepergian ke luar negeri dalam hidupnya. Mana pakai pesawat pribadi keluarga Adiwijaya lagi. Ravindra menggulung lengan kaos putihnya yang panjang sampai siku. Kaca mata yang sejak tadi ia kenakan dilepas. Melihat Bianca dengan mata telanjang jauh lebih memuaskan. Lelaki itu merentangkan tangan ke belakang tubuh Bianca. Telapaknya mengusap lembut pundak Bianca yang terbuka. "Satu minggu, aku akan menyelesaikan pekerjaan dengan cepat biar kita bisa jalan-jalan." Bianca menoleh, menatap lelaki

  • You Make Me High   38. Cantik

    "Yang pink coba, Mel. Kayaknya cantik buat kamu." Melodi mengangguk, kembali masuk ke dalam ruang ganti. Mengganti pakaian yang sudah entah sudah keberapa kali, dia sendiri sudah pusing karena sudah hampir dua jam terus mencoba baju di butik langganan mamanya. Tapi, sebagai anak penurut yang tak pernah membantah tentu saja Melodi hanya bisa menyanggupi. Tak berani protes sama sekali. Melodi kembali muncul di depan mamanya dengan midi dress satin berwarna baby pink. Dia tidak terlalu menyukai warna pink yang menurut mamanya cantik ini. "Tuh, kan, cantik. Beli itu aja buat kencan sama Ravindra kapan-kapan." Meski sudah mengatakan cantik pada beberapa gaun, nampaknya mama Melodi tak berniat untuk berhenti melihat-lihat. Terbukti dari wanita paruh baya itu yang kembali melangkah menyusuri deretan baju. "Mama udah, hampir tiga jam kita di sini." Melodi berkata lembut, mencoba menghentikan mamanya. "Ravindra kayaknya bakalan bosen kalau kamu pakek yang sopan terus," balas wanita itu

  • You Make Me High   37. Kissing

    Bianca membuka matanya perlahan, tangannya terangkat mengusap sudut mata yang terasa risih. Berniat segera bangun dan menemui Kuku, namun ia merasakan sesuatu yang berat di perutnya. Wanita itu menoleh dan langsung menemukan Ravindra yang tertidur pulas. Bianca mengerjap perlahan, kemudian menghela napas setelah mengingat alasan Ravindra tidur di sebelahnya. Lelaki itu tidak ingin tidur terpisah dengannya. Wajah pulas Ravindra yang imut membuat Bianca menyunggingkan senyum. Tangan lentiknya mengusap rambut si pria, dengan lembut. Merasa semakin tertarik untuk memperhatikan lebih, Bianca merubah posisinya miring menatap Ravindra. "Lucu banget, sih," ujarnya pelan lalu terkikik. Bianca gemas sendiri melihat wajah Ravindra yang polos. Tidak ada raut wajah berengsek atau pun dingin, yang ada hanya wajah bayi yang lucu dan seakan menarik Bianca untuk menciumnya. Wanita itu menggigit bibir bawah sembari tangannya menusuk dada si lelaki beberapa kali. Merasa kalau Ravindra tak akan bangu

  • You Make Me High   36. Sebuah Janji

    Bianca termenung di sudut lift, memikirkan semua kalimat Mila. Tentang bagaimana jadinya hubungan dia dengan Ravindra. Bianca memang tidak berharap lebih, lelaki itu cukup memberikan dia hidup yang layak saja sudah cukup. Tapi, perasaan manusia bisa saja berubah, right? Lihatlah dirinya. Dulu begitu gigih menolak semua tawaran Ravindra. Dengan yakin mampu berdiri dibawah kakinya sendiri dan tidak membutuhkan bantuan siapapun. Tapi, sekarang Bianca menjilat ludahnya sendiri. Dia menjadi simpanan, selingkuhan atau apapun itu sebutannya bagi Ravindra. Dia juga tidak lagi bekerja, pengeluarannya ditanggung oleh bungsu Adiwijaya itu. Dentingan pintu lift membuat Bianca menegakkan tubuh, bersiap keluar. Langkahnya melambat menuju satu-satunya pintu di lantai tertinggi gedung apartemen ini. Masih belum menyangka kalau sekarang di sini lah tempat dia tinggal. Bianca menaruh sidik jarinya sebelum membuka pintu. "Udah pulang?"Ravindra langsung keluar dari dapur ketika mendengar pintu terb

  • You Make Me High   35. Sampai Bosan

    Selama membelah padatnya kota, Bianca tidak henti-hentinya mengembangkan senyum. Wajahnya yang cantik menjadi sangat cerah, dengan kepala bergerak menikmati kesenangan ini. Ia memang ingin memiliki mobil, tetapi, tidak menyangka kalau akan memilikinya secepat ini. Ditambah lagi ini adalah mini cooper. Mobil impian Bianca. Sepertinya Ravindra menyelidikinya dengan baik. Lelaki itu tahu mobil apa yang dia inginkan tanpa bertanya. "Na na na na na Ice on my wrist, yeah, I like it like this. Get the bag with the cream. If you know what i mean." Binca bernyanyi dengan riang sampai tanpa sadar sudah sampai di tempat yang ia tuju. "Ravindra memang yang terbaik," ucapnya dengan riang. Bianca memarkirkan mobilnya di halaman rumah Mila. "Ya ampun, ternyata lo, Bi. Gue kira siapa numpang parkir," seru Mila ketika Bianca sudah keluar dari mini cooper merahnya. Kedua wanita yang adalah sahabat itu berpelukan. Kemudian beriringan masuk ke dalam rumah Mila. "Mobil baru, cuy. Sugar daddy gue ya

  • You Make Me High   34. Kemungkinan

    Ravindra keluar dari mobil sport yang setiap hari ia gunakan. Lelaki dengan setelan rapi itu mendongak, menatap kamar Melodi yang jendela balkonnya baru saja ditutup saat mobilnya tiba. Sepertinya gadis dua puluh tiga tahun itu menunggu kehadirannya sejak tadi. Kaki panjang Ravindra melangkah memasuki halaman rumah mewah keluarga Rahadi. Ia langsung disambut dengan pemandangan Melodi yang berlari turun melewati tangga. Tubuh mungil gadis itu langsung menabrak Ravindra sampai membuatnya mundur satu langkah. "Kirain bukan Kakak yang jemput," ucap Melodi. "Aku nggak ada kerjaan yang penting hari ini." Ravindra melepaskan pelukan Melodi. "Mana Mama?" Melodi menggenggam kedua tangan tunangannya. Kepalanya mendongak untuk menatap wajah Ravindra yang sempurna tanpa kekurangan. "Sudah pergi, tadinya mau nunggu Kakak tapi aku bilang nggak usah. Mama bakalan tanya macam-macam nanti," balas Melodi. Meski berkata demikian, tapi Ravindra tahu kalau dia masih harus menjelaskan suara Bianca tad

  • You Make Me High   33. Sugar Daddy

    Bianca membentuk huruf O dengan mulutnya ketika tahu Ravindra sedang menerima telepon. Wanita itu kemudian berlalu pergi dengan membiarkan pintu kamar Ravindra terbuka. "Nanti aku jemput jam sepuluh. Udah dulu, ya." Ravindra tidak tahu siapa yang mendengarkan suaranya di telepon, tapi rasanya dia ingin mengubur diri sendiri sekarang. Bisa panjang urusannya kalau sampai hal ini terdengar di telinga Mamanya. Ada beberapa notif pesan beruntun yang muncul ketika Ravindra sudah mematikan smbungan telepon. Mungkin itu adalah Melodi, tapi Ravindra enggan untuk langsung membalas. Maka, lelaki itu memilih turun ke bawah dan mengantarkan koper Bianca ke kamarnya. "Ini pakaiannya, semalam lupa mau ngangkat ke sini." Bianca yang sedang sibuk bermain ponsel mengangguk dan langsung menghampiri. Membuka koper dan memilih pakaian mana yang ingin dia kenakan. "Sorry untuk tadi, gue nggak tau kalau lo lagi telponan. Gue ketuk pintu nggak dibuka-buka, sih." Ravindra menatap arah walk in closet yang

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status